Restu Gazella

102 18 8
                                    

Jendra menatap jemin yang sejak tadi bolak balik mangangkat kardus berisi roti untuk di masukkan kedalam mobil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jendra menatap jemin yang sejak tadi bolak balik mangangkat kardus berisi roti untuk di masukkan kedalam mobil.

Dalam hatinya, jendra bertanya-tanaya, Apakah jemin merasa menyesal karena sudah membantunya? membatalkan perjodohan antara keluarga milano dan zander? Apakah sekarang ada rasa kebencian dalam diri jemin terhadapnya? Selama beberapa hari ini, hal itu lah yang mengganggu pikiran jendra.

Jendra menyodorkan sebotol air mineral yang sudah ia buka, kemudian memberikannya kepada jemin. "You, oke?"

"Yang lo liat?" Jemin menunjuk ke arah kardus yang sudah berjajar rapi dalam mobil box yang akan ia antarkan ke tempat tujuannya, setelah itu ia menenggak air pemberian jendra.

"Pinggang gue pegel" beo jemin.

"Sorry jem, jangan be__"

"Gue enggak pernah bisa buat ngebenci lo. Kalo lo liat gue kesel dan marah, gue harap lo bisa maklumin itu jen"

Jemin menepuk pundak lelaki yang berada di depannya, walaupun belum terlihat senyum di wajahnya.

"Maafin gue jem" entah sudah berapa kali jendra meminta maaf kepada jemin. Puluhan, mungkin juga bisa sampai ratusan kali kalau sikap jemin masih dingin terhadapnya.

Hari demi hari sudah jemin lewati, menjadi karyawan di toko kue milik lucia, walaupun lelah namun ia merasa bahagia, bagi jemin ini adalah hal paling berharga dalam hidupnya, ia bisa menghasilkan uang dari tenaga dan keringatnya sendiri.

"Udah, sana balik! Dua jam lagi gue selesai. Mau sampai kapan lo pantau gue?" usir jemin, ia merasa tidak nyaman, karena sejak dirinya mulai bekerja, jendra selalu mengawasi pergerakannya.

"Bilang ke pacar lo, hari ini gue mau makan ayam goreng mentega!" Beo jemin, tanpa menatap wajah jendra.

Jendra menundukkan kepalanya, raut wajahnya berubah lesu ketika jemin membahas tentang pacarnya. "Ruby tadi siang pamit pulang kerumah gazella, gue enggak tau dia balik kesini lagi atau enggak?"

Jemin bingung, apa yang harus ia lakukan untuk menghibur jendra, sebeb hatinya sendiripun masih kacau, untuk menghibur diri sendiri saja jemin tidak mampu, apalagi untuk menghibur sahabatnya itu.

"Ayo kita sama-sama makan ayam goreng mentega, hari ini aku dapet uang" Dengan tiba-tiba, tania menawarkan hal itu kepada jendra dan juga jemin.

Jemin merasa senang, ini adalah pertama kalinya tania berbicara kepadanya lebih dahulu. Namun jemin juga berusaha menahan rasa senangnya, ia harus tetap cool di hadapan tania.

"Mending duit nya lo kirim ke ibu"

"Oh, ya udah"

Tanpa basa-basi, setelah merasa di tolak, tania pergi, ia meinggalkan jendra dan jemin yang masih berada di luar toko.

"Gila, lempeng banget tu bocah!" Omel jemin, jelas ia merasa kesal. "Gue pura-pura, anjir!"

Jendra tertawa keras, sepertinya jemin sudah kembali ke pengaturan pabrik, ia senang karena bisa melihat jemin yang konyol seperti biasanya.

The Story of Jendra Where stories live. Discover now