Orang lama, tidak selalu Baik

113 30 5
                                    

Jendra berdiri dengan perasaan cemas di depan gedung apartemennya, tengah menunggu ruby yang tak kunjung pulang, jendra berulang kali mencoba untuk menghubungi ruby namun tak juga mendapat jawaban, padahal ruby sudah berjanji untuk menghubunginya ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jendra berdiri dengan perasaan cemas di depan gedung apartemennya, tengah menunggu ruby yang tak kunjung pulang, jendra berulang kali mencoba untuk menghubungi ruby namun tak juga mendapat jawaban, padahal ruby sudah berjanji untuk menghubunginya selepas kuliah.

Berkali-kali mobil berehenti tepat di depan gedung, namun bukan sosok ruby keluar dari dalam mobil itu.

Jendra mengacak rambutnya frustasi "lo dimana si by!"

Dari kejauhan sepasang mata menatap jendra dengan begitu sedih. "Lo khawatir ke gue, Jen?"

Tanpa sadar ruby mengeluarkan air matanya, entah kenapa hatinya begitu sakit melihat jendra malam ini.

Ruby berlari kecil ke arah jendra, saat hampir dekat langkahnya menjadi pelan, jendra yang menyadari hal itu menengok ke arah ruby dengan perasaan lega.

"Lo dari mana sih? Gu___" kalimat jendra terhenti ketika melihat wajah ruby di hadapannya kini sedang menangis.

"Lo kenapa, Yang?" Jendra yang sedari tadi kesal ingin memarahinya pun mengurungkan niatnya.

Tidak mendapat jawaban, ruby menatap lekat jendra dengan air mata yang turun begitu deras.

Jendra menggenggam tangan ruby mengajaknya untuk masuk kedalam gedung "nangisnya berenti dulu, di lobby banyak orang"

Ruby masih mematung menatap jendra, ia menangis tanpa suara. Jendra melepas jaketnya kemudian memakaikannya di atas kepala ruby hingga menutupi wajahnya.

Jendra menuntun ruby dan berjalan menuju unit apartemennya, meskipun banyak mata yang melihatnya aneh tentu jendra tidak memperdulikan hal itu, jendra lebih takut jika ruby merasa malu.

"Udah tenang?" Jendra memberikan segelas air putih dingin kepada ruby.

Ruby meminum air pemberian jendra hingga habis tak tersisa.

"Dari mana?" Jendra bertanya lembut kepada ruby, kali ini ia mencoba untuk sabar dan pelan menghadapi ruby yang terlihat begitu sedih.

"Rumah temen" ruby tidak berani menatap wajah jendra, padahal pas menangis tadi ruby tidak melepaskan pandangannya dari jendra.

Jendra menggenggam tangan ruby "siapa?"

"Monic" ruby berbohong soal rumah, namun ia tidak berbohong saat di tanya dengan siapa oleh jendra.

Jendra bersyukur karena itu adalah seorang perempuan "temen deket di kampus siapa aja? Banyak?"

Ruby menggelengkan kepalanya pelan, bukan tanpa alasan jendra bertanya tentang hal itu, tentu ia ingin mencari tahu tentang siapa yang dekat dengan pacarnya ini.

"Kenapa nangis?" Jendra begitu telaten bertanya kepada gadis sudah yang menjadi pacarnya ini.

Kali ini ruby tidak mau menjawab pertanyaan dari jendra, ia tidak ingin memberi tahu jika alasan ia menangis.

The Story of Jendra Where stories live. Discover now