"Den jendra? masuk den" salah seorang satpam mendorong pagar besi supaya jendra bisa masuk ke dalam.
Jendra berjalan di bawah derasnya air hujan memakai payung yang diberikan oleh ruby, satpam rumah itu mengekor di belakang jendra dengan setia hingga jendra tepat di depan pintu utama.
"Silahkan masuk den" satpam itu membukakan pintu besar bernuansa klasik eropa untuk jendra.
"Simpenin payungnya baik-baik pak, Jangan sampe hilang" jendra kemudian mengulurkan payung itu kepadanya.
"Baik den"
Jendra memberikan kunci motor miliknya dan beberapa lembar uang seratus ribuan dari dalam dompetnya "tolong ambilin motor jendra di minimarket ujung jalan pak"
"Uang parkirnya kebanyakan ini den"
"Buat bapak, bagi sama yang lain" jendra memang urakan dan nakal, namun ia menjunjung tinggi sopan santun terhadap yang lebih tua dan kaum tidak berdosa.
"Wahh makasih banyak den" satpam itu meletakkan uang pemberian jendra di dada dengan kedua tangannya, tentu saja sangat bersyukur.
Jendra masuk kedalam rumah, ia kemudian menaiki anak tangga menuju salah satu kamar di lantai dua.
Brakkkk
Jendra membuka pintu kamar dengan kasar hingga membentur ke tembok, ia melihat seorang lelaki di atas ranjang tengah memutar film dewasa sembari mengocok juniornya yang sudah berdiri sempurna "Masih sore goblog! Udah solo aja"
"Shittt!" Jemin tersentak, ia dengan berat hati menghentikan aktifitasnya.
Jendra tertawa keras, ia mengambil celana milik jemin yang berada di lantai kemudian di lemparkannya ke arah wajah jemin.
"Pake!" Perintah jendra.
"Tumben kesini tapi enggak ngabarin!" Ujar jemin sembari memakai celananya, sungguh tidak ada rasa malu di raut wajah jemin, urat malunya di hadapan jendra maupun jeno jelas sudah putus.
"Chk" jendra berdecak kesal.
"Kenapa lo?" Jemin begitu paham jika sahabatnya ini tengah dalam masalah.
"Alkra balik ke indo" jendra menjatuhkan bokongnya di sofa panjang milik jemin, air hujan itu membuat tubuh jendra begitu lemas.
"Bukannya bagus kakak lo balik?"
"Bagus pala lo?!"
"Nanti juga balik ke singapura lagi, biasanya juga gitu kan?"
"Stay disini terus dia, udah jadi lulusan terbaik University of Singapore" jendra mengacak rambutnya yang lepek dengan begitu frustasi.
"Keren" jemin mengacungkan kedua jempolnya.
"Persetan"
"Bener enggak mau serumah?" Jemin melipat tangan di depan dadanya, padahal jemin berfikir jika itu adalah hal baik, agar jendra dan alkra bisa memperbaiki hubungan yang sudah lama terpecah.
YOU ARE READING
The Story of Jendra
RomanceJika semua orang melihat ku sebagai seseorang yang Egois dan kejam, maka pikiran mereka benar. Aku tidak hidup untuk diriku sendiri, Aku tidak akan menyesali setiap keputusan yang sudah aku ambil, Aku akan melakukan apapun untuk membuat kalian baha...