#30 - Here we go again

1.9K 305 43
                                        

London City

Angel terbangun pagi itu dan merasakan tubuhnya sangat panas. Dia sudah tidak menemukan ayahnya di sampingnya. Seingatnya, semalam ayahnya di sana bersamanya.

"Daddy." Ucap gadis kecil itu lemah tapi, rumah itu terlalu besar untuk semua orang di dalam rumah itu mendengar suaranya lemahnya. "Nana." Ucap gadis kecil itu lagi. Kepalanya terasa berputar sehingga gadis kecil itu tidak mampu untuk bangun.

Setelah beberapa menit, akhirnya seseorang masuk ke dalam kamar gadis kecil itu. Nananya meletakkan bubur dan juga obat Angel di mejanya.

"Sayang, kau sudah bangun." Ucap Maura tapi, yang dia lihat adalah tubuh Angel yang menggigil dan matanya terpejam. "Angel!" Maura mulai panik, dia memegang kening gadis kecil itu dan merasakan badan cucunya sangat panas. "Ya Tuhan!" Maura segera berlari ke bawah untuk memanggil Niall. Semoga pria itu belum pergi.

"Niall!" Maura terus memanggil putranya, namun, tidak ada jawaban. Dia memeriksa ke kamarnya, namun, dia sudah tidak di sana. Maura segera berlari ke luar dan beruntung, Niall sedang bersiap dan belum meninggalkan rumah. "Niall!" teriak Maura.

Yang dipanggil menoleh. "Ada apa?"

"Angel, demamnya kembali tinggi. Kita harus membawanya ke rumah sakit." Maura semakin panik.

"God!" Niall segera berlari dan meninggalkan ibunya di depan teras dan terus berlari ke kamar gadis kecil itu. Niall segera mengangkat tubuh putrinya dan membawanya ke mobil. Dia harus segera membawanya ke rumah sakit jika dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi kepada putrinya.

***

Niall dan Maura menunggu di luar sementara dokter masih memeriksa keadaan Angel di dalam. Mengapa demamnya tidak turun juga? Gumam Niall. Padahal, dia tahu benar kalau Angel sudah meminum obatnya dengan benar, pria itu selalu mengawasinya. Jika Daisy di sini, maka dia pasti sudah memarahi Niall habis-habisan. Sayangnya dia tidak di sini dan tidak ada yang mengocehi pria itu. Jika Daisy di sini, dia pasti sudah sangat panik dan menangis. Sayangnya, wanita itu tidak di sini dan tidak ada yang Niall coba tenangkan dan tidak ada yang mencoba menenangkannya.

Sial!

Mengapa bayangan wanita itu terus muncul? Batin Niall.

Maura tampak sibuk dengan ponselnya. Dia seperti mengetik pesan, namun, sedetik kemudiian tampak ekspresi wajahnya seperti ragu. Dia kemudian menempelkan ponselnya di telinganya.

"Menghubungi siapa?" Tanya Niall.

Maura tidak langsung menjawab. "Hmm, Daisy."

"Tidak. Hentikan!" ucap Niall dengan tegas, tapi Maura tidak menggubris. "Hentikan kubilang! Putus sambungannya sekarang juga!" Niall meninggikan intonasi suaranya. Maura tidak mau ini menjadi rumit, jadi, dia memutuskan untuk mengalah dan hanya menunggu dengan perasaan khawatir.

"Dokter, bagaimana keadaan cucuku?" Tanya Maura setelah dokter keluar dari ruang pemeriksaan.

"Dia hanya demam, tapi demamnya sangat tinggi. Aku sudah memberikan obat terbaik, termasuk antibiotik. Sepertinya, sistem imunnya sedang sangat lemah sehingga demamnya tidak kunjung menurun dalam jangka waktu yang dekat." Ucap dokter.

"Apa dia harus dirawat?" Tanya Niall.

"Jika anda menginginkan perawatan terbaik, staff kami bisa membantu mengawasi perkembangan kesehatan putri anda tapi, jika anda tidak berkenan, anda bisa membawanya pulang dan anda harus segera membawanya kembali jika terjadi sesuatu." Ucap dokter.

"Baiklah, akan aku pikirkan." Ucap Niall.

"Baik. Kalian sudah bisa menemuinya. Saya permisi." Ucap dokternya dan berlalu meninggalkan Niall dan Maura.

Incomplete (On Editing and Re-publishing)Where stories live. Discover now