Bab XIII

45 7 2
                                    

Tolong kalau ada typo betebaran kabarin ya 🤍

🦋

"Rahasia kelam yang ingin kau kubur."

Saat video itu diputar, terdapat beberapa foto seperti bangunan sekolah, ruangan kelas, taman dan perpustakaan, rumah sakit, hingga sebuah gedung yang tampaknya telah lama terbengkalai. Semua orang disana tidak berhenti memperlihatkan ekspresi bingung dan penasaran mereka, bertanya-tanya apa tujuan video ini diputar, hingga sebuah foto yang menunjukkan selembar kertas keterangan dokter mengenai proses aborsi.

Foto terakhir mengundang keterkejutan besar semua orang. Nyatanya kertas itu tidak hanya satu, namun beberapa dengan nama-nama wanita yang berbeda.

Tiba-tiba seorang wanita terlihat. Wajahnya yang tirus dengan bawah matanya yang terlihat hitam dan tatapannya yang tidak bernyawa membuat hampir semua orang yang menatapnya merasakan simpati yang entah datang dari mana. Itu adalah tampilan dimana seseorang terlihat lelah dengan kehidupan dan tidak berharap bahwa dia dapat terus bernafas.

"Halo." Sapanya dengan suaranya yang terdengar serak.

"Apakah kau mengingatku? Kau pasti tidak mengingatku bukan? Aku... padahal dulu aku begitu cantik, padahal dulu ada banyak pria yang mengejarku, kau bahkan jatuh cinta dengan kecantikanku, dengan suaraku, dengan tubuhku." Racaunya tampak seperti orang gila saat tatapannya yang tidak bernyawa tiba-tiba berubah.

"Tubuhku. Benar, kau jatuh cinta dengan tubuhku. Aku masih mengingat bagaimana kau berada diatasku. Bagaimana kita melakukannya di setiap tempat di sekolah, sungguh indah rasanya seperti mimpi." Ucapnya mengatakan hal intim seperti itu tanpa malu.

Beberapa penjaga keluarga Geraldo dengan panik berlari ke ruang audio dan dengan marah meminta mereka untuk menghentikan video yang tengah di putar. Namun bahkan pekerja audio itu tidak tahu dari mana asal video itu diputar.

"Tapi kenapa? Kenapa kau memintaku mengugurkan bayi kita? Seharusnya kita bisa hidup bahagia dengan bayi kita saat ini, seharusnya..." Dan kini wanita itu mulai menangis, terisak dengan menyakitkan saat kenangan masa lalu itu terlintas di pikirannya.

"Ini salahmu! SALAHMU, SALAH KELUARGAMU!" Tiba-tiba wanita itu berteriak, menatap kamera dengan marah seolah orang yang dia maksud berada di hadapannya, semua orang tentu terkejut, namun hal yang lebih membuat terkejut adalah ternyata tangan wanita diikat dengan sebuah tali.

"Seharusnya aku mendengarkan apa yang dikatakan temanku. Seharusnya aku percaya dengan ucapannya mengenai kau yang telah tidur dengan banyak wanita disekolah, mengenai kau yang mengurung mereka di sebuah tempat. Awalnya aku tidak percaya sampai aku melihatnya sendiri, aku melihatmu yang memukuli mereka. Kau... memasung mereka." Kini setiap orang terkesiap terkejut dan para wanita yang melihat apa yang ada video menutup mulut mereka dengan tidak percaya.

Bagaimana tidak, di dalam video kini bukan seorang wanita yang terlihat gila. Namun sebuah foto dimana beberapa wanita duduk terpasung dengan tubuh yang begitu kurus dengan tatapan kosong, mereka terlihat seperti orang gila.

"Kupikir menajuh darimu akan membuat hidupku berbeda dengan mereka. ternyata aku meremehkan keluargamu dan lihat dimana aku sekarang. Kau mengirimku ke rumah sakit jiwa. Hahaha... seharusnya yang berada disini itu kau! KAU VICTOR—" Sebelum wanita itu sempat menyelesaikan kalimatnya, layar tiba-tiba kembali menjadi putih, semua orang mengalihkan pandangan mereka pada seorang pria yang dengan kasar menarik kabel yang menyambungkannya pada aliran listrik.

Meski wanita itu tidak mampu menyelesaikan kalimatnya, namun semua orang telah mendengar nama seseorang yang disebutkannya. Itu Victor, Victor Geraldo yang baru saja tersenyum bahagia kini terlihat marah dengan nafasnya yang menderu cepat, matanya yang memerah serta urat-urat lehernya yang terlihat.

Melemparkan kabel dalam gengamannya pria itu dengan cepat pergi dari sana dan mendorong beberapa orang yang menghalangi jalannya.

Seluruh keluarga Geraldo terdiam seribu bahasa, memperlihatkan bahwa mereka sama terkejutnya.

"Tuan besar."

"Ayah."

"Kakek!" Teriakan itu menarik perhatian semua orang saat mereka melihat tetua Geraldo yang telah pingsan. Para pekerja dengan cepat membawa pria tua itu keluar.

Kini, pesta yang seharusnya berjalan dengan indah dan penuh kebahagiaan, berubah menjadi tragedi.

Berbeda dengan semua orang yang ada disana dengan keterkejutan mereka, Angela berdiri dengan tenang tidak berekspresi. Berbalik wanita itu melangkahkan kakinya dengan mantap menuju ke arah seorang pria yang juga menatapnya balik.

Semakin dekat jarak diantara mereka, senyum sinis terlihat di wajah wanita itu.

Saat tidak ada lagi jarak diantara mereka, wanita itu berdiri di samping sang pria seraya mendekatkan bibirnya pada telinga pria itu. "Aku terlalu meremehkanmu Jacob." Bisiknya sebelum balik menatap manik mata Jacob yang tetap tidak berekspresi.

Menggabaikan tatapan penasaran keluarganya dan keterkejutan serta tatapan simpati orang-orang yang melihatnya, wanita itu berjalan dengan anggun meninggalkan pesta. Dia bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya dia rasakan saat ini. Apakah dia harus sedih, marah atau bahkan bahagia?

Angela tidak tahu.

"Sean." Panggilnya terkejut saat pria itu dengan tiba-tiba menarik pergelangan tangannya. Angela menoleh pada ruangan pesta yang belum ditutup dan bisa terlihat tatapan orang-orang di dalam sana terlihat semakin terkejut, bahkan kini mata mereka membelalak.

"Ayo pulang." Ajaknya seolah dia tidak menyadari bagaimana tatapan orang-orang di belakang mereka.

Satu hal yang pasti, seluruh platform berita akan penuh dengan apa yang terjadi malam ini.

***

Di dalam penthouse Angela, Sean bersikap seolah dia adalah pemilik tempat itu, dia bahkan tahu dimana letak setiap barang yang ada disana. Menuangkan minuman dalam kulkas untuk mereka berdua, dia memberikannya pada Angela yang kini tengah melepaskan aksesorisnya dan terlihat kesulitan saat mencapai kalung yang dia pakai.

"Minumlah." Ucap Sean memberikan salah satu gelas dalam genggamannya pada Angela yang menerimanya. Meletakkan gelas yang lain di atas meja, pria itu duduk di belakang Angela dan membantunya melepaskan kalung berlian.

Kulitnya menyentuh kulit leher wanita itu, berhenti sejenak Sean menatap leher jenjang wanita itu. Kondisi Angela tidak jauh dengan apa yang tengah Sean rasakan, wanita itu juga terdiam saat dia merasakan tangan pria itu menyentuh lehernya, dia berusaha dengan keras mengalihkan pikirannya, tapi semua itu sia-sia.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" Tanya Sean berusaha mengalihkan pikirannya.

"Entahlah, sepertinya Kakek akan mengumpulkan semua orang besok." Jawab Angela menerima kalung yang telah dilepaskan Sean.

"Istirahatlah, ada banyak hal yang harus dilakukan besok." Ucap Sean seraya berdiri dari duduknya, rasanya dia akan gila jika terus berlama-lama bersama Angela.

Pria itu melangkah ke arah pintu, saat suara Angela berhasil menghentikan langkahnya, "Sean."

"Terima kasih." Lanjut Angela menatap lekat pria yang terdiam saat mendengar ucapan terima kasih tiba-tiba itu. Tanpa ada yang menyadari bahwa sebenarnya pria itu tersenyum sangat tipis saat mendengar kalimat Angela.

Pada akhirnya malam itu meninggalkan kenangan dan perasaan yang beragam pada berbagai orang, ada yang tengah bahagia, ada juga yang gelisah dan ada juga yang benci serta marah. Satu-satunya harapan adalah, semoga hari esok menjadi lebih baik atau malah sebaliknya? Siapa yang tahu bahwa mungkin hari esok badai besar akan datang?



To Be Continued | 1 Desember 2023

Love For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang