30. Pagi Terburuk

7.4K 968 163
                                    

Pagi ini Eiser melakukan kegiatan seperti biasa, bangun pagi, berlatih pedang kemudian dilanjutkan dengan mengurus kertas-kertas yang menumpuk diruang kerjanya.

Seharusnya pagi ini menjadi pagi yang sibuk seperti biasa, tapi kabar buruk yang dibawa oleh kepala pelayan berhasil merusak paginya. Ia lebih suka disibukkan dengan pekerjaan sampai tidak bisa tidur berhari-hari daripada mendapat kabar bahwa adik bungsunya koma.

Eiser bingung bagaimana menjelaskan perasaannya, tapi dengan pasti ia katakan bahwa ia belum pernah merasakan perasaannya seburuk ini. Ia mencoba tenang, ia harus tetap waras saat ini.

Eiser berdiri dari kursi, berjalan dengan tenang diikuti pengawal dan kepala pelayan. Walaupun ia mencoba bersikap setenang mungkin tapi tidak bisa dipungkiri bahwa kakinya berjalan lebih cepat dari biasanya. Ia hanya ingin segera bertemu dengan mikhael, memastikan sendiri bahwa adiknya masih bernafas.

Setelah sampai dikamar Cale, Eiser berjalan dengan pasti mendekati kasur. Cale terlihat duduk disamping ranjang sambil menggenggam tangan Mikhael, tatapannya kosong, hal itu bahkan lebih menyedihkan dari pada cale yang menangis saat keadaan Mikhael memburuk, anak itu seolah kehilangan jiwanya.

Eiser mendekat disisi yang berlawanan dengan Cale, menaiki ranjang dan segera penglihatannya disuguhkan dengan Mikhael yang menutup matanya dengan damai, kulitnya lebih pucat dari biasanya.

Tangannya terulur untuk memeriksa nafas mikhael dan setelah merasakan mikhael masih bernafas walaupun lemah ada setitik rasa lega didadanya. Ia sangat bersyukur mikhael masih bernafas.

"Cale" Panggil Eiser dengan suara setenang mungkin, tapi tidak ada tanggapan apapun dari adik pertamanya itu. Menyadari jika percuma saja memanggil cale, Eiser menarik tangan Cale yang menggenggam tangan mikhael. Hal itu terbukti lebih ampuh mendapatkan etensi dari Cale.

Cale segera tersadar saat merasa ada yang menarik tangannya, ia kira mikhael yang melakukan hal itu, tapi harapannya langsung pupus saat melihat Eiser lah yang menarik tangannya.

Ia hanya tidak percaya jika mikhael koma, adiknya masih tertawa bersamanya kemarin, masih bisa latihan berjalan seperti biasa dan tidak menunjukkan keadaannya memburuk sama sekali. Mungkin saja Cale hanya bermimpi, mimpi buruk karena ketakutannya akan kehilangan mikhael.

Tapi khayalannya terhempas saat melihat wajah Eiser dengan raut wajah yang serius, ia seperti ditarik paksa oleh realita. Kenyataan yang tidak mau ia terima bahwa mikhael dalam keadaan koma.

Tanpa bisa dicegah air mata mulai mengalir dari sepasang mata biru Cale, berlomba-lomba menjatuhkan diri "Kak" Panggil Cale dengan suara berbisik, ini pertama kali Cale memanggil Eiser kakak sejak mereka beranjak remaja.

"Mikhael kak, aku harus bagaimana?" Adunya seperti anak kecil, Eiser menatap sedih adik pertamanya itu, ia tidak pernah menyangka harus melihat Cale seperti ini lagi. Masih segar di ingatannya Cale kecil yang menangis tersedu-sedu saat ibu mereka meninggal, dan hari ini ia melihat pemandangan yang sama.

Eiser mencoba menenangkan dengan menepuk pelan punggung tangan Cale memberi kekuatan, karena ia tau dengan pasti perasaan kalut yang Cale alami sekarang karena jelas ia juga merasakan hal yang serupa walaupun ia mencoba menutupi dengan sikap tenangnya.

Suara isak tangis Cale memenuhi kamar, para pelayan dan kesatria yang berada disana kompak menunduk menjaga pandangan untuk menghormati privasi tuan mereka.

Seth bahkan hampir meneteskan air mata melihat tuan muda yang ia layani sangat bersedih atas keadaan adiknya, ia juga sedih melihat keadaan tuan muda mikhael memburuk seperti itu.

Bahkan Seth melihat tangan tuan muda Eiser sedikit bergetar saat mengecek nafas tuan muda mikhael, hal itu tentu saja tidak pernah terjadi. Walaupun Seth tidak begitu sering melihat tuan muda Eiser sejak menjadi pengawal pribadi tuan muda Cale, tapi dikalangan para kestria Valentine, Eiser de Valentine adalah sosok pemimpin yang sempurna, tidak sedikitpun mereka melihat kekurangan pada sosok Eiser dalam hal memimpin. Tuan muda yang akan mewarisi gelar duke tersebut sangat mirip dengan tuan duke saat ini, Tegas, disiplin, selalu terlihat tenang dan berkepala dingin, serta tidak pernah gentar menghadapi musuh, walaupun terluka parah, Tuan muda Eiser tidak pernah menunjukkan raut ketakutan. Seth tentu tau dengan pasti bahwa penerus duke itu sangat menyayangi adiknya.

Tangisan yang tadi mengisi kamar perlahan sudah tidak terdengar, hanya tersisa is akan kecil yang coba diredam oleh Cale. Tangan Eiser masih setia menepuk bahu adik pertamanya itu matanya fokus menatap wajah damai mikhael.

"Cale, bisa jaga mikhael untukku. Aku akan menghubungi ayah" Ucap Eiser dengan suara pelan.

Cale mendongak menatap wajah kakaknya yang masih tak punya ekspresi itu, walaupun wajah Eiser terlihat tenang seperti biasa tapi Cale tahu bahwa mata kakaknya penuh dengan kekalutan "Tentu, itu memang tugasku"

"Minta ayah untuk segera pulang kak" Lanjut Cale dengan nada sendu.

"Baiklah"

Setelah menyanggupi permintaan adiknya Eiser segera keluar dari kamar Cale, langkahnya masih cepat seperti tadi. Sebenarnya ia bisa menghubungi ayahnya dikamar Cale, tapi ternyata ia butuh ruang sendiri untuk saat ini. Ia tidak bisa menunjukkan raut wajahnya yang sekarang didepan adik dan para pekerja diValentine. Sebagai penerus Duke Valentine sedari kecil ia di didik untuk menyembunyikan wajah aslinya, ia harus terlihat tetap tenang dalam keadaan apapun, Eiser harus pintar menyembunyikan perasaannya, karena akan menjadi kelemahan jika ia mudah dibaca, apalagi oleh para bangsawan.

Sesampainya diruang kerja, Eiser segera meminta bola sihir yang akan ia gunakan untuk menghubungi ayahnya, karena jika menggunakan surat akan memakan waktu lebih lama. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Eiser mengusir semua orang yang berada diruang kerjanya, bahkan termasuk luke dan ethan.

Ethan dengan pasrah keluar dari ruangan Eiser sedangkan Luka hanya berdiam dan memandangi nya cukup lama, luke memang lebih mengenal dirinya daripada Ethan karena luke sudah lebih lama bekerja untuknya. Tentu saja luke mengetahui ada yang janggal dengan ekspresi Eiser.

Eiser balas menatap Luke, kemudian memberikan kode bahwa dirinya baik-baik saja. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan Luke dengan suka rela keluar dari ruangan Eiser tapi tangannya membawa tumpukan dokumen yang ada di mejanya untuk dikerjakan. Karena tentu saja dokumen-dokumen yang ada ditangannya ini tidak bisa menunggu sampai Eiser kembali waras.

Eiser tanpa sadar menghembuskan nafas panjang, mencoba menenangkan perasaannya yang sedang kalut. Setelah dirasa cukup tenang, ia segera mengaktifkan bola sihir untuk menghubungi Arthur.

Memakan waktu cukup lama sampai Arthur menjawab panggilan darinya.

"Ayah" Panggil Eiser setelah muncul wajah Arthur di dalam bola sihir.

"Ada apa?" Jawab Arthur dengan tenang.

"Keadaan mikhael memburuk" Jelas Eiser langsung, dalam percakapan dengan ayahnya memang tidak pernah ada basa-basi. Karena mereka berdua memang tipe orang yang tidak menyukai hal tersebut.

"Begitu, akan kuusahakan segera pulang, Duke Rains akan segera berangkat ke Valentine setelah menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan Duke Allois tidak bisa untuk pergi ke Valentine, jadi aku meminta putrinya untuk ikut denganku. Masalahnya saat ini sedang ada wabah di Allois, jadi Lunara sebagai saintes selanjutnya juga harus tetap berada di Allois. Setelah wabah disini selesai sesegera mungkin aku akan pulang" Jelas Arthur panjang lebar. Ia saat ini memang sedang mengunjungi wilayah Allois, meminta bantuan untuk menyembuhkan mikhael, mungkin saja dengan kekuatan suci, penyakit mikhael bisa sembuh, karena sampai sekarang belum ada kemajuan untuk kesembuhan penyakit mikhael. Sebelum dari wilayah Allois, Arthur lebih dulu ke wilayah Rains yang terkenal dengan para penyihir, ia meminta bantuan untuk melihat apakah ada yang aneh ditubuh anaknya, mungkin saja ada sihir hitam atau kutukan yang diberikan oleh para musuh Valentine tanpa sepengetahuan dirinya. Beruntungnya pemimpin wilayah Rains itu memang akan berkunjung ke istana kerajaan dan tidak keberatan untuk mampir ke wilayah Valentine.

"Mikhael koma ayah" Tanpa menanggapi sedikitpun penjelasan ayahnya, Eiser segera memberitahu inti pembicaraan yang harus segera ia sampaikan.

Arthur langsung terdiam mendengar perkataan anak pertamanya, apa ia salah dengar? Arthur menatap wajah Eiser dari bola sihir mencari tanda-tanda kebohongan, tapi tidak ada kebohongan dalam raut wajah khawatir anaknya itu.

Dadanya segera berdetak dengan cepat, perasaannya langsung memburuk dalam waktu singkat "aku akan pulang" Lirih Arthur dengan suara dalamnya.




















*********
Hehehehehe
Maaf ya baru update, aku baru sempet buka wattpad lagi. Makasih juga buat yang setia nunggu mikhael dan nyemangatin aku buat lanjut nulis.

Jangan lupa vote dan komennya
Buat yang kangen Arthur, nih Arthur akhirnya muncul lagi, walaupun cuma dapat bagian sepotong 😂😂

100 DaysNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ