6. Khawatir?

8.2K 948 6
                                    

Mansion valentine masih sama seperti 1 tahun yang lalu. Tidak ada yang berbeda dari terakhir kali Cale melihatnya.

Setelah lulus dari akademi, ia memang tidak langsung pulang kerumah. Tapi memilih berburu ke wilayah greeze yang berada di utara. Karena hutan yang berada disana masih banyak monster, lumayan untuk latihan pikirnya.

Lagipula ia malas pulang ke mansion, tidak ada siapapun disini yang ingin ia temui. Semua penghuni dimansion ini memiliki kesibukan sendiri-sendiri.

Tapi masih membutuhkan waktu 2 minggu lagi sampai ia bisa masuk ke kerajaan. Setelah lulus Cale menerima tawaran dari kerajaan untuk menjadi kesatria elit yang dipimpin langsung oleh putra mahkota. Sebagai anak kedua yang memang tidak dapat menjadi penerus, ia memang diperbolehkan melakukan apapun yang ia inginkan. Menjadi swordmasterpun bukan kewajiban baginya, tapi dari kecil ia memang menyukai pedang dan memiliki bakat disitu. Jadi menurutnya manjadi kesatria elit kerajaan bukan awal yang buruk untuk karirnya sebagai swordmaster muda.

Alasan kenapa ia pulang ke mansion adalah karena ajakan nora greeze, nora merupakan salah satu teman baiknya selama di Akademi, ia juga akan menjadi kesatria elit kerajaan seperti dirinya. Menurut Nora lebih baik berada dimansion valentine yang jaraknya tidak dekat dari kerajaan dari pada di wilayah greeze yang membutuhkan waktu hampir 1 minggu untuk sampai ke kerajaan. Sebenarnya cale tau alasan kenapa Nora kekeh ingin ke mansion Valentine, Nora malas berburu monster dihutan, anak itu pasti ingin bersantai sebentar sebelum mamasuki kerajaan, tapi karena ia ikut ke wilayah greeze dan berburu setiap hari, nora tidak punya waktu sebentar pun untuk bersantai. Jadi nora selalu mengajaknya untuk pergi ke mansion valentine.

"Selamat datang tuan muda" Saat turun dari kereta, Ben langsung menyambutnya, cale hanya mengangguk dan berjalan memasuki mansion. Ben adalah kepala pelayan dimansion valentine. Ia sudah mengabdikan dirinya saat kakek cale masih menjadi kepala keluarga Valentine.

"Ayah dimana?"

"Duke berada diruang kerjanya, tuan muda" Jawab ben sambil berjalan dibelakang Cale.

"Aku akan kesana, kau bisa mengurusi pekerjaanmu yang lain"

"Baik, saya permisi tuan muda" Ben memberikan penghormatan dan segera berlalu dari sini.

Sebenarnya ia malas harus memberi salam kepada ayahnya. Tapi bagaimana lagi, ini merupakan didikan yang ia dapatkan dari kecil, lagipula ia harus meminta izin karena Nora akan tinggal dimansion untuk sementara.

"Cale, itu bukannya adikmu?" Tanya Nora sambil mengarahkan dagunya kearah salah satu pohon yang berada di taman. Saat ini ia memang sedang melintasi taman untuk menuju ruang kerja ayahnya.

Cale memicingkan matanya kearah objek yang ditunjuk oleh Nora, dibawah pohon itu terdapat mikhael sedang duduk diatas rumput, menunduk dengan lengan menutupi hidungnya, saat anak itu mengganti lengan untuk menutupi hidungnya, cale melihat baju pada bagian lengan anak itu kotor akan darah. Tanpa sadar Cale berjalan cepat kearah mikhael. Saat sudah berada didepan Mikhael, dapat ia pastikan bahwa anak ini sedang mimisan.

Sadar akan keberadaan orang lain, mikhael mendongakkan wajahnya. Terlihat darah masih mengalir dari hidungnya, kedua lengannya penuh dengan darah, pada bagian pipi anak itu terdapat bekas darah.

Entah kenapa perasaannya berubah buruk seketika, ia dengan segera membantu anak itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Nora, Seth dan Jay datang dibelakangnya, setelah nora melihat keadaan mikhael, nora mendudukkan dirinya disamping Mikhael dan membantu membersihkan darah dipipi anak itu.

Entah kenapa Mikhael berbeda dari terakhir kali ia melihatnya. Seingat Cale, anak ini takut kepadanya, Mikhael akan menundukkan kepala dan tidak berani menatap Cale. Tapi yang ia temui saat ini, Mikhael berani membalas tatapan matanya, tidak ada raut ketakutan yang dijumpai diwajah Mikhael. Wajahnya tenang dan damai seolah darah yang masih terus mengalir keluar dari hidungnya tidak memberi efek apapun. Padahal terlihat jelas jika wajahnya pucat seolah tidak ada darah yang berada pada tubuh anak itu.

Rasa marahnya tiba-tiba meluap bahkan ia tanpa sadar membentak cale saat anak itu menutup matanya. Dadanya sesak saat melihat Mikhael menutup mata dengan darah yang masih mengalir di hidungnya.

Kenapa darahnya belum berhenti sampai sekarang, bahkan setelah mengganti dengan sapu tangan yang baru pun, darahnya masih terus mengalir.

Pelayan yang ia ketahui sebagai pelayan pribadi Mikhael berlari mendekat dengan wajah panik. Rasa marahnya segera teralihkan kearah pelayan itu, bagaimana bisa ia meninggalkan Mikhael sendirian saat keadaan anak itu sedang sakit seperti ini.

Akhirnya darah Mikhael berhenti, cale segera menyuruh pengawalnya untuk membantu Mikhael istirahat dikamar.

Ia memandangi tangan kanannya yang penuh bekas darah, cale tidak tau harus bagaimana mendeskripsikan perasaannya sekarang.

"Apa Mikhael sering mimisan?" Tanyanya pelan kepada pelayan Mikhael.

"Selama seminggu ini, tuan muda Mikhael mimisan setiap hari" Amarah yang coba ia redam mulai muncul kembali.

"Bagaimana menurut dokter?"

"Tn. Thomas mengatakan, bahwa tuan muda hanya kelelahan. Tn. Thomas juga memberikan ramuan vitamin untuk tuan muda mikhael" Pelayan Mikhael mencoba menjelaskan dengan tenang, walaupun cale tau jelas bahwa pelayan itu sedang ketakutan.

"Ada perubahan setelah Mikhael minum ramuan itu?"

"Belum ada tuan muda, tuan muda Mikhael masih mimisan setiap bangun tidur." Jawab pelayan itu takut-takut.

"Bagaimana bisa tidak ada perubahan. Anak itu mimisan setiap hari dan dokter hanya mendiagnosa nya kelelahan, kau tidak lihat wajah anak itu pucat. Apakah dokter tidak memantaunya sama sekali?" Hilang sudah kesabarannya, sebenarnya apa saja yang dilakukan oleh orang-orang mansion. Kenapa tidak becus sama sekali merawat anak yang sakit.

"Maafkan saya tuan muda, tuan muda Mikhael tidak mau diperiksa lagi"

"Dan kau menurutinya begitu saja, seharusnya kau tau keadaan tuanmu. Apa kau hanya akan menunggu sampai anak itu kehabisan darah" Tanpa bisa ia tahan tangannya sudah terulur memukul wajah sebelah kiri pelayan itu. Tentu saja ia tidak menggunakan semua kekuatannya, walaupun begitu tetap menyebabkan sudut bibir pelayan itu robek.

"Tenanglah Cale, mau kau memukulnya pun tidak akan menyelesaikan masalah" Nora memegangi tangannya saat ia akan memberikan pukulan lagi.

Cale mencoba meredakan amarahnya, ia melepaskan pegangan nora. "Ayah tau keadaan Mikhael" Tanyanya.

"Maaf tuan muda, waktu itu tuan duke sibuk, saya belum diizinkan untuk menghadap. Hari ini tuan duke juga baru pulang dari kerajaan" Cale mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana bisa ayahnya tidak tau keadaan adiknya sama sekali.

"Panggil dokter Thomas untuk memeriksa mikhael" Pelayan Mikhael langsung berlari setelah memberikan penghormatan kepadanya.

"Kau pergilah ke kamarku dulu, aku akan menemui ayahku sendiri" Nora menepuk punggungnya pelan dan segera menuju kekamar cale.

Cale menghembuskan nafasnya pelan, mencoba menenangkan dirinya. Baru saja ia menginjak mansion nya setelah 1 tahun lebih tidak pulang. Tapi apa yang ia lihat pertama kali, wajah pucat adiknya dengan darah yang terus mengalir keluar dari hidungnya. Para pekerja yang tidak becus bahkan ayahnya yang tidak mengetahui bahwa adiknya sedang sakit. Sungguh sambutan yang sangat buruk.



















******










100 DaysWhere stories live. Discover now