8. Breakfast

7.9K 888 6
                                    

Pagi hari didunia ini lebih dingin dari pada diduniaku dulu. Jadi aku sangat bersyukur menempati tubuh dari anak Duke yang hidupnya tidak kekurangan secara materi. Baju yang bersih, kasur yang empuk dan selimut tebal hangat yang melindungiku dari kedinginan.

Sebenarnya aku masih ingin bergelung dengan selimut dan menikmati kehangatannya. Tapi bagaimna lagi, aku harus segera duduk agar selimut dan kasur ku tidak kotor dengan darah.

Aku segera duduk menyandar pada sandaran kasur dan mengambil kain bersih yang sudah disiapkan oleh eros diatas meja kecil dekat kasur. Segera menyumpal hidungku agar bajuku tidak menjadi korban.

Merasa ada yang memperhatikan aku segera mendongak, melihat sepasang mata yang mamandangku dalam, ia menyender pada pintu yang masih tertutup, bohong jika aku bilang bahwa aku tidak kaget. Kamarku masih lumayan gelap karena gorden yang masih ditutup, untung saja aku cepat menyadari siapa pemilik mata tersebut.

Cale berjalan perlahan mendekatiku, setelah dekat denganku, ia mengambil alih kain yang aku gunakan untuk menyumpal hidung.

Aku cukup heran kenapa cale sudah berada di kamarku sepagi ini. Kemaren aku mengusirnya dengan dalih bahwa ia butuh istirahat. Aku hanya kasian kepada eros yang menjadi samsak tinju Cale, walaupun eros tidak mengatakan apapun, terlihat jelas dari gestur tubuhnya bahwa dia takut dengan Cale. Tentu saja eros takut walaupun Cale jauh lebih muda dari eros tapi secara kedudukan eros hanyalah pelayan, jadi saat Cale memukul eros, eros tidak punya hak untuk membela diri.

Entah apa yang membuat Cale marah sampai membuat ia memukul eros. Aku tidak terlalu terkejut sebenarnya, dilihat dari Cale yang mudah emosi.

Pagi ini raut wajah Cale tidak seburuk kemaren, mungkin karena masih pagi jadi belum ada yang membuat anak itu kesal.

"Pusing?" Tanya Cale memecah keheningan yang tercipta. Aku hanya mengangguk membenarkan.

"Kakak kenapa ada disini?" Tanyaku heran. Karena hubungan Mikhael dan Cale sangat buruk sebelumnya. Meraka jarang bertemu dan kalaupun bertemu tidak ada komunikasi sama sekali. Makanya aku cukup heran kemaren anak itu marah dan khawatir kepadaku, bahkan pagi ini sudah berada dikamarku. Eros saja belum kesini, entah bagaimana nanti saat eros menemukan Cale berada di kamarku.

"Membantumu" Jawabnya singkat. Cale mengganti kain pada hidungku dengan kain yang masih bersih.

Aku menarik pelan baju pada bagian lengannya mengisyaratkan untuk memintanya duduk, Cale menurut dan duduk dikasur menghadap ku.

Terdengar suara Eros meminta izin untuk masuk kekamarku "Masuk" Bukan aku yang menjawab tapi Cale.

Eros masuk kekamarku dengan raut wajah tegang, tentu saja ia dapat mengetahui siapa pemilik suara yang menyuruhnya masuk tersebut. Lebam pada pipinya masih terlihat, walaupun lebih baik daripada kemaren.

Eros segera mendekat "Biar saya saja tuan muda" Ucap Eros sopan.

"Diamlah" Jawab Cale acuh. Ia masih dengan telaten menutup hidungku.

Setelah menghabiskan 4 potong kain, mimisan ku akhirnya berhenti, Cale masih duduk dengan nyaman dihadapanku.

"Mandilah, aku akan menunggumu" Jelas Cale karena aku hanya memandanginya.

Eros segera membantuku untuk mandi dan berpakaian. Cale masih berada di kamarku duduk dengan tenang dikursi, sedangkan para pelayan menata sarapan dimeja. Aku melangkah mendekat dan duduk dikursi yang berhadapan dengan Cale.

"Kenapa kau berpakaian rapi sekali?" Komentar Cale setelah menatap pakaianku.

"Aku ada kelas" Jawabku kalem.

"Istirahatlah, kau sakit. Tidak perlu mengikuti kelas" Balas Cale tak habis pikir.

"Aku baik-baik saja"

"Kubilang istirahat saja. Aku yang akan memberitahu ayah untuk menghentikan kelasmu" Balas Cale tak mau kalah. Dari nada suaranya jelas sekali bahwa anak itu telah jengkel padaku.

"Aku bosan. Aku akan berhenti mengikuti kelas jika aku sudah merasa tidak sanggup" Jawabku akhirnya. Cale memandangku tajam, tidak puas dengan jawabanku.

"Terserah, lakukan sesukamu" Balas Cale dingin, ia segera memulai sarapan. Menu sarapan pagi ini adalah telur mata sapi, daging asap, sosis dan salad. Sosisnya lumayan enak menurutku, mungkin ini akan menjadi salah satu makanan favotitku di kediaman valentine ini.

Tiba-tiba Cale menaruh sosis dipiringku, mungkin ia sadar jika aku lahap memakannya. Aku hanya tersenyum tipis sebagai balasan Terima kasihku. Dan tentu saja tidak ada senyum balasan darinya, ia hanya memandangku sekilas dan kembali fokus terhadap makanannya.

Cale menyelesaikan sarapannya lebih dulu, tapi ia masih betah duduk dikursi dan melihatku yang masih makan "makanlah yang banyak" Ucap Cale, tanpa menunggu balasan ku, ia berdiri dan melangkah keluar dari kamarku.

Sepertinya progres mendekati Cale lumayan juga. Walaupun Cale masih sering berteriak kepadaku, belum pernah tersenyum dan komunikasi yang masih singkat tapi Cale terlihat perduli kepadaku.

Ia datang sepagi ini hanya untuk membantuku saat mimisan dan sarapan bersama, bahkan kemaren ia berniat menemaniku walaupun ia sedang lelah sekalipun. Dibandingkan dengan Duke yang hanya datang sebentar kemaren. Entah bagaimana caraku mendekati Duke, mungkin aku akan mendekati Cale terlebih dahulu. Karena sepertinya mendekati Cale lebih mudah.

Setelah menyelesaikan sarapan, aku segera menuju ke ruang belajar, disana Charente sudah menunggu. Kami memulai kelas seperti biasa. Setelah kelas selesai aku pergi ke taman mansion. Karena sebenarnya aku tidak tau harus kemana, aku bosan dikamar dan aku juga malas ke perpustakaan, ingat aku tidak mempunyai hobi membaca seperti Mikhael yang asli.

Di taman pun aku sebenarnya sudah cukup bosan, tapi bagaimana lagi, hanya ditaman yang lumayan. Setidaknya disini bisa memanjakan mataku dan menghirup udara yang sejuk.

Saat tiba ditaman ternyata ada Cale dan Nora yang sedang minum teh, aku berjalan mendekat untuk memberi sapaan, jika beruntung mungkin aku bisa ikut bergabung dengan mereka.

Nora adalah orang pertama yang menyadari keberadaanku, ia tersenyum kearahku dan melaimbaikan tangannya. Setelah sampai aku memberi sapaan kepada Cale dan nora.

"Duduklah" Cale berbicara sambil menepuk kursi yang berada disebelahnya. Aku langsung menurut dan duduk dikursi.

"Mau susu?" Tanya Cale

"Boleh?" Tanyaku balik

"Tentu saja" Cale segera menyuruh pelayan mengambilkan ku susu, karena yang berada di meja hanya ada teh dan kudapan-kudapan manis.

Sebenarnya aku juga bisa minum teh, tapi aroma dan teh didunia ini lebih kuat dan aku tidak menyukainya. Maka dari itu aku lebih memilih susu. Kalau bisa sebenarnya aku ingin minum kopi, tapi tentu saja itu akan aneh jika anak berusia 10 tahun minum kopi, lagipula disini kopi tidak sepopuler teh dikalangan bangsawan, aku bahkan ragu jika didapur valentine ada kopi. Mungkin nanti aku bisa bertanya kepada eros.

"Bagaimana keadaanmu khael?" Tanya Nora ramah, yah dia memang tipe yang ramah dan murah senyum. Kenapa keluarga mikhael tidak ada satupun yang seperti Nora, jadinya misi ku tidak akan sesulit ini.

"Sudah lebih baik" Jawabku kalem.

"Syukurlah, kau tidak boleh terlalu lelah, ingat" Lihatlah bahkan dia bisa semanis itu memperlakukan adik temannya. Seharusnya Cale belajar dari nora.

Nora mendekatkan piring kue-kue padaku " Kau suka yang mana? Makanlah" Aku mengambil salah satu kue dengan rasa coklat.

"Kau menyukai coklat?" Aku mengangguk membenarkan

Selama waktu minum teh itu dipenuhi dengan pertanyaan Nora padaku dan Cale yang hanya mengamati saja, benar hanya mengamati, dia bahkan tidak mau repot-repot ikut mengobrol atau bertanya sesuatu kepadaku. Sepertinya jalanku masih panjang.





















*****

100 DaysWhere stories live. Discover now