19. Saat Mikhael Tidur

6.3K 902 27
                                    

Suara langkah kaki bergema dilorong-lorong mansion Valentine pada malam hari. Cale baru saja tiba di mansion setelah menyelesaikan urusan diistana.

Hal pertama yang Cale tuju saat tiba di mansion adalah kamarnya sendiri, bukan karena ia sangat lelah setelah menempuh perjalanan pulang pergi, tapi karena ingin segera melihat mikhael yang tidur dikamarnya.

Didepan kamarnya terlihat 2 orang kesatria yang setia menjaga. Hal pertama yang Cale lihat saat masuk kamar adalah arthur yang duduk dengan santai disamping ranjang.

"Ayah" Panggil Cale dengan suara pelan, ia takut membangunkan mikhael yang tidur dengan lelap itu kalau bersuara terlalu keras.

Tidak ada tanggapan dari orang yang dipanggil Cale, Arthur fokus dengan kanvas yang berada di tangannya.

"Itu lukisan Mikhael?" Tanya Cale, ia melangkah dengan cepat menghampiri arthur. Cale juga penasaran bagaimana lukisan adiknya itu.

Diluar ekspektasinya, lukisan mikhael terlalu bagus untuk lukisan anak berumur 10 tahun, bahkan mikhael baru pertama kali melukis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diluar ekspektasinya, lukisan mikhael terlalu bagus untuk lukisan anak berumur 10 tahun, bahkan mikhael baru pertama kali melukis. Cale tidak pernah tau jika mikhael memiliki bakat melukis, ia kira Mikhael hanya ingin mengisi waktu luang dan melukis main-main seperti anak kecil pada umumnya. Pantas saja anak itu begitu bahagia saat mereka memilih peralatan melukis.

Cale mencoba mengambil lukisan mikhael dari tangan ayahnya, tapi arthur hanya bergeming dan tidak menyerahkan lukisan itu pada anak keduanya tersebut.

"Ayah aku pinjam sebentar" Minta Cale dengan suara lebih pelan dari sebelumnya, karena jaraknya yang tidak jauh dari mikhael.

"Untuk apa? Sekarangpun kau masih bisa melihatnya" Jawab arthur kalem, ia bahkan tidak repot-repot mengalihkan pandangannya pada Cale.

"Lukisan itu untukku" Ujar Cale masih dengan nada yang pelan, menghadapi ayahnya memang membutuhkan banyak kesabaran.

"Benarkah?" Tanya arthur curiga, akhirnya ia mau menatap lawan bicaranya.

Cale tentu saja berbohong, Mikhael hanya bilang akan menunjukkan lukisannya pada Cale bukan memberikannya. Tapi jika Cale meminta lukisan itu, Mikhael pasti tidak keberatan memberikannya pada Cale.

"Benar, Mikhael bilang sendiri" Ujarnya dengan penuh keyakinan.

"Bohong" Jawab Arthur singkat. Ia hafal sekali jika Cale berbohong, sedari kecil Cale memang pembohong yang buruk. Mata anak itu terlalu jujur untuk berbohong.

Arthur kembali melihat lukisan Mikhael, mengacuhkan keberadaan anak keduanya itu.

Kenapa orang selalu tau jika Cale berbohong sih, apa sangat terlihat jelas saat ia berbohong. Padahal ia sudah berusaha sebaik mungkin agar tidak ketauan. Tapi tetap saja, Orang-orang akan mengetahui jika ia sedang berbohong, bahkan Mikhael yang masih anak-anak bisa membedakan saat ia jujur atau berbohong. Sepertinya ia perlu belajar dari Eiser, semua ucapan kakaknya itu selalu terdengar dapat dipercaya dan jujur. Padahal Eiser sering membohongi Cale saat kecil, tapi Cale selalu percaya semua ucapan kakaknya itu.

"Lukisan Mikhael bagus kan ayah?" Ucap Cale mengalihkan pembicaraan. Hanya dibalas deheman oleh arthur.

"Apa memang mikhael suka melukis? Aku tidak pernah tau?" Tanya cale.

"Tidak, dia suka membaca" Jawab arthur akhirnya. Selama yang arthur tau, mikhael lebih suka menghabiskan waktunya membaca di perpustakaan. Belum pernah ia melihat anaknya itu menggambar atau melukis.

"Sekarang dia sudah tidak suka membaca ayah" Ujar cale bangga karena lebih mengetahui tentang mikhael dari pada ayahnya itu.

"Benarkah?" Tanya arthur tak percaya. Karena arthur masih ingat betapa sukanya anak itu pada buku.

"Tentu saja, dia bahkan akan langsung mengantuk jika membaca buku" Lanjut cale menceritakan kebiasaan mikhael yang baru. Cale awalnya juga cukup heran, anak yang dulunya penggemar buku itu sekarang akan mengantuk hanya dengan membaca beberapa lembar halaman. Tapi tetap saja lebih baik anak itu tidak membaca agar tidak sering tidur, karena ia akan mimisan jika bangun tidur. Kesehatan mikhael adalah prioritas utama untuk Cale.

"Jangan biarkan anak itu terlalu sering membaca" Perintah arthur. Jika mikhael sering tidur, mimisan yang dialami mikhael juga akan lebih sering. Mikhael akan kekurangan darah lagi dan kondisinya akan memburuk seperti sebelumnya.

"Aku tau ayah" Balas Cale malas, sebelum ayahnya memerintah pun ia sudah tau apa yang harus dilakukan.

"Ayah, temuilah mikhael saat dia bangun. Mikhael kira ayah marah padanya karena tidak pernah menjenguk" Minta Cale pada arthur, ia tidak mau membuat mikhael banyak pikiran yang berakibat buruk pada kondisinya. Apalagi hanya gara-gara ayahnya yang aneh itu, ia bahkan tidak paham kenapa arthur tidak pernah menemui mikhael saat anak itu sadar tapi menemuinya saat anak itu terlelap.

"Hmm"

Cale menghembuskan nafasnya lelah mendengar jawaban arthur, ia tidak yakin ayahnya itu mau menuruti permintaannya. Padahal ia meminta itu juga untuk kebaikan mikhael dan arthur.

Cale naik ke ranjang dan duduk disebelah mikhael yang masih terlelap tanpa terganggu sedikitpun. Ia menepuk-nepuk punggung mikhael dengan pelan, dan mikhael tanpa sadar mendekatkan tubuhnya ke Cale, hal itu dapat membuat arthur mengalihkan pandangannya dari lukisan, ia memandang kedua anaknya itu dalam diam.

"Bagaimana perkembangan obat untuk mikhael ayah?" Tanya Cale setelah keheningan yang cukup lama.

"Belum ada perubahan" Jawab arthur tenang.

"Mikhael bisa sembuh kan ayah?"

"Tentu" Jawab arthur tanpa keraguan sedikitpun.

Cale sedikit tenang mendengar jawaban arthur tersebut. Walaupun ia mengatakan kepada mikhael bahwa ia dapat sembuh, tapi ia sebenarnya takut jika mikhael tidak dapat disembuhkan. Banyak kemungkinan-kemungkinan buruk yang selalu memenuhi pikirannya. Tapi ia tidak boleh menunjukkan hal tersebut didepan mikhael. Ia harus meyakinkan anak itu jika penyakit yang dideritanya bisa sembuh.

Pintu kamar yang terbuka merebut etensi Cale, Eiser masuk ke kamarnya dengan tampang lelah.

"Kau pulang" Ujar Eiser dengan suara yang cukup dalam.

"Aku baru saja sampai, kau terlihat lelah" Komentar Cale setelah melihat wajah eiser yang lebih kusut dari biasanya. Eiser dengan santai mendekati ranjang dan menjatuhkan dirinya disamping kiri mikhael.

"Kurang tidur" Balas eiser dengan suara pelan sambil menutup matanya, ia hanya butuh tidur saat ini. Tapi Eiser belum mengunjungi mikhael hari ini, jadi ia mampir sebentar ke kamar Cale untuk melihat mikhael, sudah menjadi rutinitasnya mengunjungi mikhael sekali sehari, ia hanya ingin memastikan keadaan anak itu baik-baik saja.

"Tidurlah di kamarmu, kenapa kau malah kesini?" Usir Cale.

"Berisik, mikhael bisa bangun" Balas eiser memperingatkan, arthur hanya mengamati percakapan dua anaknya itu, tanpa mau merepotkan dirinya untuk ikut campur.

"Pergilah kalau tidak mau aku berisik" Balas Cale tak mau kalah. Ia hanya tidak rela jika eiser ikut tidur dikamarnya, walaupun kasurnya lebih dari cukup untuk menampung satu orang lagi, tapi tetap saja ia tidak mau. Kalau eiser mau tidur disofa mungkin ia akan mengizinkannya.

Eiser mengabaikan perkataan Cale, dengan santai ia menyamankan posisinya, ia akan tidur sebentar setelah itu akan melanjutkan pekerjaannya yang masih belum selesai. Ia cukup senang dengan suasana saat ini, akhirnya keluarganya bisa berkumpul seperti dulu lagi, entah kenapa ia merasa nyaman, mengingatkan saat ibunya masih hidup dulu. Rasanya ia benar-benar dirumah sekarang.




******
Jangan lupa vote dan komennya

Pict:pinterest

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang