18 - The Rookie That Disappear

97 13 0
                                    

_________________________________

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_________________________________

Perasaan dan istilah simpati pun sepertinya sudah dihapuskan dari kamus miliknya.
_________________________________

Bunyi jeritan dan isakan wanita-wanita terdengar samar-samar di ruangan sebelah. Tidak ada yang tahu pasti penyebabnya, tetapi Toji sudah cukup muak mendengarkan raungan sumbang dan cempreng yang diciptakan oleh pita suara para perempuan dan wanita yang terkunci di dalamnya. Hal ini mengganggu konsentrasi Toji yang tengah bermain catur, sampai-sampai membuatnya salah langkah.

"Checkmate,"

"He-he-he~ uang uang uuuu-aaang... Uangnya dong~ kemarikan uangmu!!!"

Rahang pemuda itu terkunci sempurna, dirinya sedang berusaha susah payah untuk tidak menghantam rivalnya saat ini. Ia mematahkan pion catur yang sedang dipegangnya, lantas berjalan keluar ruangan dengan kondisi yang masih sempoyongan karena bir.

"HEEEI~-- KE..napa mematahkan pionku??!!?!" Teriak pemilik alat bermain catur itu.

Toji berjalan ke ruangan yang berada di sebelah dengan menggenggam botol bir di tangan kirinya. Kaki kiri pemuda itu mendobrak pintu kayu yang memang sudah rapuh dengan mudahnya, dan ketika pintu itu terbuka, matanya mendapati seorang pria paruh baya yang tengah memperlakukan wanita-wanita tadi dengan tidak pantas. Dengan posisi kaki dan tangan saling terikat, tidak banyak yang bisa dilakukan korban-korban di lokasi. Mulut yang tersumbat dan terikat kain meredam teriakan yang berusaha disalurkan kepada orang-orang di luar.

"Ah. Pemandangan tidak senonoh," gumam Toji. Ia lantas menarik paksa rambut pria itu dari belakang, lalu menjambaknya keras. Pria itu terlihat mabuk berat, wajahnya merah padam dan liurnya menetes melintasi kerah bajunya. Toji menatapnya sebentar sebelum akhirnya melayangkan tinju tepat di rahang orang itu.

Hanya satu pukulan saja, tetapi pria itu langsung jatuh tersungkur ke bawah, matanya membengkak dan wajahnya semakin kemerahan. Manik hijau Toji belum puas dengan kondisi orang itu, sehingga ditendangnya tubuh lunglai itu hingga menabrak ujung kabinet kayu yang agak runcing. Dengan posisi agak berjongkok, Toji merogoh setiap saku yang ada pada pakaian pria itu, dan menemukan sebuah dompet cokelat yang agak tebal. Ia segera mengambil dan menyimpannya di saku.

Setelahnya, Toji melihat kondisi perempuan-perempuan yang menjadi korban. Keningnya mengerut, wajahnya menyerngit jijik. Kesal karena baginya perempuan inilah yang menjadi alasan dirinya kalah, tangan Toji dengan mudahnya melayangkan botol bir yang ada tepat di kepala sang perempuan, membuatnya tidak sadarkan diri. Kedua perempuan lain menatapnya gemetaran, memohon pengampunan dan minta untuk dibebaskan.

"T-tolong... Ampuni kami..."

"A-aku hanya ingin m-mencari nafkah bagi adikku..."

Finding 𝐈𝐊𝐈𝐆𝐀𝐈 | Toji ZeninWhere stories live. Discover now