Extra : Love

171 4 0
                                    

Note :
Harap diperhatikan chapter ini ada adegan dewasa, baca dengan konsekuensi ditanggung sendiri.

TOLONG DIPERHATIKAN BATASAN UMUR SEBELUM MEMBACA!

Aldo jarang bawa gue menemui teman2nya.
Bukan gue komplen, tapi gue pikir apa gara2 sejarah gue sama teman2nya?
Dalam hal ini, teman2 Casey.

Omong2 soal Casey, hubungan kami membaik.
Kami uda lebih terbuka satu sama lain.
Banyak yg beda, tapi ada yg sama.

Misalnya soal nyokap.

Casey lega nyokap ga balik lagi ke Tommy.
Hanya dia khawatir sama selera nyokap yg menurut dia agak ekstrim.
Cuman itu urusan nyokap, ga mungkin gue larang2 apa yg dia suka.

Teman nyokap, Tante Desiree, seleranya mirip.
Jadi seperti akhir pekan ini, mereka kencan buta sama cowo2 yg sesuai selera mereka, tinggi besar banyak otot.

"Kenapa ga cari cowo normal yg biasa aja, yg profesinya kerja kantoran normal, yg keliatannya lebih bertanggung jawab, kenapa?"
Casey ngomel sama gue.

Tapi gue tau sih, soal selera gini, selera gue juga ada yg menjurus ke sana.
Maksudnya, gue ini juga ga polos.
Selama ini gue menikmati cowo2 besar, artinya senjata yg besar.
"Bukan cuman nyokap yg suka. Bukannya loe juga sama, suka yg besar?"

Casey terdiam.
"Ok. Mungkin loe benar."
"Yg besar, emang enak."
"Tapi loe awasin nyokap, jangan yg cuman asal besar aja."

"Omong2...artinya loe juga suka?"
Nada Casey jadi lebih ringan setelah selesai bahas nyokap.

"Siapa yg ga suka. Naif sekali."
Gue jujur menikmati.

"Jadi Aldo punya...?! Hahaha!"
"Ga sangka, dia ga pernah pake ketat2 sih, ah sayang..."
Casey tertawa mesum.
"Loe tau ga, dia banyak yg suka, terutama cewe2 tuh, tipikal calon suami banget."
Lanjut segera masuk ke sesi gosip.

"Loe klo mau cerita, ceritain aja."

Jadilah Casey menbongkar betapa bahayanya jadi pasangan Aldo di kampus.

Dalam hati gue bertanya2, apa jangan2 Aldo ga memperkenalkan teman2nya karena alasan ini?
Meski gue cowo, tapi klo berantem sama cewe2 tetap ga yakin menang.

"Jadi loe harus bersyukur dapat dia."
Sesi gosip selesai.

"Hmm...terus kabar loe?"

"Ivan? Atau...?"
Casey mungkin mempertimbangkan gue yg ga mau dengar namanya.

"Dua2nya."

"Ivan masih sama, belum bergeming."
"Gue uda hampir menyerah, tapi perasaan ini..."
Casey terdengar menghela napas panjang.

"Sedangkan hmm...Mister B...Ian mergokin bersama orang lain yg mirip gue."
"Ian masih belum menyerah."
"Gue cape."

"Kenapa loe ga sama Brad?"
Dengan Ivan yg ga tergapai, Brad yg terobsesi dengan Casey, mengapa ga bisa terselesaikan...

"Karena Ivan."
"Loe ga tau Ivan jadi mungkin loe ga tau daya tariknya."
Casey sungguh keras kepala soal ini.

Dalam hati, terlepas dari gue benci Brad, tapi semakin gue dengar Casey, semakin gue ngerti sakitnya bertepuk sebelah tangan.
Baik Casey maupun Brad ini, terobsesi sama orang yg salah.

Gue jadi teringat sama seseorang yg diam2 juga memendam lama sama gue.
Pipi gue merah.
Gue kangen dia.

Jadi setelah telepon dengan Casey berakhir.
Gue menelepon Aldo.

Tadinya gue pikir gue bakal keluar makan sama nyokap, ga taunya nyokap mendadak janjian kencan buta sama seseorang.
Dia ga mungkin bawa gue.

"Nyokap jadi keluar, gue sendirian."

Di ujung sana Aldo tertawa.
"Belum pernah di sana, mungkin ini saatnya."

Telinga gue panas.
"Ok."

Aldo datang cepat sekali.
Dia membawa makan malam buat kami berdua.
Jadi selesai makan, kami segera lanjut ke kamar.

"...ahh...ahh....ahhh..."
Sudah lama gue ga melakukannya di kamar gue yg kecil ini.

Tapi kali ini dengan orang yg paling gue sukai.

"Aldo...gue cinta loe."
Pertama kali gue menyatakan secara terang2an, gue merasa perlu menegaskannya.

"Cal...gue juga cinta n akan selalu cinta loe seorang."
Aldo menatap gue, perasaan sayangnya menuju bagian terdalam n memenuhi hati gue.

Kami berciuman, membuka hati kami satu sama lain.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 31, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rainy (bxb mxb 21+)Where stories live. Discover now