Chapter 15 : Out

259 3 0
                                    

Note :
Harap diperhatikan chapter ini ada adegan dewasa NONCON / DUBCON.
Baca dengan konsekuensi ditanggung sendiri.

TOLONG DIPERHATIKAN BATASAN UMUR SEBELUM MEMBACA!

BILA TOPIK TIDAK COCOK, JANGAN DITERUSKAN!

Hari berikutnya segala keruwetan kemarin malam, tampak hilang dari wajah kami di depan nyokap.
Saat itu gue sadar, gue n Casey mirip, sama2 menyembunyikan emosi.
Dia lebih ceria, gue lebih diem.
Tapi di dalam ga ada yg tau.

Kami berkeliling mencoba beberapa cafe kecil di sekitar pantai.
Gue, nyokap, Tommy cukup enjoy.
Hanya Casey yg terbiasa hidup lebih mewah terlihat kurang nyaman.
Buat dia mungkin lebih pas tinggal di resort daripada hotel kecil seperti ini.

Sore terakhir liburan kami, Casey bicara lagi ma gue, dia memberi uang dalam jumlah besar utk gue simpen buat nyokap.

Dia merasa prihatin melihat nyokap.
Dia juga ga begitu suka Tommy yg dianggapnya membebani nyokap.
Sebagai sesama anak, gue memaklumi karena mungkin buat Casey yg tumbuh berkecukupan, kondisi kami yg jauh berbeda tampak memprihatinkan.

Malamnya kami semua makan sama2 di resto dekat hotel.
Tommy membeli beer.
Nyokap n Casey ikut minum.

Lalu kami semua kembali ke hotel.
Nyokap n Casey jalan di depan, gue n Tommy menyusul di belakang.
Tommy minum banyak sekali.
Tubuhnya bau beer n jalannya agak sempoyongan.

Saat di belokan, nyokap n Casey yg sudah jalan duluan, menghilang dari pandangan gue.
Sedangkan gue mengikuti kecepatan Tommy yang berjalan sangat pelan.

Tiba2 dari belakang bahu gue ditarik.
Gue didorong ke tembok.
Aroma beer sangat kuat.
Bibir gue dicium n digigit dengan kasar.

Gue mencoba mendorong Tommy, tapi ga berhasil.
Tangannya menarik turun celana gue, tapi ga bisa turun semua karena gue pake celana karet.
Sebagian b*kong gue terbuka, tangannya yg dengan kasar meremasnya.

"...ummm...ummm..."
Gue mencoba melawan dengan menghindari ciumannya.
Tapi bibir n bulu wajahnya malah bergeser ke pipi n leher gue.
Dia menciuminya dengan ganas.
Tangan gue hanya bisa menahan bahunya, tapi Tommy ga bergeming.

"Cal!"
Teriakan Casey menyadarkan makhluk mabuk di depan gue.

Gue dilepaskan.

Dari belokan, keluar Casey.

Dia tampak lega sesaat, sebelum melihat wajah n celana gue.

"Kenapa...?"
Dia melirik ke Tommy yg saat ini mukanya merah.
Tommy dengan cuek berjalan melewati Casey.

Gue menunduk, mengikuti Tommy.

Casey kemudian menyusul.

Gue takut ketemu nyokap jadi gue berjalan cepat2 melewati nyokap yg sibuk selfie di lobby, menuju ke kamar gue.
Gue segera mandi n ganti baju tidur.

Waktu gue keluar, Casey sedang main HP di atas ranjang.

Dia ga bilang apa2.
Gue pikir mungkin dia ga akan ikut campur.

Tapi ternyata engga.

"Loe sama Tommy?"

"Jangan kasitau nyokap!"
Gue segera memberinya peringatan.

"Dia paksa loe?"

Gue menjilat bibir gue yg terluka, hanya bisa menunduk.
"Awalnya ya...tapi..."

Entah kenapa gue jadi membeberkan hari di mana gue mabuk.
Sampe gue jujur klo gue terbiasa dengan Tommy.
Betapa saat gue ga bisa bicara sama siapa2, dia yg menemani gue sampe saat ini.

"Yg tau loe g*y, cuman dia?"
"Temen2 loe ga ada yg tau?"

Gue mengangguk.

Casey cuman menghela napas.
"Gue ngaku ke Ian, waktu gue naik kelas 10."
"Dia juga ternyata sesama, gue jadi ga pernah kesepian."
"Bokap baru tau pas gue kejar Ivan."
"Gue melakukannya secara terang2an n keluarga Ivan sering ada kerjasama dengan bokap."
"Reaksi bokap sih cuek, dari dulu dia ga pernah peduli sama keluarga."
"Tapi nyokap beda."

"Gue ngerti posisi loe."
"Hanya saat ini apa loe menikmati bersama Tommy?"
"Loe suka dia?"
"Mau dia jadi milik loe n loe milik dia?

Gue bingung.
Tommy sering bilang dia suka.
Tapi gue?
Gue hanya menganggap dia sebagai pengisi kekosongan yg gue rasakan, teman berbagi.

Jadi gue menggeleng.

"Saat ini ada yg loe suka?"
Gue menggeleng lagi.

"Klo Tommy ninggalin nyokap, apa loe akan bersama dia?"
Gue menggeleng lagi.

"Lebih baik kalian terbuka."
"Biar Tommy memikirkan apakah dia benar2 suka nyokap atau bertahan dengan nyokap demi loe?"

Gue menunduk.

Gue ingin melawan Casey yg sok tau, yg berlagak jadi kakak.
Hanya gue tau, ada kebenaran di kata2nya.
Gue ga mungkin begini terus.

Casey juga sepertinya merasa dirinya ga pantas ngatur hidup gue.
Gue tau sebenernya dia juga enggan ikut campur.

"Klo ga salah, loe kenal dengan Aldo?"

Gue mengangguk.

"Apa dia baik sama loe?"

Gue mengangguk.

"Kamu bisa terbuka sama dia?"
"Hmm...soal kamu g*y?"

Gue geleng2 sekuat tenaga.
Ga mungkin.
Gue bakal malu banget sama Aldo.

"Dia sepertinya bisa diandalkan, cukup dewasa n pintar."

Gue menunduk.
"Gue dekat dengan adiknya, Aldo sudah gue anggap sebagai kakak sendiri."

"Ini hanya saran, coba cerita sama dia."
"Dia anak muda, selama ini gue n temen2 g*y bisa berteman baik dengan dia."
"Harusnya dia ga akan membenci loe."
"Mungkin dia bisa bantu loe utk sekadar berbagi."

Casey kemudian menawarkan.
"Apa mau gue bicara dulu dengan Aldo?"

Memberitahu Aldo bahwa gue g*y n terlibat perselingkuhan dengan pacar nyokap?

Gue ga tau apa gue bisa.

Hanya saat ini gue emang merasa sendiri.

Mungkin ini waktu utk terbuka.

Gue uda 17thn.

Mungkin ini waktunya?

Rainy (bxb mxb 21+)Where stories live. Discover now