Chapter 20 : Friends

196 2 0
                                    

Aldo sangat iseng.

Dia tau gue akan susah menjelaskan bila gue ngilang terlalu lama.
Dia malah menahan gue utk melakukannya lagi.

Akibatnya saat gue kembali ke kamar Alvin...

Gue merasa kedua teman gue menatap gue berbeda.

"Cal, dari tadi sama Kak Aldo ngapain?"
Theo yg pertama langsung menanyakannya sama gue.

Alvin mengikuti.
"Akhir2 ini loe sering sama kakak gue."
"Mungkin loe mau cerita sesuatu."

Ok, gue dilema.

Inikah saatnya gue terbuka?

Gue benar2 panik.

Tok! Tok!
Ada bunyi ketukan di pintu.

"Masuk!" jerit Alvin.

Aldo nongol di pintu bawa potongan buah.

Tadi waktu gue keluar dari kamar mandi, Aldo menghilang.
Ternyata dia pergi ke dapur utk menyiapkan buah2an.

"Cal, ini gue potong buah, makan sama Alvin n Theo."
Aldo menaruh piring berisi buah potong, menghampiri gue utk merapikan rambut gue yg belum terlalu kering meski sudah dihairdryer barusan.

Alvin n Theo melotot.

Gue membatu.

Aldo biasa saja, seperti ini kejadian yg sehari2 terjadi.

"Ehem...Kak...ini loe n Cal?"
Alvin yg pertama berhasil membuka mulut.

"Iya Vin, gue n Calvin sedang mencoba menjalin hubungan."
Aldo spontan menjawab sambil tersenyum.

Orang dewasa memang beda.
Pipi n telinga gue uda merah panas kayak tomat rebus.

Theo tampak agak mangap.
Tapi ga lama dia sadar n nutup mulut, terus malah ikutan merah.

"Sejak kapan?"
"Ok, gue emang merasa kakak gue perhatian banget sama Calvin, tapi...sejak kapan...jangan2 uda...no...kapan?"
Alvin lebih bisa kembali berkepala dingin, meski masih belepotan.
"Kak, loe ga sama Calvin dari kita kelas 7, engga kan??"

"Tenang, Vin, ini baru kok."
"Legal."
Aldo selalu tenang menjawab, malah gue rasa dia menikmatinya.

"Ok, gue uda merasa."
"Tapi ga begini sih."
"Ah! Terserah kalian!"
Alvin jadi bingung sendiri.

"Uh...Cal, selamat..."
"Kak Aldo juga, selamat..."
Tau2 Theo malah mengucapkan selamat sama gue n Aldo.

"Thank you, Theo."
Kak Aldo menerima dengan berseri2.

"Ok, gue beresin peralatan di dapur dulu."
"Kalian makan buahnya."
Aldo mengundurkan diri dari suasana kagok di kamar Alvin.

Begitu pintu ditutup.
Alvin langsung nyamperin gue.

"Loe!"
"Ga bilang apa2!"
"Klo gue ga pergokin loe ngilang, apa loe bakal diem2 aja?!"
Alvin langsung mencecar gue.

"Sorry..."
Gue bener2 merasa salah, menutupi ini dari mereka.

"Gue ga tau harus gimana waktu pertama sadar klo gue beda, Vin."
"Klo gue g*y, apa kalian akan tetap temanan sama gue?"
"Ga bakal menjauh atau risih?"
"Gue takut kehilangan teman2."

Alvin n Theo terdiam.

"Klo gue sih, akan merasa kaget, tapi sebentar aja."
Theo menanggapi pengakuan gue.

"Gila loe."
"Apa menariknya sesama cowo?"
"Yg dia punya, gue juga punya."
"Terus ga ada yg empuk2 di atas, rugi!"
Alvin yg ceplas ceplos menyatakan kebingungannya.

"Ya...mungkin...beda mesin kali..."
Theo tau2 nyeletuk.

"Apaan bawa2 mesin??"
Alvin jadi bingung.

"Itu, dalem hatinya gitu..."
Theo mencoba menerangkan maksudnya.

"Ya bilang hati, malah bawa2 mesin!"
Alvin tampak kesal.

"Gue pribadi, ga tau juga harus gimana, tapi sepanjang loe ga naksir salah satu dari kita, apa bedanya loe g*y atau engga?"
"Hanya, ini loe sekarang sama kakak gue, itu bagaimana awalnya?"
Alvin menatap gue bingung.

Gue menceritakan sekilas soal Brad n mereka berdua tampak terkejut gue sempat diem2 berhubungan dengan Brad.
Lalu, peristiwa kembalinya Brad ke Casey.
Gue skip soal Tommy karena itu terlalu memalukan utk diceritakan.
Langsung ke Casey putus n mau bantu gue.

"Awalnya Kak Aldo mengira gue mau bilang gue suka dia."
"Padahal Casey mau gue sebagai g*y punya tempat curhat utk perasaan gue."
"Ternyata, Kak Aldo ada perasaan ke gue."
"Jadi singkat cerita, gue ini sedang mencoba menjalani bersama Kak Aldo."
Gue menunduk malu karena ini seperti membuka semua rahasia gue selama ini.

Betapa gue seperti membohongi teman2 terdekat gue.

"Wow..."
Theo yg mangap lagi.
"Cal, loe bener2 ga keliatan..."
"Padahal hampir tiap hari kita sama2."
"Kak Aldo juga, wow..."
"Gue bener2 ga bisa...ga bisa lihat...padahal di depan mata..."
"Wow..."

"Cal, klo dari gue, gue kenal loe cukup lama."
"Gue tau loe orang yg serius."
"Klo emang loe serius, ya jalanin."
"Kakak gue itu, uda dari dulu merhatiin loe."
"Sampe gue rasa, gue ini adik yg ketuker karena dia memperlakukan loe dengan halus, sedangkan ke gue lebih barbar."

"Selama ini, gue ga pernah dikenalin saat dia deket sama siapapun."
"Gue merasa semua yg dekat hanya teman biasa."
"Baru kali ini dia terbuka cerita soal hubungannya."

"Gue pribadi ga mentingin mau cowo atau cewe."
"Klo itu loe, mungkin itu keberuntungan dia, jodohnya di depan mata."
Alvin yg serampangan bisa mendadak serius.

Aura kakak beradik ini mirip klo lagi serius.

"Gue serius."
Gue lega banget bisa terbuka sama mereka.
"Gue sangat pikiran."
Mata gue berkaca2.
Ga ketahan karena gue bener2 takut sama reaksi mereka klo tau gue seperti ini.

"Cal...jangan nangis..."
Theo yg panik.
"Ga apa kok."
"Kita ga akan ngapa2in sama loe."
"Eh, maksud gue, kita selalu teman, ya kan, Vin?"

"Ya iyalah!"
"Malah gue sama loe bisa jadi ipar. Hahaha."
Dasar Alvin, cepat amat dia kembali normal.

"Dah jangan nangis..."
"Makan ini, buahnya manis."
Theo buru2 kasi gue buah potong.
Buat dia, obat dari segala kesusahan adalah makanan.

Gue makan sambil nangis.

Tapi rasanya emang manis sekali.

Rainy (bxb mxb 21+)Where stories live. Discover now