Chapter 9 : Secret

315 1 0
                                    

Brad segera pamitan.

Nyokap ngajak gue keluar makan bareng dia n Tommy.
Karena ada Tommy, nyokap ga nanya2 soal Brad.

Gue sedikit lega n bersyukur atas kehadiran Tommy.

Kami pergi ke restoran steak kecil yg sering kami kunjungi karena di sini murah, tapi porsinya besar.

Nyokap tampak sangat menyukai fisik Tommy.
Nyokap pikir karena cahaya remang2 gue ga bisa memperhatikan.
Tapi sepanjang dia bicara, dia menempel mesra sambil sesekali membelai otot lengan Tommy yg besar itu.

Sepertinya dia bangga bisa ngegandeng seorang cowo macho yg ganteng.

Gue sendiri memutuskan utk sibuk menghabiskan makanan gue.

Nyokap memberikan sebagian porsinya ke Tommy.
Utk cowo sebesar Tommy, dia perlu makan 2 porsi.
Dia bisa menghabiskan semuanya dengan kecepatan yg sama dengan gue n nyokap.

Saat waktunya bayar, Tommy n gue duduk di meja, nyokap pergi ke kasir.

Gue tau dari nyokap, Tommy ini orang baru di bagian gudang.
Dia terhitung pekerja kasar yg kerjanya ngangkatin barang di gudang, bisa disebut dia itu seperti kuli angkut.
Gajinya jauh lebih kecil daripada nyokap.
Karena itu, setiap kencan, nyokap yg bayarin.

"Cowo tadi siapanya Cal?"
Tommy memulai pembicaraan.

"T-teman."
Gue gugup tiba2 ditanya soal Brad.

"Teman biasa atau dekat?"

"Teman de...biasa."
Gue hampir salah jawab karena grogi.
Gue menunduk, ga berani melihat matanya.
Muka gue pasti merah.

"Teman dekat ya."
Tommy mengulang yg bukan jawaban gue.
Gue jadi menatap matanya, mau meluruskan.

Tapi sebelum sempat gue bicara, Tommy malah melanjutkan.
"Ga apa, gue ga akan cerita sama Lily. Ini rahasia kita."

Gue agak terkejut, tapi gue pikir mungkin ini yg terbaik.
"...ok...thank you..."

Tommy ngedipin matanya ke gue.
Gue salah tingkah n mengalihkan pandangan gue dari dia.

Nyokap sudah selesai bayar.
Kami bertiga jalan ke mobil nyokap.

Waktu gue lihat mobil nyokap, gue mempercepat langkah.
Gue ga sengaja kesandung batu pembatas, akibatnya gue oleng n hampir jatuh.

Untung dari belakang, ada tangan besar yg menangkap gue.

Ternyata itu Tommy.

"Duh bahaya sekali!"
"Nyaris saja!"
"Untung Tommy sigap nangkep Calvin."
Gue mendengar suara nyokap yg ketakutan sekaligus lega.

Posisi gue dipeluk Tommy.
Kepala n badan gue nyender ke dadanya yg besar n keras.
Tangannya satu menyilang di dada gue.
Satu lagi ada menyilang di pinggang gue.
Memeluk gue erat2.

"Gue ga apa."
Gue mau segera melepaskan diri, tapi ga bisa.
Tommy kuat banget meluknya.

"Maaf...tapi gue ga apa..."
Sekali lagi gue bilang supaya dia lepasin gue.
Gue agak menggeliat.

Bagian bawah gue bergesekan dengan sesuatu yg besar banget.
Gue tau apa itu!

Gue bingung harus ngapain...
Jantung gue berdebar2!

"Cal, ga apa?"
"Tom, kayaknya loe bisa lepasin dia, sepertinya ga apa."
Nyokap membungkuk mengecek kaki gue.

Di atas kepala gue, gue mendengar bunyi napas memburu.

Hanya sekejab.
Gue merasa ada yg menekan.

Apa dia mencium bagian atas kepala gue?!

Gue mendongak ke belakang berusaha utk melihat mata Tommy.

Matanya fokus menatap mata gue.

Gue merasa klo dibiarkan lebih lama, dia akan mencium gue.

Jadi gue menekan dadanya sekeras mungkin dengan lengan gue.

Tommy perlahan melepaskan gue.

Nyokap yg berdiri lagi, memegang bahu gue memastikan gue ga apa2.
"Cal, hati2!"
"Lihat2 ke bawah klo jalan!"
"Duh, bahaya sekali!"
Nyokap ngomel.
Kemudian dia lanjut jalan sambil mencari2 kunci mobil di tasnya.

Gue n Tommy hanya diam mengikutinya.

Sepanjang jalan, nyokap sibuk cerita.
Sesekali Tommy membalasnya.
Gue diam di jok belakang.

Gue perlu menenangkan diri karena hari ini begitu banyak yg terjadi.

Nyokap n Tommy memutuskan melanjutkan kencan, jadi gue didrop di rumah.

Gue bersyukur jadi gue bisa sendiri dulu mencerna semua ini.
Ada apa dengan Tommy?
Setelah dia tau soal gue n Brad, dia ga akan bilang apa2 ke nyokap kan?

Malam itu, ada chat dari Brad.

B : Cal, sorry besok siang gue ga bisa ke loe.
B : Gue ada tugas kuliah sama Ian.
B : Mungkin gue baru bisa ketemu loe malam.

Gue cukup lelah.
Jadi gue pikir klo besok bisa istirahat, bukanlah ide yg buruk.

C : Ok, ga apa.
C : Kabarin gue klo loe uda selesai.
B : Ok.

Gue taruh HP gue.

Tiba2 terbersit sesuatu di kepala gue.
Gue n Brad pacaran, tapi dia ga pernah bilang cinta sama gue.

Wajar ga sih pacar ga pernah bilang cinta.
Kayaknya dia juga ga pernah bilang suka sejak jadian, selain saat aktivitas seks.
Apa itu bisa dihitung cinta?
Apa gue yg ngarep terlalu banyak?

Gue merasa dia agak beda dengan awal perkenalan.
Dulu kesan gue, dia itu hangat, suka ketawa, suka godain gue.
Cuman setelah seminggu jadian, dia tampak berbeda.

Atau ini Brad yg sebenarnya, sementara yg di awal justru luarnya?

Sungguh membingungkan.

Gue mungkin terlalu lelah, sampai berpikir macam2.

Padahal hari ini pertama gue melakukannya bersama Brad, bukannya senang, tapi malah timbul pertanyaan lanjutan di hati gue.

Otak gue berputar2 sampai akhirnya gue tertidur lelap.

Rainy (bxb mxb 21+)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt