17. Lonely

21 4 0
                                    

Halwa mendecak kesal ketika melihat Levino yang mengobrol dengan teman sekelasnya. Ia menghampiri Levino dengan wajah cemberut.

"Ngapain kamu pasang muka jelek kek gitu?"ucap Levino membuat Halwa semakin kesal.

"Oh jadi gitu, aku jelek terus cewek yang ngomong sama kamu tadi cantik gitu?"

"Aku kan gak bilang dia lebih cantik"

Mereka sama sama memasang ekspresi kesal membuat Roby dan Dely hanya menghela nafas.

"Del, tinggalin aja kita ke kantin duluan" ucap Roby sembari menggandeng tangan Dely.

"Dely! Kok kamu ninggalin aku sih!" Teriak Halwa. Levino menggandeng tangan Halwa dan mengajaknya ke kantin menyusul Roby dan Dely.

Tristan yang melihat tangan Roby dan Dely bergandengan ingin segera memisahkan nya namun tangan nya malah di tarik Alysha.

"Temenin gue ke kantor" ucap Alysha sembari memberikan setumpuk buku ke tangan Tristan.

'kali ini lu selamat bang' batin Tristan.

"Kamu mau beli apa?" Tanya Levino kepada Halwa.

"Terserah" singkat Halwa. Ia segera duduk di samping Dely.

"Rob, menu makanan yang namanya terserah yang mana?" Tanya Levino. Ia menghela nafas lelah dengan jawaban terserah dari cewek cewek.

"Gak tau" jawab Roby singkat, jelas, dan padat.

***

Seorang gadis dengan masker medis berjinjit ingin mengambil buku di rak atas. Tanpa bantuan siapapun ia berhasil mengambil buku tersebut.

Alfarez yang melihat merasa kagum.
Ia merasa perempuan yang ia sukai sangat mandiri, padahal jika perempuan tersebut tidak sampai ia ingin mengambilkan buku tersebut.

"Skylove?" Ucap Alfarez saat melihat judul buku tersebut.

"Iyaa, buku ini tuh cerita tentang langit dan cintanya" jelas Zarina.

"Kenapa judul nya gak langit dan cintanya tapi skylove?"

"Karena penulisnya pengen judulnya skylove?" Ucap Zarina kurang yakin.

"Hm, masuk akal"

Zarina tertawa "kok kamu percaya? Aku cuma ngarang loh"

Alfarez lega melihat Zarina tertawa, ia berharap tawa tersebut bukan hanya topeng melainkan tawa sungguhan.

Jonathan yang tidur di perpustakaan terganggu dengan suara mereka yang menurut nya berisik. Ia pun keluar perpustakaan. Ia melihat Anna yang tertawa bersama seorang laki-laki di samping perpustakaan membuat wajahnya datar.

Di saat yang bersamaan Kenzie juga melihat Anna dan Farel. Berbeda dengan Jo yang berdiri dan menatap tajam laki-laki tersebut, Kenzie hanya memalingkan wajahnya seolah tidak melihat apa apa.

***

Bel pulang berbunyi, Alfarez segera berjalan ke kelas Zarina. Pada saat Alfarez sampai Daisy menghampiri nya.

"Alfarez, aku pulang bareng kamu yaa. Abang udah duluan soalnya" ucap Daisy.

Alfarez melihat ke arah Zarina yang baru saja keluar kelas. Zarina menghela nafas. Zarina mengangguk mengiyakan meskipun di hatinya ia tidak setuju. Zarina meninggalkan mereka berdua.

Daisy tersenyum, akhirnya setelah sekian lama ia pulang bersama Alfarez. Jonathan yang berada di kerumunan orang hanya melihat sejenak lalu pergi. Daisy berbohong, Jonathan tidak meninggalkan nya.

"Alfarez tolol" ucap Levino spontan saat melihat Alfarez yang pulang bersama Daisy. Levino menghampiri Zarina yang berdiri sendirian di parkiran.

"Lo pulang bareng siapa?" Tanya Levino.

"Gue nunggu Tante gue jemput" ucap Zarina.

Levino melihat sekitar, ia melihat Alysha adik Kenzie. Ia menghampiri Alysha.

"Lo pulang sendiri kan? Anterin cewek cardigan Lilac itu mau gak?nanti gue kasih lo sesuatu" Tanya Levino.

"Oke" ucap Alysha singkat.

Ia menghampiri Zarina, dan mereka pun pulang bersama. Levino ingin melempar sepatunya ke kepala Alfarez agar laki-laki itu sadar kalau ia sudah memiliki perempuan sebaik Zarina.

"Lev, liat Alysha gak?" Tanya Kenzie.

Kenzie sudah berkeliling sekolah namun tidak melihat keberadaan Alysha. Levino hanya meninggalkan Kenzie tanpa menjawab pertanyaannya. Kenzie hanya menatap bingung ke arah Levino yang mulai menghilang dari pandangan nya.

***

"Ri, kemaren aku ada ngeliat Daisy sama kak Alfarez di Alfa berdua doang, kamu udah putus sama kak Alfarez?" Tanya Clarissa.

Zarina hanya memasang ekspresi datar. Ia tidak habis pikir dengan Alfarez. Mengapa laki-laki itu mengejar nya jika pada akhirnya seperti ini?

"Gak tau, tanyain Alfarez nya aja" ucap Zarina ketus.

Ia berjalan ke luar kelas, niatnya keluar kelas untuk mendinginkan otaknya namun ia malah melihat hal yang tidak ingin ia lihat. Alfarez dan Daisy sedang berbicara berdua. Zarina mengalihkan pandangan dan memilih untuk ke perpustakaan.

'pada akhirnya semua cowok sama aja' batin Zarina.

Zarina merasakan sesak di dada nya dan pusing yang mulai menyerangnya. Ia terduduk diam di lantai perpustakaan merasakan sakit.

"Lo baik baik aja?" Tanya Kenzie yang tidak sengaja melihat hal tersebut.

"Bisa tolong anterin gue ke UKS?" Tanya Zarina dengan wajah pucat.

Kenzie segera membantu Zarina berdiri dan menggandeng nya ke UKS.
Kepala Kenzie di penuhi pertanyaan pertanyaan yang hanya bisa ia pendam. Mengapa Zarina hanya sendirian? Mengapa Zarina tidak bersama Alfarez? Dimana teman teman Zarina?

Sesampainya di UKS...

"Lo beneran baik baik aja? Gak perlu pulang atau ke rumah sakit gitu?" Tanya Kenzie.

"Gak, gue udah biasa. Gue cuma perlu istirahat bentar nanti gue bakal baik baik aja"

Zarina memejamkan matanya ia berharap semua yang ia alami hanya mimpi.

***

Lagi-lagi ia melihat Alfarez bersama Daisy. Zarina muak dengan sifat Alfarez. Saat ini ia berada di parkiran dan melihat Daisy yang pulang bersama Alfarez.

Levino dan Halwa menghampiri Zarina saat melihat Zarina yang menatap tajam Daisy. Saat berada di depan Zarina Levino sadar perempuan tersebut sangat pucat.

"Ri, kamu sakit?" Tanya Halwa khawatir dengan temannya. Zarina hanya membalas dengan anggukan.

"Lo pulang bareng siapa?" Tanya Levino.

"Sendiri, gue duluan. Gak usah khawatir sama gue" ucap Zarina meninggalkan mereka berdua.

Saat di perjalanan pulang ia kembali melihat Alfarez dan Daisy yang berada di depan toko es krim. Ia melanjutkan kembali perjalanannya dengan muka yang sangat amat datar.

***

Zarina mengeluarkan camera dari dalam tasnya. Ia melihat ke langit. Ia mengambil beberapa gambar.

'Kak, kalau kakak gak pergi duluan. Hidup aku pasti gak gini kan?' Batin Zarina sembari menatap langit.

Tidak ada air mata, tidak ada isak tangis, hanya ada ekspresi datar dan tatapan kosong.

'Sampai kapan aku harus hidup sama kesendirian? Apakah sampai akhir hayat ku nanti aku tetap sendiri?'

'Hampa' itulah kata yang cocok untuk perasaan Zarina saat ini.

Zarina memejamkan matanya merasakan hembusan angin yang menerpa wajah pucat nya. Ia membuka mata dan tersenyum melihat indahnya langit.
Sayangnya ia hanya sendirian menikmatinya keindahan langit tersebut.

'Hari yang cerah untuk mati' batin Zarina.

Zarina melihat notifikasi di hp nya,
Tertera nama Alfarez. Ia hanya melihat lalu mengabaikan nya. Ia kembali menatap langit.

'harus kah aku mati? Sedangkan dunia tetap berjalan meskipun aku mati'

SkyloveWhere stories live. Discover now