5. Other

21 2 0
                                    

Kini ia sedang melihat dari kejauhan seperti biasanya. Untuk pertama kalinya ia melihat perempuan tersebut membuka masker medis nya, pandangan nya tak lepas dari perempuan tersebut.

"Kenapa gak lu deketin aja?? Gak cape lu ngeliat dia dari jauh Mulu?" Tanya Levino.

Ia lelah dengan kelakuan Alfarez yang hanya diam dan memperhatikan tanpa ada niatan untuk mendekati perempuan tersebut.
   
"Dia suka cowok lain" jawab Alfarez lesu.
   
"Cowok apaan lu yang nyerah cuma gegara dia suka cowok lain?" Balas Levino kesal. Alfarez hanya terdiam mendengar ucapan Levino.
    
"Tumben kata kata lu bener" ucap Alfarez, membuat Levino kesal.
   
"Btw, bukan nya itu dely kelas 8A yaa?yang disebelah cewek masker medis" Tanya Levino tiba tiba.
   
"Ohh kok gw gak tau? Gw baru tau kalo cewek yang biasanya bareng cewek masker medis itu dely kelas 8A?" Ucap Alfarez.

Levino yang mendengar hal itu hanya bisa memasang ekspresi datar di wajah tampannya. Ia tahu Alfarez hanya menyukai Zarina namun bukan kah seharusnya ia juga tahu siapa saja yang selalu ada disisi Zarina?
      
***
   
Kini ia sedang tidur di sofa usang di balkon sekolah. Ia tidak benar benar tidur ia hanya memejamkan matanya dan memikirkan kata kata yang di ucapkan Clara.
    
"Jadi gimana lu udah mikirin tawaran gw?"tanya Clara yang tiba tiba datang entah dari mana membuat Samuel kaget.
    
"Lu kek nya suka banget ngagetin orang dehh" ucap Samuel sedikit kesal.
    
"Apa alasan Lo mau pacaran sama gw? Lu suka gw?" Sambungnya.
    
"Gak, gw gak suka, gw gak punya alasan sihh kayaknya lu yang punya alasan kenapa harus pacaran sama gw" jawab Clara membuat Samuel bingung apa alasannya harus berpacaran dengan cewek ini. Dipikir sekeras apapun ia tidak memiliki alasan.
     
***
   
"Ohh maaf gak sengaja" ucap perempuan bermasker medis tersebut saat tidak sengaja menabrak Alfarez.
Ia pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban Alfarez.
    
"Lagian kenapa dia jalan sambil ngurus tas nya dan gak merhatiin jalan, untung dia ketabrak nya sama gw kalo ketabrak cowok lain bisa panas gw" gumam Alfarez.

Tidak bisa dipungkiri jantung nya berdebar kencang. Pipi Alfarez mulai memerah.
   
"Jantung gw gak aman kek nya gw harus ke RS periksa jantung deh" ucap Alfarez spontan membuat Levino dan Roby reflek memukul kepala Alfarez bersamaan.
   
Saat Alfarez sampai dirumah ia segera berganti pakaian dan pergi ke rumah ayahnya.

"Pa, temenin aku ke RS" ucap Alfarez begitu sampai ke rumah sang ayah.

Tanpa banyak bicara mereka pergi rumah sakit dengan keheningan sepanjang jalan.
 
"Jadi keluhan kamu apa?" Ucap sang dokter.
     
"Jantung saya berdetak kencang banget dok, apa jangan jangan saya sakit jantung?" Balas Alfarez dengan muka sangat serius.

Ia hanya sendiri tidak ditemani ayahnya, ayahnya hanya menunggu di parkiran. Setelah ibunya menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit, ayahnya tidak pernah mau masuk ke rumah sakit lagi.
      
"Ada keluhan lain selain itu?" Tanya dokter itu lagi.
      
"Gak ada dok" jawab Alfarez yakin.
      
"Kamu tau gejala tersebut muncul saat apa? Dan sejak kapan jantung kamu begitu?" Tanya dokter tersebut.
      
"Baru aja beberapa hari ini, itu pun gegara cewek dok" jawab Alfarez dengan muka serius. Membuat sang dokter hanya menghela nafas.
     
"Itu namanya kamu lagi jatuh cinta!" Ucap dokter tersebut pasrah dengan kelakuan pasien nya.

***

Badannya penuh luka dan lebam yang didapatnya karena orang tua nya. Ia menghirup udara malam di sebuah kursi ditengah taman.

Pikiran nya kalut penuh dengan pikiran pikiran negatif yang mengajaknya untuk menyerah. Keheningan malam yang menyelimuti dirinya membuat dirinya sedikit tenang. Setelah beberapa saat ia kembali berjalan entah ia akan tidur dimana malam ini sebab tidak mungkin ia pulang kerumah yang ada luka dan lebamnya hanya bertambah parah.

Saat melewati jembatan ia melihat seorang perempuan yang berdiri diatas jembatan seperti nya ingin mengakhiri hidup. Awalnya ia tidak peduli namun tak dapat dipungkiri bahwa hatinya masih memiliki empati ia merasa harus menolong perempuan tersebut. Ia menarik tangan perempuan tersebut untuk turun.

"Jangan mati, itu gak bakal bikin Lo tenang secara orang mati aja masih di doain biar tenang" ucap Samuel kepada perempuan tersebut. Ia kaget ternyata perempuan tersebut adalah Clara.
   
"Setidaknya kalo gw mati, gw gak bakal ngerasain sakit bukan cuma fisik tapi juga mental gw" ucap Clara dengan tatapan mata yang kosong.
   
"Jangan mati, Lo masih punya gw, gw siap jadi sandaran Lo kalo Lo mau" ucap Samuel tulus.
   
"Gimana Lo bisa jadi sandaran gw sedangkan Lo aja juga sama kek gw" balas Clara berkaca kaca.
   
"Kita beda, gw pengen hidup dan Lo pengen mati" ucap Samuel.

Clara hanya diam dengan air mata yang terus mengalir. Samuel yang tidak tega melihat hal tersebut memeluk Clara dan menepuk pelan untuk menenangkan perempuan itu. Ia sangat tahu perasaan perempuan itu.

***

Dari kejauhan Kirana yang melihat Samuel memeluk perempuan lain merasa hatinya sakit namun ia cukup sadar diri, Samuel berhak mendapatkan perempuan yang lebih baik dari dirinya.

"Kamu mau sekolah dimana kalau kamu lulus?" Tanya seorang pria paruh baya Kepada sang anak.
   
"Ditempat Alister sama Alysha pa" jawab Kirana membuat pria tersebut terdiam.
   
"Airin gak bakal peduli sama kamu" balas pria tersebut.
   
"Kenapa papa selalu ngejauhin aku sama mama" ucap Kirana pelan. Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan diantara keduanya.

***

"Ja, beli apa?" Tanya Levino dengan mata yang menatap ke arah lain.
   
"Beli pentol" jawab Alfarez singkat dan meninggalkan Levino.
   
"Tumben banget tu anak beli pentol" gumam Levino merasa aneh dengan temannya.

Namun rasa aneh tersebut hilang ketika ia melihat perempuan bermasker medis yang sedang membeli pentol, kini ia tau kenapa Alfarez ingin membeli pentol.
    
Alfarez berdiri disebelah kiri perempuan bermasker medis tersebut dan kakak kelas yang disukai perempuan tersebut berada di sebelah kanan.

Dari tadi perempuan tersebut beberapa kali melirik kakak kelas tersebut membuat Alfarez menatap tajam kakak kelas tersebut.

Perempuan tersebut sudah selesai membeli pentol ia pun beranjak pergi, Alfarez yang melihat itu mengejar perempuan bermasker medis tersebut namun tangan nya malah ditarik oleh Levino membuatnya kesal setengah mati dengan Levino. Levino yang melihat tatapan tajam Alfarez hanya bisa tersenyum sambil melepaskan tangannya.

Alfarez segera berlari kearah perempuan bermasker medis tersebut, entah keberanian dari mana ia ingin berkenalan dengan perempuan tersebut.

Levino yang melihat hal tersebut hanya bisa geleng geleng kepala dan lanjut memakan pentolnya sembari berjalan kembali ke kelas. Daripada ngelihat Alfarez kenalan sama tu cewek mending dia kekelas.
    
"Tunggu!" Teriak Alfarez sedikit keras.

Namun perempuan bermasker medis tersebut tidak mendengar nya dan asik dengan dunianya sendiri.
Roby yang melihat hal itu berpikir keras kenapa Alfarez mengejar perempuan tersebut. Namun ia hanya mengabaikan dan memilih tidak ikut campur.

SkyloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang