13. Edelweiss

20 4 0
                                    

Saat ini Alfarez berada di depan kelas Zarina. Ia membawakan bucket bunga. Ia memberikan bucket tersebut kepada Zarina saat Zarina sudah berada di depannya.

"Edelweiss?" Tanya Zarina. Alfarez mengangguk. Bunga yang ia berikan kepada Zarina adalah bunga edelweiss.

"Bunga Edelweiss emang cantik, tapi lebih cantikan Edelweiss pacar aku" ucap Alfarez membuat Zarina tersenyum.

"Jokes bapak bapak" ucap Levino yang lewat. Membuat Alfarez ingin melempar sepatunya ke kepala Levino.

"Bunga dari siapa?" Tanya Clarissa, teman sekelas Zarina.

"Alfarez" jawab Zarina tersenyum.

"Nama bunga nya apa? Biasanya kan orang orang ngasih pacarnya itu mawar merah" tanya Clarissa sembari memegang bunga yang berada di tangan Zarina.

"Edelweiss, mungkin karena nama aku Edelweiss jadinya dia beli bunga Edelweiss" jawab Zarina tersenyum mengingat perkataan Alfarez.

***

"Ra, Lo masih pacaran sama Samuel?" Tanya Lia, teman sekelas Clara.

"Iya, kenapa?" Balas Clara bingung.

"Menurut Lo gantengan Zean apa Samuel?" Tanya Lia.

"Samuel" ucap Clara tanpa ragu.

Menurut Clara itu adalah pertanyaan bodoh yang tidak harus ditanyakan karena sudah pasti ia akan menjawab Samuel. Bagi Clara Samuel adalah yang paling ganteng daripada yang lain.

"Lo suka Zean?" Tanya Clara tiba tiba. Lia terkejut dengan pertanyaan Clara. Ia hanya mengangguk. Lia bingung kenapa Clara sangat peka?.

"Zean baik sih tapi setau gue dia gak mau pacaran dan dia juga temenan sama banyak cewek" ucap Clara sembari memainkan ponsel nya.

"Gue tau dia punya banyak temen cewek tapi gak ada yang pacaran sama dia, tapi dia paling Deket sama lo" ucap Lia. Ia terkadang iri dengan Clara yang dikelilingi laki-laki tampan. Meskipun Clara tidak pernah menanggapi semua itu dan hanya setia pada Samuel.

"Gak sedeket itu, gue emang termasuk temen cewek nya tapi dia memperlakukan gue sama kek dia memperlakukan temen cewek nya yang lain" ucap Clara. Ia tahu Lia salah paham dengan hubungan pertemanan ia dan Zean. Selama ia berpacaran dengan Samuel ia tidak pernah menanggapi laki-laki lain termasuk Zean.

***

Daisy sedari tadi hanya memperhatikan Alfarez yang bergandengan tangan dengan perempuan bermasker medis.

"Dilihat dari sisi manapun gue lebih baik dari tuh cewek" batin Daisy kesal.

Daisy berjalan menuju kelasnya. Daripada ia harus terus melihat Alfarez dengan perempuan itu lebih baik ia pergi.

"Tuh cewek mencurigakan ngapain dari tadi merhatiin Zarina ma Alfarez" gumam Levino saat melihat Daisy. Namun ia mengabaikan hal tersebut dan berjalan. Tiba tiba ada yang menabraknya.

"Minuman gue! Gara gara Lo minuman gue tumpah sialan!" Teriak Levino saat minuman yang tadi ia pegang jatuh lantaran di tabrak oleh Halwa.

"Tanggung jawab lo, gantiin minuman gue!" Teriak Levino.

Padahal harga minuman tersebut hanya seribu rupiah. Levino memiliki banyak uang namun entah kenapa ia bersikap seperti tidak memiliki uang.

Halwa hanya memberikan uang nya kepada Levino dan melanjutkan jalan nya yang sempat tertunda.

"Tu cewek tumben gak bales teriak" gumam Levino merasa aneh. Ia kembali ke kantin untuk membeli minuman.

"Tumben lo punya duit seribuan biasanya paling dikit duit Lo sepuluh ribu" ucap Roby saat melihat Levino yang membawa uang seribu ditangan nya.

"Lagi miskin" ucap Levino dengan senyuman nya yang menjengkelkan.
Roby hanya tersenyum saat Levino mengatakan hal tersebut. Mustahil seorang Levino miskin.

***

"Anna, makasih udah pinjemin gue pulpen" ucap Kenzie kepada Anna. Anna hanya membalasnya dengan senyuman.

'Cantik' batin Kenzie.

"Istirahat gak?" Tanya Alysha yang tiba tiba sudah di depan Kenzie.
Dalam hati Anna ia bertanya tanya siapa perempuan yang berada di depan Kenzie, namun ia mengabaikan nya dan berjalan menuju kantin.

"Cie Kenzie di samperin" ucap teman teman Kenzie.

Kenzie hanya mengabaikan dan memegang tangan Alysha. Ia dan Alysha berjalan ke kantin dengan tangan yang bergandengan. Siapapun yang melihat pasti mengira mereka berpacaran. Sedari kecil mereka memang sangat akrab sehingga bergandengan tangan itu sudah biasa bagi mereka.

"Beli apa? Ada uang gak? Kalo gak ada pake uang aku dulu" tanya Kenzie kepada Alysha.

"Yaudah pake uang Abang dulu, nanti Alysha ganti" bisik Alysha. Kenzie hanya mengelus rambut sang adik dan tersenyum mengiyakan.

Setelah selesai membayar, Kenzie mengantarkan Alysha kembali ke kelas. Beberapa perempuan yang menyukai Kenzie merasa iri dengan Alysha.

***

Bel pulang pun berbunyi...

Hari ini Zarina pulang bersama Alfarez. Daisy hanya diam dengan ekspresi datar ia iri dengan Zarina.

"Lo mau pulang bareng gue atau tetep disini?" Tanya Jonathan kesal. Daisy hanya menghela nafas dan pulang bersama Jonathan.

"Itu bukannya kak Daisy yaa?" Tanya Alysha kepada Kenzie. Kenzie hanya mengangguk ia hanya memperhatikan Anna yang bercanda dengan temannya.

"Bang, ayo pulang" ajak Alysha.

Kenzie memasangkan helm kepada Alysha. Mereka pun pulang dengan aman.

"Mama, Alysha sama Abang udah pulang!" Teriak Alysha begitu sampai dirumah. Namun tidak ada respon.

"Kata mama, mama pulang nya hari ini malem jadi kita makan malem duluan nanti" ucap Kenzie saat melihat pesan dari sang ibu.

"Padahal mama udah janji hari ini bakal jalan jalan" ucap Alysha cemberut. Kenzie mengelus kepala Alysha dengan lembut. Ia tertawa melihat ekspresi wajah Alysha yang cemberut. Menurut Kenzie wajah Alysha sangat lucu.

***

"Jessica, sapu tangan yang bunda kasih ke kamu mana?" Tanya Yessi, ibu Jessica.

Jessica yang sedang memainkan gitarnya mendadak berhenti dan berpikir dimana ia meletakkan sapu tangan pemberian bundanya. Ia pun teringat kalau ia meminjamkan sapu tangannya pada laki-laki yang tidak sengaja ia tabrak beberapa waktu lalu.

"Ketinggalan di sekolah, maaf bunda" ucap Jessica bohong.

"Kamu ini bisa bisanya ketinggalan" ucap Yessi mencubit pipi Jessica pelan.

Jessica berjalan keluar rumah nya berharap bertemu dengan laki-laki yang meminjam sapu tangan nya.
Namun sampai matahari terbenam ia sama sekali tidak bertemu dengan laki-laki tersebut.

"Aduh gue harus bilang apa ke bunda kalo nanti bunda nyariin lagi" gumam Jessica.

Malam pun tiba...

Saat ini Jessica berada di balkon kamarnya. Ia sedang melukis langit malam yang indah. Ia memejamkan matanya membayangkan ia menari di bawah sinar rembulan.

"Kakak lagi ngelukis?" Tanya adik Jessica yang berusia 5 tahun.

"Iyaa, adek mau liat lukisan kakak?" Tanya Jessica tersenyum manis kepada sang adik.

"Mau" ucap sang adik.

"Kakak ngelukis langit terus" lanjut sang adik saat melihat lukisan Jessica.

"Kamu mau kakak lukis?"tanya Jessica menggoda sang adik.

"Ndak mau" ucap sang adik segera berlari keluar kamar Jessica. Jessica yang melihat hal tersebut tertawa melihat betapa lucunya sang adik.

"Rembulan itu aku dan kamu langitnya" gumam Jessica pada dirinya sendiri.


Skyloveजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें