15. Ice Cream

19 4 0
                                    

Zarina menyodorkan sebotol teh kepada Alfarez, dan Alfarez tersenyum manis.

Saat ini Alfarez dan Zarina berada dipinggir lapangan basket.

"Kamu kok makin hari makin cantik?" Tanya Alfarez.

"Kamu sendiri gak cape ganteng terus?"balas Zarina membuat pipi Alfarez memerah. Zarina tertawa kecil melihat Alfarez yang salah tingkah.

"Coba deh cium harum banget kan?" Ucap Alfarez sembari mendekatkan diri.

"Jangan Deket Deket kamu bau keringat" ucap Zarina kesal. Alfarez hanya tertawa melihat reaksi Zarina yang menurut nya lucu.

"Aduh mata gue ternodai" ucap Levino yang sedari tadi menjadi saksi kebucinan kedua orang tersebut. Roby menggelengkan kepalanya. Tidak sadar diri itulah kata yang cocok untuk Levino.

***

Saat ini sekolah mereka mengadakan carnaval. Alfarez tersenyum saat melihat Zarina memakai baju couple mereka. 'Cantik' itulah yang dipikirkan Alfarez ketika melihat Zarina.

"Are you ready, Ms. Edelweis?" Tanya Alfarez. Mengulurkan tangannya.

"I'm always ready, Mr. Agasthya" ucap Zarina menerima sambutan tangan Alfarez.

Mereka berdua berjalan sembari bergandengan tangan. Dibelakang mereka ada Halwa dan Levino yang juga bergandengan tangan. Entah sejak kapan mereka berdua berpacaran.

Roby dan Dely berjalan beriringan dibelakang Halwa dan Levino menyaksikan kebucinan yang ada di depan mereka.

Tiba tiba Tristan berjalan ditengah Roby dan Dely.

"Gak boleh berduaan nanti ketiga nya setan" ucap Tristan entah kepada siapa.

"Iya lu setannya" ucap Alysha yang entah datang dari mana, ia dan Isa adik Roby menarik tangan Tristan agar tidak berjalan ditengah Roby dan Dely.

Alysha, Tristan, Isa. Mereka bertiga berjalan bergandengan.

"Enaknya beristri dua" celetuk Tristan.

"Lu sama gue" ucap Kenzie memisahkan Tristan dari Alysha dan Isa.

***

"Alfarez, aku pulang bareng kamu ya" Ucap Daisy tersenyum.

"Gue bareng pacar gue" ucap Alfarez meninggalkan Daisy. Senyuman di bibir Daisy yang tadinya cerah perlahan hilang.

"Zarina, mau beli es krim dulu gak? Atau mau langsung pulang?" Tanya Alfarez. Zarina membalas dengan anggukan.

Mereka membeli es krim dan mengobrol ringan sembari bercanda ria.

"Ri, kamu percaya gak kalo ada cowok yang setia banget sama satu cewek, seumur hidupnya dia gak pernah jatuh cinta selain sama cewek itu?" Tanya Alfarez tiba tiba. Zarina terdiam memikirkan kata apa yang harus ia keluarkan. Melihat Zarina terdiam Alfarez melanjutkan perkataannya.

"Cowok itu papa aku, dan cewek itu mama aku. Cinta papa habis di mama. Waktu mama ninggalin aku sama papa buat selamanya pun papa depresi selama bertahun tahun. Sejak saat itu aku tau cinta papa ke mama sedalam itu. Satu satunya cewek di hati papa cuma mama. Mungkin kesetiaan papa nurun ke aku, soalnya di hati aku cuma ada kamu" ucap Alfarez. Zarina menatap Alfarez dalam. Ia mengelus rambut Alfarez membuat Alfarez salah tingkah.

"Hati manusia bisa berubah kapan aja" gumam Zarina.

***

"Papa, Alfarez laper" ucap seorang anak berusia 10 tahun kepada sang ayah. Anak tersebut adalah Alfarez.

Johan mengabaikan apa yang dikatakan Alfarez ia kembali meminum wine ditangan nya. Alfarez pergi ke dapur saat ucapan nya di abaikan.

"Bibi, Alfarez laper" ucap Alfarez pada pembantu dirumah nya. Pembantu tersebut segera memberikan makanan yang sudah ia masak kepada Alfarez.

"Bibi, nanti ajarin Alfarez masak biar Alfarez gak ngerepotin" ucap Alfarez sembari mengunyah makanan. Pembantu tersebut hanya bisa tersenyum mana berani ia mengajari anak majikannya salah salah ia dipecat.

Alfarez yang sudah selesai makan segera membawakan makanan ke kamar sang ayah. Pembantunya yang melihat hal tersebut merasa kasihan kepada Alfarez.

"Papa, Alfarez bawain papa makanan" ucap Alfarez di depan pintu kamar sang ayah. Ia tidak bisa masuk lantaran pintu tersebut terkunci.

"Alfarez taro di depan pintu ya" ucap Alfarez lagi saat tidak ada sahutan dari sang ayah. Tiba tiba suara pecahan kaca terdengar dari kamar sang ayah

"Papa, buka!" Ucap Alfarez sembari menangis. Alfarez segera berlari mencari pembantu nya untuk meminta tolong.

"Bibi tolong papa" ucap Alfarez dengan air mata di pipi nya. Ia menarik tangan pembantu tersebut ke kamar sang ayah.

Kamar tersebut terbuka, dan memperlihatkan sang ayah yang tergeletak dengan tangan yang penuh darah.

"Papa!" Teriak Alfarez dengan air mata mengalir semakin deras.

"Papa!" Teriak Alfarez terbangun dari tidur nya. Ia mengacak rambutnya. Ia melihat jam yang menunjukkan jam 7 pas. Ia segera mandi untuk berangkat ke sekolah.

Saat sampai di sekolah ia segera ke kelas Zarina. Ia melihat tangan perempuan tersebut di balut plaster.

"Kamu luka?sakit gak?" Tanya Alfarez sembari memegang tangan Zarina.

"Itu cuma luka dikit za, gak usah khawatir kek gitu" balas Zarina tersenyum meyakinkan.

"Kenapa bisa luka?" Tanya Alfarez dengan wajah yang terlihat masih khawatir.

"Itu kemaren pikiran aku kalut" ucap Zarina menundukkan kepalanya.

"Kenapa kamu ngelukain diri kamu sendiri? Kalo kamu perlu nenangin diri gak gini caranya ri" ucap Alfarez.

"Ini cuma luka kecil Agasthya Alfarezza gak usah sampe segitunya" ucap Zarina.

"Pasti sakit yaa" ucap Alfarez sembari melihat ke tangan Zarina.

Zarina menyodorkan permen ke arah Alfarez membuat Alfarez bingung.

"Bukain, tangan aku sakit" ucap Zarina bohong.

Alfarez membuka permen tersebut dan memberikan nya kepada Zarina.
Zarina mengucapkan terimakasih dan mengelus rambut Alfarez. Zarina tertawa meledek pipi Alfarez yang memerah.

"Za, ngambek ya?" Tanya Zarina yang melihat wajah Alfarez yang datar.

"Gak" ucap Alfarez singkat.

"Masa gitu doang ngambek sih" ucap Zarina mengerucutkan bibirnya meskipun tidak terlihat lantaran tertutup masker medis.

'imut, mana bisa gue ngambek kalo gini' batin Alfarez.

"Curang, mana boleh pake cara kayak gitu" ucap Alfarez membuat Zarina tersenyum. Alfarez terpukau dengan kecantikan Zarina.

'sakit' batin Daisy saat melihat kemesraan Alfarez dan Zarina.

Jonathan tidak sengaja lewat dan melihat Daisy yang memperhatikan Alfarez dan Zarina yang sedang berpacaran namun tidak berapa lama ia mengabaikan nya.

"Mba suka kakak itu ya?" Tanya Alysha yang entah muncul dari mana.

"Gak" ucap Daisy singkat. Ia berjalan pergi.

Alysha hanya berdiri dengan ekspresi bingung. Ia tahu Daisy selalu memperhatikan Alfarez dari mereka kecil.

"Kay, temenin gue ke kantin dong" ucap Tristan mengajak Alysha. Alysha ingin menolak namun tangan nya di tarik oleh Tristan.

"Gue belum jawab sialan" gumam Alysha kesal.

"Lo mau beli apa gue bayarin" ucap Tristan saat mereka sampai di kantin.
Alysha tersenyum lebar.

"Tumben baik, gue mau teh pucuk sama gorengan" ucap Alysha.

"Gak sekalian lu bayarin gue gitu?" Ucap Levino yang tiba tiba berada ditengah tengah.

"Lu kaya bang, gak usah kek pengemis" ucap Tristan. Levino mengangguk angguk.

"Bukan gue yang kaya tapi bonyok gue, jadi alangkah baik nya Lo yang ganteng dan baik hati ini mentraktir" ucap Levino membuat Tristan kesal dan Alysha tertawa.

SkyloveWhere stories live. Discover now