Begitu pintu lift tertutup kembali, Arella langsung menaiki tangga darurat menuju roftop. Dimasa lalu, Arella selalu mendengar desas-desus jika Raven memiliki tempat pribadi di roftop.

Semiliar angin menerbangkan rambutnya. Dia menoleh ke kanan dan kekiri. Tidak ada siapapun. Dia hanya melihat pintu bercoret-coret yang dimana ia yakini itu adalah markas Ganes and the genk.

Tidak ingin lama disana, Arella berjalan menuju lorong yang gelap itu. Dia terus mengikuti jalur itu. Dan tepat di ujung lorong ada sebuah tangga yang melingkar.

"Tangga apa ini?" Gumam Arella.

Mengamati sekelilingnya, Arella kemudian naik kesana.

Tangganya sangat rapuh, dia harus hati-hati dalam menginjak.

Saat sampai di ujung tangga, dia menutup mulutnya tak percaya. Ini...ini sangat indah sekali. Arella dapat mengatakan ini mini roftop yang dihias sangat cantik.

Langit seakan dapat disentuhnya dari sini  Arella melebarkan senyumnya. Ini pemandangan tercantik yang pernah dilihatnya.

Dia menyusuri gantungan bangau yang tergantung. Bahkan ada kertas berbentuk kupu-kupu. Ditengah-tengah sana ada samsak yang menggantung.

Arella menyentuh samsak itu, ada banyak stiker disana namun semua stikernya saat seram.

"Apa itu sofa?" Gumam Arella begitu pandangannya menangkap sofa yang sedikit usang di sudut lain.

Arella mendekat, dan duduk perlahan diatas sofa usang itu. Wah ternyata bisa diduduki, pikir Arella.

Dia menaikkan kakinya ke atas sofa, tiduran disana menatap langit biru yang cerah.

"Nyaman sekali disini, pantas saja di kehidupan dulu Raven jarang terlihat dimanapun pas di sekolah" pikir Arella.

Raven hanya muncul saat pelajaran berlangsung dan saat ia lapar. Selain itu dia tidak terlihat dimanapun lagi. Hanya kelas dan kantin yang selalu dikunjunginya.

Arella akan menunggu Raven, sepertinya kelas lelaki itu sedikit lambat keluar.

Mengeluarkan ponselnya Arella mengetikkan pada sahabatnya untuk memesan makanan lebih dulu, Arella akan menyusul saat urusannya selesai.

Membuka aplikasi pemutar musik, Arella memutar lagu treasure-orange. Dia mengencangkan volumenya.

Suasananya saat pas, dia menjadi sangat tenang saat ini.

Entah kenapa matanya sangat berat, sapuan angin dikulitnya membuatnya mengantuk. Dan tanpa sadar dirinya tertidur di sofa usang yang empuk itu.

●●●●●

Raven baru saja keluar dari kelasnya, seperti biasa pelajaran matematika membutuhkan banyak waktu. Sehingga jadwal istirahat mereka berkurang.

Saat pagi ia sudah sarapan dan perutnya masih kenyang saat ini. Jadi ia memutuskan untuk ke tempat biasa saja.

Dia berjalan begitu dinginnya. Di ujung tangga seperti biasa, dia dapat mendengar suara-suara bising Ganes dkk. Tapi dia hanya melewatinya saja.

Mereka berdua tidak peduli satu sama lain.

Raven menaiki tangga yang biasa dinaikinya. Matanya tajam melihat ada seseorang yang duduk di area miliknya.

Melangkah tegas dan cepat dia akhirnya dapat melihat dengan jelas siapa pelakunya.

"Gadis itu lagi" sungutnya dalam hati.

"Bangun!!" Suara serak Raven terdengar.

Tidak ada reaksi apapun pada gadis yang tertidur pulas itu. Tangan kasar Raven menggoyangkan lengan Arella.

Pria itu membangunkan Arella dengan cara yang sangat kasar. "Bangun kubilang!"

"Jika lo nggak bangun juga, gue bakal jatuhin lo dari sofa!"ancam Raven.

Tetap sama, gadis itu hanya masih mendengkur nyaman dalam tidurnya.

Emosi Raven yang setipis tissue membuatnya dengan tanpa perasaan, mendorong gadis itu dari sofa, dia mengangkat belakang sofa itu miring kedepan. Sehingga Arella miring dan jatuh ke lantai yang kasar dan kotor itu.

Arella tersentak dan bangun secara tiba-tiba. Wajahnya sangat lucu. Dia mengerjap mengingat dimana dia.

Pandangan matanya menakap sosok Raven yang berjalan duduk ke sofa yang tadi diduduki Arella.

Mata Arella melotot "gue ketiduran ck" ringisnya menepuk jidatnya.

Perlahan tingkah Arella kembali menjadi ceria dan mengeluarkan aura positifnya.

"Haii Ravendra, lo mau nggak jadi teman gue?" Tanya Arella menaik turunkan alisnya.

Mengubah Takdir Sang AntagonistOnde histórias criam vida. Descubra agora