LIMA

5.9K 420 1
                                    

Suara petir itu begitu keras hingga membuat Arella menutup telinganya.

"Shhhsss" suara itu.

Arella mengedarkan pandangannya, dan disana, terlihat seseorang sedang ketakutan.

Sosok itu memeluk lututnya dan menyembunyikan wajahnya diantara lututnya. Badannya bergetar hebat.

Kedua tangannya menutup telinganya kencang, Arella kasian menyaksikan itu. Sepertinya 'dia' trauma dengan suara petir.

Arella melangkahkan kakinya menuju pria itu, Arella duduk di lantai yang dingin itu.

Menyentuh bahu pria itu.

"Dia gemetar hebat" batin Arella khawatir.

"Hei? Hei? Kau tidak papa?" Arella menepuk bahu pria itu, namun tidak ada reaksi. Pria itu terus memeluk dirinya sendiri.

Duarr...

Arella tersendak mendangar suara petir itu lagi. Dan kondisi pria didepannya ini lebih mengkhawatirkan. Badannya semakin gematar dan sangat ketakutan.

Arella mengelus bahu pria itu, merentangkan tangannya dan memeluk perlahan pria itu, mencoba menenangkannya.

"Tenanglah...itu hanya petir...dia tidak akan menyakitimu" tenang Arella mengelus punggung pria itu.

Reaksi pria itu masih gemetaran tapi Arella tetap memeluknya. Mengelus punggung pria itu lembut.

"Tenanglah" gumam Arella sekali lagi.

Arella terus menenangkan pria itu memeluknya erat.

Sudah bermenit-menit mereka dalam posisi seperti itu, kondisi pria itu sudah lebih tenang, tidak gemetaran lagi.

Suara hujan pun mulai tidak terdengar lagi, sepertinya hujannya sudah berhenti, batin Arella.

Arella dapat merasakan pria itu bergerak didalam pelukannya, Arella melepaskan pelukannya, lelaki itu pun sudah mengangkat wajahnya.

Mata Arella membulat sempurna.

"Arella Melody Aurestella" gumam pria itu membaca name tag Arella.

Dia Raven...

Orang yang barusan Arella peluk adalah Raven.

Reflek Arella memundurkan dirinya, bagaimana mungkin pria yang rumornya mampu menghabisi 10 orang siswa itu menangis menyedihkan seperti tadi.

Mata Arella mengerjap lucu.

"Kau?!" Pekik Arella menunjuk Raven.

Belum sempat Arella melanjutkan ucapannya, Raven lebih dulu berdiri dan berlalu dari hadapan Arella.

"Sial! Apa-apaan itu! Dia pergi begitu saja?" Heran Arella.

Arella tersenyum sendiri menyadari jika yang tadi ditolongnya adalah Raven. Sepertinya takdir sedang berpihak padanya. Beberapa saat yang lalu baru saja ia memikirkan cara untuk dekat dengan Raven. Dan sekarang takdir sudah memberinya sebuah jawaban.

●●●●●

Arella and the genk sedang berkeliling mall, mereka benar-benar shopping saat ini.

"Lihat bagus nggak?" Aruhi bertanya sambil berpose memakai kacamata hitam.

Shradda dan Arella kompak menggeleng, sedangkan Bulbul masih nampak berpikir.

"Oke nggak jadi beli" ujar Aruhi lalu berkeliling memilih kacamata yang lain.

Begitu mereka selesai berbelanja di toko aksesoris, mereka memutuskan  untuk ke restoran sushi.

Mereka memesan menu mereka masing-masing dan mengisi keboringan saat menunggu makanan, Arella mengajak serius temannya untuk berbicara.

Mengubah Takdir Sang AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang