"Eeemh~eeem~lepas!"

"Kamu milik saya Violyn! " Tekan Kevanno di sela-sela Ciumannya.

Violyn menggeleng ribut menatap tajam Pria itu. "I'm not Yours, Jerk!"

"Saya tidak butuh persetujuan kamu baby girl!"

Kevanno melanjutkan aksinya kembali dengan mencium Violyn kasar. Bahkan ia tidak sadar jika tangannya tidak sengaja menekan lengan Violyn yang terluka.

Violyn menggelengkan kepalanya ke kanan kiri menolak ciuman itu. Sungguh, Ia benar-benar benci dengan pria yang menciumnya secara paksa seperti ini.

Sambil menahan sakit di lengannya Violyn terus berusaha memberontak. Dengan sekuat tenaga ia berusaha mendorong Kevanno dan menendang aset pria itu.

"Aaagrh! " Erang Kevanno kesakitan memegang aset miliknya.

Cepat_cepat Violyn bangkit sambil memegang lengannya menuju ke arah pintu yang sialnya pintu itu terkunci. "Sial! sial! Kenapa gue selalu sial dalam keadaan kayak gini bangsat?!"

"Kamu nggak akan bisa ke mana-mana Violyn"

Violyn semakin panik ketika mendengar suara itu. Dapat dipastikan jika Kevanno melangkah mendekatinya.

"Bangsat! Seharusnya gue nginep di mansion Maggie! Bukan pulang kemari!"

Akhirnya Violyn berbalik dan menatap kevanno yang sudah berdiri di depannya. "Apa mau om?!" Tanya Violyn pada akhirnya.

Kevanno sama sekali tak menjawab pertanyaan Violyn, melainkan ia mendekati Violyn yang membuat gadis itu waspada.

"Om! Jangan-jangan mace--"

Sreet

Tubuh Violyn diangkat begitu saja dan didudukkan di kasur. Violyn terdiam tidak melanjutkan ucapannya dan memandang wajah Kevanno rumit.

"Luka kamu keluar darah" Spontan Violyn melihat lengannya.

"Tunggu sebentar, saya ambil kompres dan P3K" Kevanno keluar dari kamar meninggalkan Violyn yang menatapnya bingung.

"Lo aneh om! Lo yang buat gue luka! Tapi om malah bersikap seakan gak terjadi apa-apa" Violyn bergumam sambil menatap Lengannya yang sudah mengeluarkan darah.

Terlihat perban yang semula putih kini bewarna merah pekat akibat rembesan darah yang keluar.

10 menit berlalu, tapi Kevanno gak kunjung menampakkan batang hidungnya. Lama kelamaan Violyn mengantuk karena menunggu Kevanno yang tak kunjung datang. Tanpa peduli dengan lengannya, Violyn membaringkan tubuhnya dan menutup matanya sejenak yang berakhir tertidur.

Tidak lama kemudian, datanglah Kevanno dengan semangkok air dan sekantong plastik di tangannya. Bibirnya tertarik ke atas ketika melihat Violyn yang tertidur dengan darah yang sedikit mengering di lengannya.

Matanya melihat jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan Pukul 01.05 dini hari. Pantas saja Violyn tertidur, pikirnya. Ternyata ia pergi terlalu lama.

Pergi? Iya! Kevanno pergi untuk membeli obat. Kotak obat di apartement nya ternyata kosong, terpaksa Kevanno harus keluar membeli obat dan meninggalkan Violyn sendiri.

Tanpa berlama-lama Kevanno bergegas mendekati Violyn dan meletakkan mangkok kompresan itu di atas meja nakas.

Dipandangnya wajah Violyn yang Tertidur pulas Tangannya terulur menggeser rambut yang menutupi sebagian wajah gadis itu.

"Menggemaskan.Tapi kenapa kalau bangun seperti singa?" Gumam Kevanno terkekeh sendiri.

Tanpa mau berlama-lama Kevanno segera mengobati lengan Violyn dengan membersihkannya terlebih dahulu. Beberapa kali terlihat Violyn meringis saat Kevanno tak sengaja menyentuh luka tembakan itu. Lalu dengan telaten membalut luka itu dengan perban baru. Setelah selesai dengan aktivitasnya, Kevanno mengecup singkat pelipis Violyn.

"Kamu milik saya Violyn! Milik Kevanno Lucian Marquez!"

Kevanno beranjak dari tempat tidur untuk mengembalikan mangkok berisi air itu dan Obatnya.

Sesampainya kembali di kamar, Kevanno pergi menuju kamar mandi. Ia menatao cermin dengan seringaian di wajah tampannya.

"Marcell Allison! gara-gara kau gadisku terluka! Gara-gara kau aku harus melukai gadisku! Aku akan memberimu pelajaran tua bangka"

Seringaian kejam muncul di wajah Kevanno. Setelah mencari seluruh identitas Violyn. Ia sedikit kesal dengan Marcell. Bagaimana bisa pria itu membiarkan dua gadis muda menjadi agent seperti itu? Apalagi saat mengetahui jika Vian, papinya Violyn membiarkan Violyn bahkan mendukung gadis itu. Apakah Vian tidak takut putrinya terluka?

"Vian Clarence?" Kevanno terkekeh kecil mengingat sahabatnya itu."Mertua, Tidak terlalu buruk jika aku menjadi menantumu bukan?" ucap Kevanno pada dirinya sendiri dengan senyum miring di wajahnya.

"Aku akan mendapatkan Putrimu Vian, Apapun caranya"

Ntah hal gila apa yang akan dilakukan pria itu untuk mendapatkan Violyn, si gadis bar-bar yang suka mengumpati dirinya.

~0~

My Roomate is Duda √ [END] [TERBIT]Where stories live. Discover now