Kejujuran (2)

1.4K 134 22
                                    

"A-apa...apa yang barusan kau..." Tanya Sakura tidak percaya. Matanya berkaca-kaca dan sebelah tangannya menutup mulutnya saking kagetnya.

"Aku yakin kau mendengarnya, Sakura." Ujar Sasuke tanpa melepas sebelah tangan Sakura yang bebas. Meremasnya lembut guna menyalurkan perasaannya saat ini.

"A-aku...aku...aku rasa aku salah dengar–"

"Tidak salah dengar." Potong Sasuke sembari tersenyum. wajah kaget, bingung dan tidak percaya Sakura menggelitiknya tapi juga membuatnya merasa lega. "Aku ingin kau membawa lambang klan Uchiha di punggungmu..."

"K-kau..." Sakura bergumam, air matanya tertampung lagi, berekdip sekali mata air matanya akan jatuh dipipinya. Tangan Sasuke kembali terangkat menangkup pipi Sakura.

"Benar. Aku baru saja melamarmu, Sakura." Sakura mencintai Sasuke lebih dari yang pemuda itu bisa bayangkan. Selama ini Sakura pernah membayangkan jika Sasuke mengungkap perasaan yang sama padanya, tapi hanya sebatas itu. Kebahagiannya cukup sederhana, karena itu mendengar kalimat lamaran terdengar begitu jelas ditelinganya dari orang yang selama ini dia cintai adalah satu hal yang tidak pernah benar-benar dia bayangkan selama ini.

Nyaris beberapa tahun mereka berpisah karena Sasuke memiliki ambisi tersendiri, dirinya dan Naruto hanya mengharap kepulangannya kembali ke desa. Membawa Sasuke kembali ke desa menjadi tujuan dan harapannya selama beberapa tahun. Tak pernah dirinya mengharapkan hal lain yang lebih besar seperti sebuah janji sakral antara dia dan Sasuke walaupun dia mengatakan dia ingin berada sisi pemuda itu selamanya tapi sekali lagi lamaran Sasuke adalah sebuah mimpi yang tidak bisa dia bayangkan akan terwujud hari ini.

Sasuke mendengus melihat Sakura kembali menangis. Ibu jarinya dengan sigap mengusap air mata yang jauh itu.
"kau menangis lagi..."

"A-aku...aku tidak percaya ini." Sakura mengusap air matanya yang terus keluar. Dia tidak bisa menahan perasaan dihatinya dan respon alami yang diaberikan setelah mendengar lamaran itu hanya menangis. Menangis bahagia. "I-ini sungguh–"

Cup

Mata hijaunya membulat.

Demi apapun. Kaki Sakura lemas begitu merasakan bibir Sasuke menyentuh bibirnya begitu saja. Sakura bahkan sama sekali tidak menutup matanya saking kagetnya, dan karena itu dia bisa melihat Sasuke mengecup lembut bibirnya dengan mata yang terpejam dengan tenang.

Perlahan Sasuke menjauhkan wajahnya lalu tersenyum tipis, tangannya masih setiap di pipi Sakura, mengusapnya lembut.
"Apa sekarang kau sudah percaya?" Tanya Sasuke. "Kau harus percaya, karena aku sudah bilang sebelumnya aku tidak akan mengulanginya." Tapi Sakura kembali menangis.

"Kau benar-benar cengeng. Kenapa menangis lagi?" Sasuke menggeser duduknya lalu menarik Sakura kedalam dekapannya.

"A-aku...aku senang. Aku sangat senang." Jawab Sakura sambil terisak kecil dibahu Sasuke. Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan Sasuke selain mengusap-usap punggung Sakura seperti sebelumnya.

"Kau bahkan belum menjawabnya." Sakura hanya tidak tahu betapa jawaban Sakura begitu ingin didengar Sasuke sekalipun Sasuke tahu dari reaksi yang Sakura berikan padanya, tapi sungguh dia ingin mendengarnya dengan jelas.

"Aku bahkan belum bilang memaafkanmu." Sakura menenggelamkan wajahnya dibahu Sasuke. "tapi kau malah mengatakan sesuatu yang sulit aku percaya, shanarooo." Sasuke terkekeh pelan, menekan lembut kepala Sakura agar makin dekat dengannya.

"Aku pikir aku sudah dimaafkan." Bisiknya tenang. "Jadi apa kau mau menerima lamaranku tadi?"

"Kenapa kau masih bertanya? Tentu saja aku mau, shanaroo!" Jawab Sakura sambil memukul pelan dada Sasuke. "Tentu saja aku mau menikah denganmu." Detik itu juga Sakura merasakan dekapan Sasuke makin mengerat bersamaan dengan helahan nafas berat nan panjang pemuda.

Sakura? Where stories live. Discover now