1. IGNITES >>Wilona Syazalee<<

Mulai dari awal
                                    

"Aku memerkosa istri karyawan di kantor cabang karena kebodohan yang udah terlanjur menutupi kewarasan di pikiranku."

Gita menatap suaminya yang kini terlihat sedih dan menyesal.

"Lalu kenapa kamu bawa dia pulang? Kenapa tiba-tiba kamu bisa bertemu anak itu?"

Wira membalas tatapan istrinya. Dia kini sama-sama terduduk di lantai dan memeluk Gita.

"2 minggu yang lalu aku bertemu neneknya. Ternyata orang tuanya bercerai setelah tahu istri karyawan itu mengandung anakku. Wanita itu sendiri yang menyerahkan Kayisa padaku. Dia terkena depresi sejak anak itu dalam kandungan."

Wira melepas pelukannya dan menatap sang istri. "Aku yang bersalah. Aku menghancurkan masa depan wanita itu. Tapi anak itu nggak salah."

Gita mengelap air mata Wira yang membasahi pipi laki-laki itu.

"Kamu menyesal sekarang?"

Wira menunduk malu. "Aku nggak tahu harus gimana menghadapi Wildan dan anak itu sekaligus," Laki-laki itu kembali menatap istrinya. "Mereka benar-benar menyerahkan anak itu padaku, Sayang. Aku yang harus bertanggung jawab. Aku nggak bisa menolak karena itu anak aku."

Gita mengangguk mengerti. Dia menarik Wira dalam pelukannya dan menepuk punggung suaminya dengan sayang.

"Bagus. Kamu sudah bagus mau bertanggung jawab. Kita urus anak itu seperti anak sendiri."

Wira melepaskan pelukannya dan menatap Gita serius.

Entah sudah berapa kali dia menyakiti istrinya itu. Mental Gita sedikit terguncang juga karena ulahnya. Sekarang Gita kembali memaafkan kesalahannya lagi, seperti biasanya.

Apa lagi yang dia cari di dunia ini?

"Berhenti menyakiti perasaan aku kalau kamu nggak mau anak perempuan kamu mengalami hal yang sama."

Ucapan Gita membuat Wira semakin merasa malu dan malu. Sekarang dia benar-benar punya anak perempuan, meski bukan dari pernikahannya yang sah.

🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮

Gita telah membaca semua laporan tentang anak yang dibawa suaminya satu minggu yang lalu. Dari mulai biodata sampai kebiasaan dan kesukaan gadis kecil itu.

Kayisa berusia 4 tahun dan memiliki rambut lurus yang cantik. Wajahnya yang lucu dan cantik membuat Gita begitu senang memperhatikan gadis kecil itu.

Dia sudah lama menginginkan anak perempuan dari rahimnya, tapi harus pupus karena penyakit yang dideritanya.

Hasil tes DNA menunjukkan skala 99% anak itu adalah anak dari suaminya. Bahkan golongan darah mereka sama, AB dengan rhesus positif.

Golongan darah yang cukup langka.

Surat adopsi dan hak asuh juga sudah resmi. Kini gadis itu benar-benar jadi anaknya secara hukum.

"Dia nggak punya alergi lain, kan, selain strawberry?" tanya Gita pada Dewi, orang yang selalu mengurus segalanya sejak Kayisa masih bayi.

"Mungkin Yisa juga alergi udang bu, soalnya beberapa kali pernah makan udang, meskipun nggak banyak tapi reaksi alerginya cukup bahaya," jawab Dewi dengan sopan.

Gita tersenyum tipis. Dia benar-benar anak Wira. Suaminya juga alergi terhadap udang.

Wanita itu mendekati gadis kecil itu yang sibuk bermain lego di tengah ruangan yang luas.

"Kamu suka mainannya?" tanya Gita begitu duduk di samping Kayisa.

"Suka tante!" jawab Kayisa senang. Senyum Gita memudar dan menatap Kayisa tidak suka.

"Lihat mama," pinta Gita yang tidak digubris Kayisa.

"Wilona, lihat mama!" seru wanita itu sekali lagi. Dewi sedikit terkejut karena Gita cenderung sedikit galak dan kasar.

Kayisa menunduk takut karena bentakan yang dia dapat dari orang sebaik Gita.

"Dengar, mulai sekarang nama kamu bukan lagi Kayisa, tapi Wilona," Gita menoleh ke arah Dewi dan mendapat anggukan kecil.

"Kamu Wilona, bukan Kayisa," tegas Gita sambil membelai pipi gadis itu dengan lembut. "Dan ini mama, bukan tante, mengerti?"

"Tapi ini Yisa, tante...," jawab gadis kecil itu, sedikit merengek.

Gita membanting lego yang sedang Kayisa pegang hingga patah, membuat Dewi terkejut dan hampir saja membuat gadis itu menangis.

"Jangan panggil tante, panggil mama!"

Kayisa menunduk takut. "I-iya, Ma...."

"Bagus," Gita menghela nafas dan berdiri. Sebelum menjauh dari Kayisa, dia membelai rambut anak gadis itu dengan lembut.

"Surya...," Gita memanggil pengawal yang bertugas menjaga Kayisa dan mengurus segalanya ke pengacara. Laki-laki bertubuh tegap dengan pakaian serba hitam datang dan menunduk hormat pada Gita.

"Ajukan surat penggantian nama. Hapus nama Kayisa Elina, ganti menjadi Wilona Syazalee Wirawan."

Wanita itu melenggang pergi menuju lantai dua. Laki-laki itu melihat ke arah Dewi yang sepertinya sedikit tertekan.

"Nyonya orang yang sangat baik dan penyayang. Dia nggak akan pernah menyakiti nona muda. Tapi dia tegas dan tidak mau dibantah, jadi saya sarankan jangan pernah membuat kesalahan di hadapan nyonya," kata bodyguard itu.

Dewi tersenyum dan mengangguk sopan, tanda berterimakasih. Dia langsung menghampiri Kayisa dan memeluk gadis itu yang ternyata menangis diam-diam.

"Yisa pengin pulang," rengek gadis itu manja.

"Sekarang ini rumah Yisa. Tante Gita juga sekarang mamanya Yisa," Dewi mengusap air mata gadis itu. "Dan sekarang nama Yisa jadi Wilona. Cantik, kan?"

"Yisa nggak suka nama itu! Nggak mau jadi Wilona," gadis itu kembali menangis dan sedikit merajuk.

Dewi menghela nafas dalam. Dia sudah bersama Kayisa sejak gadis itu masih bayi. Dia melihat tumbuh kembang Kayisa yang sangat menggemaskan.

Bagaimana bisa dia merelakan Kayisanya berganti menjadi Wilona?

Ah, tapi dia tidak bisa berbuat apapun kecuali menerimanya.

Dewi memeluk Kayisa lagi dan kali ini membiarkan gadis itu menangis kencang.

🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮🏮

Halo, dengan author Murti di sini :) untuk ke depannya, gue bakal bikin nama pena. Biar agak estetik wkwk.

Guys, ini adalah cerita baru yang gue tulis disela-sela waktu sibuk. Jadi maaf ya, kalo tulisan jelek dan typo bertebaran.

Semoga kalian suka sama cerita ini 😁

Salam hangat sehangat pelukan mantan yang kalian rindukan.

4mrti2.

IGNITES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang