Faldhita #25

606 82 33
                                    

"Kak Fal!!!"

Vido mencekal lengan Fal, yang masih saja berjalan cepat. Cekalan itu membuat langkah Fal terhenti bahkan nyaris terjungkal ke belakang jika Vido tak menahan tubuh tinggi semampai itu. Vido membalik tubuh Fal dan meraihnya ke dalam pelukan. Jelas terasa tubuh dalam pelukannya gemetar hebat. Vido mengeratkan pelukan pada tubuh Fal, yang masih tampak mungil baginya.

"Tenang, Kak. Tenang. Kak Fal kenapa?" ujar Vido dengan nada lembut seraya mengusap punggung Fal. Tak peduli dengan tatapan aneh orang-orang di sekitaran. Bagi Vido, ketenangan Fal adalah fokus utamanya saat ini.

Fal berusaha menenangkan diri. Berusaha untuk tak berontak dalam pelukan Vido. Wangi parfum Vido, yang begitu dikenalnya, membuatnya perlahan sadar dari kepanikan. Dibalasnya pelukan Vido. Kedua telapak tangannya meremas kuat kemeja belakang Vido.

Vido melepas perlahan pelukannya. Menaruh kedua tangannya di atas bahu Fal. "Kak ...," panggil Vido agar Fal mengangkat wajah dan menatapnya. "Kita cari tempat untuk nunggu Abey, ya."

Fal mengangkat wajah dan menatap Vido. Menatap lekat wajah kekasih dari sahabatnya itu. Mengangguk perlahan dan pasrah saat Vido menuntunnya pergi ke aalah satu kedai kopi terdekat.

...

"Makasih, ya."

Vido, yang tengah menikmati cheesecake, mengangkat wajah dan menatap Fal dengan sebelah alis terangkat. "Untuk apa?"

Fal, yang tampak lebih tenang, tersenyum tipis. "Makasih sudah nolongin gue. Abey beruntung punya pacar kayak lo, Vid. Makasih juga lo sudah mau nerima gue yang aneh ini."

Vido mengangguk dan tersenyum. "Sama-sama. Kak Fal kan, bagian dari kehidupan Abey, jadi gue harus terima keberadaan Kak Fal juga. Masa iya, gue pacaran sama Abey tapi enggak mau terima orang-orang terdekatnya."

Fal tersenyum lagi. Meraih kopinya dan meneguknya.

"Fal!!! Lo enggak apa-apa?"

Fal dan Vido menoleh ke arah sumber suara. Tampak Abey, dengan wajah paniknya tengah berjalan mendekat. Pemuda itu akhirnya berhasil menemukan keberadaan sahabat dan kekasihnya.

Abey memeluk Fal, begitu tiba di hadapan gadis itu. "Lo kenapa? Vido bilang kalian ketemu Maria, terus kenapa lo lari? Kenapa lo panik?"

Fal terkekeh dalam pelukan Abey. Diurainya pelukan dan menarik Abey untuk duduk. Menyodorkan segelas air mineral. "Minum dulu."

Abey meraih gelas dan menandaskan isinya. "Lo kenapa?" tanya Abey seraya menatap Fal.

"Sapa dulu Nyonya Abey dong, Ardan Benyamin. Datang-datang malah peluk gue. Mau diamuk Nyonya apa?" Fal berusaha terlihat santai di hadapan Abey.

Abey menatap tajam Fal. "Enggak usah mengalihkan pembicaraan, Faldhita Raditya. Gue tanya serius, lo kenapa?"

Fal tersenyum. "Gue enggak kenapa-kenapa. Lo buruan abisin minum lo. Kita pulang. Gue capek. Mau istirahat."

Abey menghela napas. "Oke. Gue tunggu penjelasan lo nanti, Faldhita Raditya." Abey menoleh ke arah Vido. "Nyari tempatnya jauh banget sih, Yang. Aku tadi salah masuk tempat sampai dua kali loh," protesnya pada Vido.

Vido menaikkan kedua alis hitamnya. "Baru dua kali. Masih bagus enggak ku tinggal pulang. Bisa pulang jalan kaki kamu."

Abey mencibir. "Naek ojol lah. Ngapain jalan kaki."

FaldhitaWhere stories live. Discover now