Faldhita #22

687 94 9
                                    

Fal menghembuskan napas. Berusaha menenangkan diri sekaligus meyakinkan diri sendiri. Digenggamnya dengan erat kemudi. Berusaha menghentikan deburan jantungnya. Gadis itu menelan ludah. Perlahan ditekannya pedal gas. Mobil berwarna hitam itu mulai meluncur meninggalkan kediaman milik Fal dan Bu Amira.

...

"Hah ... setelah bertahun-tahun, akhirnya nih mobil gue bawa juga. Pertama kalinya gue keluar sendiri."

"Sendiri, ya? Terus saya ini kau anggap apa? Onggokan daging tak bernyawa?"

Fal melirik ke arah kursi penumpang di sebelahnya. Abey tengah mencebik kesal. "Bukan gitu maksud gue, Bey. Ini kan, pertama kalinya gue nyetir sendiri lagi. Dari kejadian itu, gue enggak pernah berani nyetir sendiri. Pergi kemanapun harus dikawal."

Abey tersenyum. "Dan ini semua berkat Maria. Kalau lo enggak ketemu itu anak. Pasti lo masih jadi Fal yang dulu."

Fal hanya mengulum senyum. Membenarkan ucapan Abey dalam hati.

...

"Lo yakin ini rumahnya?"

Fal menatap gawainya lalu berpindah ke rumah dengan desain rumah lama di depan sana. Gadis itu mengangguk. "Yakin. Ini pasti rumah Maria. Sama-sama jadul soalnya."

"Wahhhh ... rada-rada ini anak. Gebetan sendiri dibilang jadul."

Fal menoleh ke arah Abey. "Gebetan? Siapa? Maria? Gue enggak ngegebet dia kok. Gue cuma mau mempertahankan teman gue saja. Lo tahu kan, sesusah apa gue buka hati untuk berteman dengan dia."

"Pret!!!" Abey mencibir seraya menatap Fal dengan tatapan jengah. "Sangkal terus sampai hujan salju pertama turun di Indonesia."

"Berisik. Lo turun gih. Samperin Maria."

Abey mengerutkan dahi. "Kok gue? Kan, lo yang punya niat jemput dia. Kenapa enggak lo saja yang turun."

"Ardan Benyamin, di dalam rumah itu ada Ayahnya Maria, dan lo tahu kan, kalau Ayahnya itu cowok. Lelaki. Pria. Kalau yang buka pintu Ayahnya Maria gimana? Gue takut kumat terus berlaku aneh di depan Beliau, Bey."

Abey menatap kedua mata Fal. Menghela napas. Pemuda itu mengangguk dan turun dari mobil.

...

"Loh ada Fal juga? Abey kok enggak bilang kalau Fal nunggu di mobil? Kenapa Fal enggak ikut turun?" Maria langsung membombardir Fal dan Abey dengan pertanyaan begitu tiba di depan mobil Fal.

"Masih pagi, Aryani Maria!!! Kamu itu manusia bukan burung!!! Cerewet banget sih!!!" Fal melayangkan protes seraya keluar dari mobil. Menoleh ke arah Abey. "Bey, lo yang nyetir, ya. Gue sama Maria duduk di belakang."

Abey melebarkan kedua matanya. "Oh, jadi ini tujuan Lo ngajak gue, Fal? Mau jadikan gue supir? Tahu gitu, mending gue jemput Vido," sungutnya namun tetap masuk ke dalam mobil dan mengambil alih kemudi.

Fal tersenyum. Yakin bahwa Abey takkan menolak permintaan atau lebih tepatnya perintah darinya. Ya, sesayang itulah seorang Ardan Benyamin kepada Putri Kecilnya, Faldihta Raditya. "Makasih, Abey tampan."

Maria hanya diam memperhatikan lalu membuka pintu belakang mobil. Mencari posisi duduk yang nyaman. Mobil Fal jelas jauh berbeda dengan mobil tua miliknya. "Fal tumben jemput aku. Biasanya aku yang jemput Fal."

FaldhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang