Faldhita #07

838 113 9
                                    

Fal tengah duduk memandangi hujan di teras depan. Meringkuk nyaman di sofa kecil, yang sengaja ditempatkan di sana. Di tangan kanannya terdapat secangkir teh hangat. Udara dingin yang dihantarkan oleh rinai hujan, tak menyurutkan niat Fal untuk menikmati nyanyian alam. Meneguk teh di tangan. Merasakan kehangatan yang perlahan mengaliri tubuhnya. Hidupnya terasa normal jika sudah seperti ini.

"Mama senang kamu akhirnya mau berteman, Fal. Setelah sekian lama kamu menutup diri dan hanya mengizinkan Abey untuk menjadi temanmu."

Fal menoleh pada sosok perempuan setengah baya, yang duduk tak jauh darinya. Sama-sama menatap hujan. Wajah cantiknya sudah dihiasi kerutan usia. Beberapa uban menghiasi surai gelapnya. Fal memilih diam. Tak menanggapi ucapan Mama Amira.

"Mama yakin, gadis itu anak yang baik. Tulus."

Fal tersenyum tipis dan meletakkan cangkir tehnya ke meja. "Semua juga berlaku layaknya orang baik di awal perkenalan, Mam. Tapi, sebagian dari mereka hanya mencari jawaban atas keingin-tahuan mereka. Sebagian terpaksa mendekat karena iba." Helaan napas berat mengiringi akhir kalimatnya. "Lagipula, Fal baru kenal dia, Mam."

Mama Amira tersenyum. "Kamu harus belajar membuka diri, Fal. Pikirkan masa depanmu. Hidupmu tak mungkin selamanya sendiri atau bergantung dengan Mama dan Abey." Wanita berparas teduh itu menghela napas. "Kamu juga jangan lupa, sepahit apapun masa lalu, kamu berhak bahagia sama seperti yang lain. Suatu hari nanti, kamu tetap harus memilih seseorang untuk menjadi pendampingmu."

Pendamping?! Fal tersenyum sinis. Ucapan Mama Amira membuat kedua telinganya berdengung. Pendamping? Memangnya masih ada ya, satu saja manusia yang bisa mencintai manusia lainnya tanpa menyakiti? Trauma gue saja belum sembuh, jangankan buka hati, dekat dengan cowok manapun gue selalu waspada tingkat satu. Bahkan, dengan Abey pun gue belum bisa percaya dengan sepenuhnya.

...

"Fal, gue punya kenalan baru loh."

Seorang gadis berseragam putih-abu mendekati Fal, yang tengah duduk membaca. Mengisi waktu luangnya seraya menunggu bel masuk berbunyi. Diangkatnya wajah dari buku. Menatap wajah Anya, salah satu sahabatnya. Setengah tidak mengerti akan ucapan Anya.

Anya gemas dengan reaksi bingung Fal. Gadis itu duduk di sebelah Fal. "Gue dapat kenalan dari ig, Fal. Orangnya baik loh."

Fal mengangkat sebelah alisnya. "Kenalan dari dunia maya? Lo sudah ketemu dia? Kok tahu dia baik?" tanya gadis itu dengan sanksi.

Anya melipat kedua tangan di meja. "Kita sudah sering teleponan kok. Chatan apalagi. Tiap saat malah. Dan menurut gue, dia orang yang baik."

Fal menghela napas. Ceroboh!!!, keluhnya dalam hati. "Tapi kan, kalian belum ketemu, Nya. Belum tentu loh, dia itu baik juga di kenyataannya. Apalagi kalian cuma komunikasi lewat telepon atau teks." Berusaha mengingatkan Anya.

Anya terdiam. Ucapan Fal sedikit mengusiknya. Fal adalah satu-satunya sahabat yang berpendapat beda. Hanya Fal yang mengingatkannya.

"Kalian ada rencana ketemu?" tanya Fal. Anya mengangguk sebagai jawaban. "Bagaimana kalau nanti gue temenin lo, Nya? Gue khawatir. Soalnya, gue enggak yakin sama itu orang."

Anya terdiam sejenak lalu mengangguk.

...

Fal membuka kedua matanya saat mendengar ketukan di pintu kamar, membuat gadis itu berdecih kesal. "Gue baru mau tidur. Siapa sih!!!" umpat Fal dengan suara rendah. Dengan berat hati, turun dari peraduan dan berjalan ke arah pintu.

FaldhitaWhere stories live. Discover now