36. Kabar Pengantar

268 57 16
                                    

 Assalamu'alaikum
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholi alaa syaidina Muhammad
Follow akunku, nikmati ceritaku.

***
Aas mendapati gerbang serta pintu rumahnya terbuka. Hatinya jadi tak keruan saat melihat motor lelaki yang sempat ia asuh saat kecil, terparkir di halaman rumah. Pasalnya, anak mantan majikannya itu selalu bersikap semaunya tanpa memedulikan perasaan orang lain. Wanita yang memakai hijab moka itu takut bila Fat menjadi korban kejahilan Hadinata Prayoga.

Benar saja, di ruang tamu pada sofa panjang, keponakannya sedang ditindih oleh Tata. Tanpa pikir panjang, Aas langsung saja memukul tengkuk Tata dengan Sling bag-nya.

Tata yang kesakitan, refleks berdiri melepaskan mangsanya. "Bibi, tega banget mukul aku!"

"Kamu tega banget nyakitin ponakan saya!" balas Bi Aas, tak peduli bila mantan tuan mudanya itu murka.


"Bibi berani bentak saya?"

"Bahkan saya berani bunuh kamu kalau lebih jauh menyakiti Fatimah." Aas mendekap ponakannya yang menggigil ketakutan. "Tenang, Sayang ...."

"Mana janji Bibi buat selalu sayang sama aku?" sentak Tata, tetapi Aas tak minat menanggapi. Wanita itu lebih memilih merapikan rambut Fat yang berantakan.

"Aku bilangin ke papi loh, Bi!" ancam Tata lalu pergi.

"Dia mantan pacarku, Bi," ucap Fat dengan suara bergetar. "Dia sering banget mau lecehin aku, makanya kita putus. Belum lagi dia gitu bukan ke aku doang. Tapi ke banyak cewek," papar Fat selanjutnya membuat Aas lebih erat lagi mendekap Fat.

"Udah, jangan diceritain kalau cuma bikin kamu sakit hati. Yang penting, sekarang kamu sudah aman." Aas mengusap kepala Fat dengan lembut.

"Makasih ya, Allah ... Makasih," lirih Fat.

Seharian itu, Fat hanya mengurung diri di kamar. Aas rajin mengirimi makan siang juga kudapan di sore hari. Gadis itu tak lepas dari mukena dan buku salinan catatan Surah Cinta Mishil. Dia juga berusaha menghafal beberapa surah pendek agar saat datang pada Allah, bisa memberikan yang lebih baik lagi.

"Adik-adik baru pulang, lagi pada cobain baju baru yang Bibi belikan," lapor Bi Aas pada Fat.

"Jangan dimanjain gitu, Bi."

"Enggak dimanjain ... Bibi suka aja beli gamis lucu-lucu dan murah lagi. Fat mau? Atau Fat mau lihat sesuatu? Bibi mau nunjukin kamar anak Bibi, Narisa namanya."

Fat mengangguk setuju, kemudian keduanya berjalan berdampingan menuju kamar putri Aas di lantai atas.

Ruangan tak terlalu besar itu sangat harum aroma melati ketika Fat memasukinya. Fat mengusap tengkuknya, merasakan atmosfer lain di ruangan yang ditutup kain serba putih itu.

"Bibi enggak tahu mau apakan baju-baju Narisa." Tangannya terulur menarik kain putih yang menutup lemari, kemudian membuka pintu benda yang terbuat dari kayu itu. Di sana, tersusun rapi pakaian berwarna teduh. Aas mengamil satu potong gamis biru mint dan menyodorkannya pada Fat. "Maukah Fat jadi Narisa buat Bibi?" Mata wanita itu dihiasi selaput bening, sorotnya penuh pengharapan.

"Fat cobain, ya?" pinta Fat.

Fat mengenakan gamis sederhana tanpa hiasan itu dan sangat cocok di badannya yang ramping. Aas tersenyum, kemudian menjulurkan hijab instan pada Fat. Perlahan Fat mengenakan hijab itu membuat Aas malah menangis dan merengkuh Fat ke dalam pelukan.

Dalam Hijrah CintaWhere stories live. Discover now