10. Kedatangan Fahira

334 62 18
                                    

Assalamu'alaikum
Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad Waalihi Washahbihi Wasallim
***

"Hidupku biasa aja." Fat menatap lurus ke depan.

"Tidur aja, Fat. Nanti aku bangunin kalo udah sampe." Ali rasa dirinya tidak bisa memaksa Fat menceritakan kehidupannya.

"Siapa yang bisa jamin aku aman kalau tidur?" ujar Fat melirik sinis pada Ali dan pria itu hanya tertawa kecil.

Dengan satu tangan, Ali mengambil jaket yang tersimpan di jok belakang. Pria itu kemudian memberikannya pada Fat.

"Pake, Fat. Nggak usah dibalikin."

Fat meraih jaket berwarna hijau floral itu. Sangat wangi lavender. Ukurannya kecil, sepertinya jaket itu bukan milik Ali

"Bukan punya kamu, ya?" tanya Fat.

"Sengaja aku beli buat kamu, baru selesai dicuci bibi. Makanya baru sempet aku kasih ke kamu," terang Ali.

Fat tak bicara lagi hingga akhirnya ia tertidur dengan menaikan kedua kakinya ke kursi. Kepalanya ia senderkan ke pintu, tangannya erat memeluk lutut.

Sesekali Ali melirik Fat dengan benak dipenuhi tanya. Segunung prasangka memenuhi kepalanya. Tentang siapa sebenarnya Fat ini. Seperti apa kehidupan yang ia jalani sehingga membuatnya berbeda dengan kedua adiknya.

Tiba di rumah, Ali segera membangunkan Fat yang masih lelap tertidur. Posisinya jadi berubah, kaki menjuntai kembali ke bawah dengan mulut menganga menandakan tidur yang pulas.

"Terusin di kamar aja tidurnya," saran Ali saat Fat masih saja menguap ketika turun dari mobil. 

Ali lantas pergi ke rumah Nisa setelah mobil terparkir rapi. Ia ingin membicarakan sesuatu dengan wanita itu. Tiba di sana, terlihat Kenes sedang sibuk bermain ponsel di teras rumah, sementara Nisa sepertinya di dapur sedang masak. Aroma ayam goreng menguar di rongga hidung Ali.

"Aa kemana aja, sih?" protes Kenes begitu Ali melintas di depannya.

"Nemuin klien." Ali meletakan sepatu pada rak yang terdapat di dekat pintu masuk.

"Ngajak cewek itu?"

"Namanya Fatimah Wiguna!"

Ali beranjak, ia langsung menuju dapur menemui Nisa sedang masak.

"Ma, Mima sama Qima semalam aman?" tanya Ali dengan nada menginterogasi.

"Aman, kamu aman nggak sama Fatimah?" Nisa balik bertanya. 

Kejadian masa lampau tentang Ammar membuat Nisa kadang jadi risi saat Ali berduaan dengan gadis mana pun.

"Untung Fatimah jutek banget, kalau jinak ...." Ali menggantung kalimatnya.

Nisa mendesah pelan. "Dasar anak Mishil," batin Nisa.

"Becanda, Ma. Aman kok aman." Ali dengan cepat kembali menyambung kalimatnya. 

"Fahira udah balik, A." Ucapan Nisa membuat Ali yang baru menggigit ayam goreng berhenti mengunyah.

"Mau ke sini katanya," lanjut Nisa.

Dalam Hijrah CintaWhere stories live. Discover now