My twins girl (20)

48 1 0
                                    

Beberapa kali Aira mengusap pipinya yang basah. Percuma saja, air matanya terus mengalir bagaikan air terjun. Ia menunduk melihat heel-nya.

"Hei, cil. Lo ngapain nangis disini?"

Aira mendengus keras mendengar suara itu. Ogah-ogahan dia membalas tatapan Bima yang menurutnya super super menyebalkan.

"Gue gak nangis!" Bantah Aira.

"Hilih." Bima mencibir. "Jadi apa itu yang basah di pipi Lo?"

"Kepo!" Semprot Aira.

"Lo ngapain disini, Hulk?"

Mata Bima melebar. "H-hulk? Anjir, Lo!"

"Lo manggil gue bocil yaudah gue panggil Hulk," Aira tersenyum pongah. "Eh, atau lebih cocok Buto ijo?"

"Njir, mending Lo manggil gue Kakak Abimanyu manis," Bima mengedipkan matanya jahil. "Atau sayang juga boleh."

Aira menyipitkan matanya. "Jurusan gombal ala kadal Lo gak akan mempan ke gue."

"Karena Lo sukanya, Arsen?" Bima tersenyum mengejek.

Ada satu hal yang membuat Dirga sangat tidak merestui hubungan Genta dan Aira. Bima dan yang lain pun sangat mengerti. Ia susah menjelaskannya seperti apa. Bima masih tidak mengerti kebencian terbesar Dirga terhadap, tapi dia paham alasan Dirga tidak merestui mereka.

Gadis ini aneh.

Dia menyukai Arsen. Itu jelas.

Tapi malah berpacaran dengan Genta.

Lebih anehnya Genta yang anti begituan malah mau.

Bima memperhatikan Aira yang menunduk dalam, gadis cantik tersebut bergumam pelan dengan nada sinis. "Sok tau."

"Emang gue tau, Genta sama yang lain juga tau."

Aira mendongak. "Hah?"

"Keliatan jelas kali," Bima memutar bola matanya, dia duduk di samping Aira. Reflek, gadis itu menyingkir sedikit. Menciptakan sebuah ruang kecil.

"Tatapan Lo ke Arsen itu beda," Bima menerawang, mengingat setiap apa yang Aira lakukan pada Arsen. "Terus perlakuan Lo. Setiap ada kesempatan mata Lo selalu nyari dia. Sedangkan dengan Genta Lo terkesan gak peduli, tapi langsung sigap pas ada cewek mau dekati dia. Aneh."

Aira mencebik. "Itu bukan urusan Lo kali."

Tanpa di duga Bima menjitak kepala Aira. "Kecil-kecil udah pinter gitu, ya!"

"Aw! Anjing Lo ya. Dipikir kepala gue ini besi apa?" Dumel Aira mengusap kepalanya.

Bima tergelak. "Akibat nakal."

"Sadar diri dong. Dasar Playboy cap kadal."

"Sekarang gue serius ... Genta sama Lo pacaran tapi semua orang jelas tau. Kalian gak memiliki perasaan sama sekali. Kenapa gak putus aja?"

Aira merenung, lantas ia tersenyum

"Karena gue ngerasa bangga mendapatkan julukan penakluk Genta, gue merasa menang dari cewek yang suka Genta. Gue bahagia liat orang yang iri ke gue. Dan hal itu semua gak akan gue dapatkan kalau pacaran sama Arsen."

Bima terpukai. "Cuma demi itu?"

"Lo gak akan ngerti, Hulk."

"Yee, dasar bocil. Sombong amat," Bima menjitak kepala Aira.

"Bimaaaa!"

...

"Papa mau kemana?" Aira melihat heran Papanya yang keluar kamar dengan pakaian rapi dan menyeret satu koper, ada Mama yang mengikuti.

Adi tersenyum. "Papa harus ke Thailand selama 1 bulan untuk urusan pekerjaan. Kamu baik-baik dirumah, ya."

"Gak mau!" Aira menggeleng, memegang tangan Papa seraya merengek. "Satu bulan lama, paaa!"

"Masa Papa libur 3 hari buat ngabisi waktu sama Iara aja habis itu pergi jauh?" Protes Aira.

"Satu bulan gak akan kerasa lama," Adi mengusap rambut Aira. "Bentar aja."

"Ma," Iara menghampiri Ainun masih dengan piyamanya.

Pagi hari yang masih menampakkan langit gelap ini membuat hening langsung terisi rengekan Aira yang melarang Papa pergi. Ia terbangun karena haus dan ingin minum, ternyata malah melihat Papa ingin keluar negara. Iara sendiri terbangun karena berisik.

"Papa gak mauu," mata Aira berkaca-kaca. "Satu bulan itu lama. Nanti siapa yang nambahi uang jajan aku?"

"Papa suruh Mama ngasih yang banyak," kata Adi lembut.

"Tetep gak mau. Ini 'kan gak adil," Aira menunduk. "Tiga hari Papa libur cuma buat Iara. Aku kapan?"

"Sayaang," panggil Ainun lembut. "Papa 'kerja. Masa udah besar masih gak ngerti?"

Aira mengerutkan keningnya. "Yaudah ... Tapi janji pulang bawa oleh-oleh yang banyak."

"Sip," Adi tersenyum, ia melihat ke arah Iara. "Iara ada mau sesuatu?"

"Gak, Pa. Cukup Papa pulang dalam keadaan baik," balas Iara tersenyum.

Cikip Pipi piling dilim kiidiin biik, cibir Aira dalam hati. Wajahnya saat ini lebih kusut dari kertas yang di remas.

Aira mencebik. "Aku mau baju baru dari Thailand!"

"Iya-iya."

"Mama juga mau tas Gucci yang terbaru, Pa," Ainun tersenyum.

"Kalau bisa belikan aku juga sepatu, buat nambah koleksi sepatuku," tambah Aira.

"Iya-iya," Adi mengangguk. "Papa pergi dulu."

Mereka cuma melihat Adi diantar mang Arjo. Kata Ainun, Adi mau ke rumah asistennya dulu baru itu pergi bareng nanti.

See you next part~♥️
ListaChoco^^

My Twins Girl (End)Where stories live. Discover now