My twins girl (16)

62 2 0
                                    

Aira melewati beberapa kelas yang kosong sementara sebagian muridnya berkumpul di depan pintu. Acha sakit perut dan pergi ke toilet, berhubung Aira males sendiri di kelas dia pergi sana. Ingin melihat bagaimana Iara berinteraksi.

Tapi dia langsung beralih atensi kala melihat ada Ares yang menyender di depan kelasnya sambil membaca sebuah buku. Tampak serius.

Ares menegakkan badannya dan berjalan pergi dengan pelan, fokus melihat buku. Aira berjalan mengendap-endap. Kedua tangannya terangkat dan menutupi mata Ares, hingga lelaki itu terlonjak dan bukunya terjatuh.

Ares memegang kedua tangan Aira yang membungkus kedua matanya. Mereka berhenti di koridor.

"Mmm ... Siapa?"

Aira menahan tawa geli. Dia meniup telinga Ares sampai bulu kuduk laki-laki itu merinding.

"Tebak siapa," bisik Aira.

Seketika tangan Ares yang mencoba melepaskan tangan Aira dari matanya langsung turun.

"Aira?"

Aira tersenyum lebar, diturunkannya tangan dia sambil berdiri di depan Ares.

"Hai!"

Ares berjongkok mengambil novelnya. Dia melihat Aira sebentar. "Lain kali jangan lakuin hal kayak gitu lagi."

"Oke, bukan masalah," Aira mengangguk.

"Lo suka banget baca bukunya. Buku apa sih?"

"Bukan," Ares menggeleng. "Ini novel horor. Mau baca?"

Aira mengerjab lambat. "Mm ... Jangan sekarang. Gue lagi puasa baca novel."

"Lo suka baca novel?" Ares mengangkat satu alisnya.

Aira terpukau. Kapan dia bisa ngangkat satu alis gitu sih? Iri deh.

"Suka," jawab Aira beberapa saat kemudian.

Ares mengangguk saja dia melangkah melewati Aira. Tapi teringat satu hal, Ares mundur lagi. Sementara Aira tersenyum lebar.

"Lo punya kembaran, ya?"

Senyum Aira luntur.

"Iya."

"Iara, 'kan?"

"Ya."

"Dia masuk kelas gue."

"Y."

"Kenapa semua orang baru tau kalau keluarga Adeswa punya anak kembar?"

Aira mengangkat bahu cuek. "Jangan tanya gue."

"Tadi gue bantu Iara. Dia kebingungan. Iara itu ... Beda banget sama Lo," Ares tersenyum tipis. "Gue suka," dan pergi begitu saja.

Aira diam, mencerna kalimat Ares sambil melihat lelai itu yang pergi. Gue suka. Gue suka. Gue suka.

Sial! Iara telah berhasil mengambil Ares darinya!

Kembali ke beberapa saat kemudian, saat Iara baru masuk ke dalam kelas barunya. Semua orang sontak terdiam. Meneliti wajah itu dan kemudian tertawa serentak. Iara tersentak kaget dan menunduk takut.

"Ai ... Lo salah masuk kelas?"

"Kalau mau caper ke Ares gak usah sampe gini juga kali."

"Udah punya Genta masih aja caper."

"Huuu! Balik kelas Lo sana, Aira!"

"Enak deh yang kalo buat ulah gak kena hukum. Anak pemilik sekolah."

Ares yang datang bersama Iara hanya bisa diam saja. Dia sudah menduga akan reaksi mereka. Jadi dia maju melewati Iara dan akan menjelaskan.

"Temen-temen sekalian ... Ini bukan Aira melainkan Iara. Dia ini kembaran Aira. Mulai sekarang Iara akan sekolah dan sekelas bareng kita. Mohon kerjasamanya untuk menjelaskan apa yang gak Iara mengerti. Paham?" Ares merupakan ketua kelas yang ucapannya selalu di dengar.

Semua terdiam. Nampak masih tidak percaya. Namun begitu Iara mendongak dan berkata. "Hai, semuanya saya Iara. Salam kenal," mereka langsung menyadari wajah itu memang mirip namun ada perbedaan yang bisa mereka ketahui. Langsung saja semua meminta maaf.

Saat Ares mengatur posisi duduk Iara, dan pergi meninggalkannya. Semua berbondong menuju meja Iara, bertanya ini-itu.

"Iara Lo benar kembaran Aira?"

"Kok bisa?"

"Kenapa gak ada yang tau kalo keluarga Adeswa punya anak kembar?"

"Siapa nama panjanf Lo?"

"Umur Lo berapa?"

"Siapa lebih tua. Lo atau Aira?"

"Selama ini Lo homeschooling?"

"Lo pinter gak?"

"Gimana rasanya jadi anak pemilik sekolah?"

"Iara Lo ini lebih cute dan mungil dibanding Aira. Aura Lo terkesan manis banget. Boleh berteman gak?"

"Ra, mau traktir gue gak nanti? Gue gak jajan."

"Lo Deket sama Aira?"

"Rasanya punya kembaran?"

Dan banyak hal random lagi yang mereka tanyakan. Iara langsung pusing, tidak tau harus menjawab yang mana. Tapi ketika bibirnya akan terbuka guru malah masuk dan mengusir kerumunan. Iara bernafas lega, begitupun Ares yang tadinya berniat membantu Iara.

Saat jam istirahat, Ares keluar lebih dulu sambil membawa novel. Iara tadinya ingin berterimakasih pada Ares karena membantunya mencari kelas langsung urung saat Ares pergi. Banyak orang ingin mengajak dia kantin, Iara tolak halus dan memilih keluar sendiri. Dia mau cari Ares.

Iara berhenti. Ada Aira dan Ares disana. Dia memiringkan kepala, bibirnya terbuka sedikit dan bergumam. "Mereka pacaran?"

Aira dan Ares terlibat obrolan singkat sebelum berpisah. Iara memang ingin mengejar Ares tapi tidak jadi sebab sudah ada Aira. Dia berdiri di sisi Aira.

"Ares itu pacar kamu?"

Aira tersentak, reflek memukul pundak Iara. "Ngagetin Lo!"

"Maaf!"

"Ck! Kalo emangnya Ares pacar gue kenapa?"

"Gapapa. Kalian cocok," Iara tersenyum.

Aira berdehem. "Iya. Dia pacar gue."

"Oh," gumam Iara.

"Terus Lo ngapain disini?!" Tanya Aira kesal. "Pergi sana cari teman! Jangan sampe Lo dibullyi karena gak pandai bersosialisasi! Plis, ngeliat wajah secantik gue dibullyi itu bukan hal enak!"

Iara meringis. "Maaf. Aku pergi, ya." Katanya dan berniat mencari teman, seperti kata Aira.

Aira mendengus malas. Baru hendak berbali ... "Dor!" ... Acha mengagetkannya sampai Aira reflek berteriak.

Acha tergelak.

"Anjing Lo!" Maki Aira.

"Manusia gue," balas Acha disela kekehannya.

Acha merangkul Aira. "Kenapa gak Lo ajak Iara gabung sama kita?"

"Harus banget Lo nanya gitu?" Aira merengut, melepaskan rangkulan Acha. "Pergi sana kalau kebelet bet temenan sama dia!"

Ares sudah berhasil Iara rebut.

Apa sekarang Acha juga.

Acha tersenyum lebar. Dia hanya bercanda. Mau se-asik apapun Iara nantinya, atau sepopuler apapun dia. Tetap saja sahabat Acha itu Aira. Sahabat bolos, sahabat gila, sahabat player nya. Khaira Adeswa.

See you next part~♥️
ListaChoco^^

My Twins Girl (End)Where stories live. Discover now