Seketika tubuh violyn membeku, tubuhnya mulai melemas dan pisau yang ia pegang terjatuh begitu saja.

Kevanno membalikkan tubuh Violyn agar menghadap dirinya. Matanya menatap tajam luka sayatan pada leher Violyn.

Violyn menatap manik hitam pekat itu. Ia sedikit terpesona saat melihatnya. Ingat, hanya sedikit! SEDIKIT!

Tanpa aba-aba kevanno menarik tengkuk Violyn dan,

Cup

Seakan tersengat listrik, Violyn dapat merasakan benda kenyal itu sudah menempel di lehernya yang terdapat sayatan itu.

"Om.. Stop it!.. Ssh.. Om"

Seakan tuli Kevanno bahkan sedikit menyesap Leher jenjang itu dengan rakus.

Violyn berusaha menghentikan Kevanno. Ia memukul dada pria itu berulang kali, sampai akhirnya Kevanno melepaskan pungutan itu.

Sebuah senyum miring terbit di wajah tampan itu, ibu jarinya mengusap ujung bibirnya yang terdapat darah Violyn tadi.

"Manis" Ucap Kevanno Tersenyum miring.

Sementara Violyn masih diam di tempatnya. Gadis itu menunduk menatap aspal yang menjadi tempat pijakannya.

Kevanno mengerut bingung melihat Violyn yang hanya diam saja. Pria itu mencoba mendekatkan wajahnya dan,

PLAAK

Sebuah tamparan menyambut pipi kevano secara tiba-tiba. Pipinya kini terasa panas dan sedikit perih.

"Kamu nampar saya?" Kevanno menatap Gadis di depannya dingin.

Bukannya takut, Violyn balik menatap tajam pria di depannya. "Bastard! "

Kevanno terkekeh kecil melihat keberanian Violyn. Keberanian gadis itu patut diacungi jempol, Karena biasanya tidak ada yang berani menatapnya seperti itu apalagi menamparnya.

"Kita pulang" Kevanno menarik tangan mungil itu ke mobil dengan lembut.

"Aku gak mau pulang sama om!" Datar Violyn tak mengikuti tarikan Kevanno.

"Kamu tanggung jawab saya Violyn!"

" Terserah! aku tetep gak mau pulang!" Kekeh Violyn Menatap tajam kevanno.

Senyum miring muncul di wajah tampan itu, "Kamu yang memaksa saya Violyn, jangan salahkan saya!"

Tiba-tiba Kevanno mengangkat Violyn ala karung beras yang membuat gadis itu melotot kaget dan spontan berteriak.

"AAAAA...TURUNIN..OM...ANJING!! TURUNIN... OM...sialan!!" umpatan demi umpatan violyn keluarkan dari bibir sucinya.

Tak mengindahkan teriakan Violyn, Kevanno tetap berjalan membawa violyn ke mobil.

"Diam violyn!" tekan Kevanno dengan sedikit memukul gemas bokong gadis itu.

Seketika Violyn menutup mulutnya rapat-rapat. Takut jika Kevanno mekakukan hal lebih padanya.

"Mami..papi..Kalian salah milih orang buat nitipin akuuuu..huwaaa" Batin Violyn menangis.

Setelah memasukkan Violyn ke dalam mobil. Kevanno pun masuk ke tempat kemudi. sebelum menjalankan Mobilnya ia lebih dulu menghubungi Orang suruhannya untuk mengurus para bajingan yang menyerangnya tiba-tiba. Barulah kemudian ia menjalankan Mobilnya.

Di tempat duduknya Violyn hanya diam menatap ke jendela mobil. wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi, namun sedetik kemudian ekspresinya berubah merengut.

"Dasar om-om ngeselin! nyari kesempatan dalam kesempitan! Lagian kenapa mami sama papi nyuruh gue tinggal sama nih om-om sih?! Kayak gak ada yang lain aja?! Gak takut apa anaknya diapa-apain?! Belum juga genap sehari, udah ternodai aja leher gue! besok apalagi?! Bisa gila gue lama-lama!"

" Hoaaam..." Violyn menguap mulai merasakan kantuk. Tanpa peduli apapun ia menutup matanya an menyenderkan kepalanya ke jendela mobil.

Hal itu membuat Kevanno tersenyum. Pria itu menggelengkan kepalanya melihat segala tingkah Violyn tadi. Mulai dari menghajar orang tadi, menampar dirinya, menatap tajam dirinya, bahkan mengumpatinya dengan segala umpatan.

Tidak butuh waktu lama, Akhirnya mereka sampai di apartement Kevanno. Pria itu menyuruh orang suruhannya untuk membawa belanjaan mereka sementara dia menggendong Violyn yang sudah tertidur pulas.

Kevanno yang melepas selt bet Violyn menegang saat merasakan sebuah benda kenyal dan lembut menempel di pipinya.

Dilihatnya ternyata Violyn sedikit menggeliat dan mengubah posisinya, sehingga kepala yang tadi bersender ke jendela mobil kini menghadap ke kanan.

Setelah Violyn kembali pulas ia pun mengangkat gadis itu perlahan-lahan agar tak membangunkannya.

Kevanno masuk ke apartemennya dan langsung menuju kamarnya. ia meletakkan Violyn di atas kasur itu dengan hati-hati. Kemudian memanggil seorang pelayan wanita untuk menggantikan pakaian Violyn dengan piyama agar gadis itu nyaman.

Sembari menunggu pelayan itu mengganti pakaian Violyn, Kevanno pergi menuju kamar mandi yang berada di dekat dapur. Ia membasuh wajahnya di wastafel beberapa kali lalu menatap cermin.

Ia mengusap wajahnya kasar dan berdecak. "Sial Apa yang aku lakukan?" pikirannya melayang saat dimana ia mencium leher Violyn bahkan menyesapnya sedikit.

" Ada apa dengan perasaan ku?"

Namun sedetik kemudian sebuah senyum tipis terbit di bibirnya saat mengingat bagaimana bibir violyn menempel pada pipinya.

"Maafkan aku Vian Sepertinya aku tertarik pada putrimu" Seringaian muncul diwajah tampan itu.

~0~

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA

My Roomate is Duda √ [END] [TERBIT]Where stories live. Discover now