Bab 37

4.4K 348 51
                                    

Matahari pagi yang mulai menyinari setiap sudut bumi menandakan bahwa hari ini akan terang tanpa hujan dan mendung. Dan rumah yang selalu ramai dan riuh dengan celotehan Bhumi menjadi awal yang baik bagi dua manusia dewasa itu memulai harinya.

Meski berisik, tapi tidak menjadi gangguan. Nyanyian dan pertanyaan polos Bhumi tak pernah jadi masalah bagi mereka.

“Diam-diam melayap, datang seekol nyamuk. Hap, lalu ditangkap, dipukul, dan mati” Salma tertawa mendengar lirik tambahan yang dinyanyikan Bhumi. Tangan lentiknya menaruh segelas susu di hadapan anak yang masih bernyanyi dengan lirik tak tentu arah. Sesekali nadanya bahkan keluar dari tempo dengan lirik lagu yang kadang mengada-ada. Lirik lagunya mengikuti imajinasinya.

“Bhum, susunya boleh diminum dulu gak?” Salma memberi kode pada Bhumi yang langsung dituruti dengan patuh. Anak itu berucap terima kasih sebelum meneguk susunya.

“Kamu juga harus minum susunya” Salma menatap kesal pada Rony yang meniru gaya bicaranya pada Bhumi.  Rony menaruh susu rasa hamil rasa coklat itu di hadapan Salma.

“Gak boleh nolak, nanti Bhumi niru loh” alasan itu selalu menjadi senjata Rony ketika Salma menolak meminum susunya. Rasanya meminum susu hamil itu membuat lambungnya bergejolak karena eneg dengan rasanya.

“Aku rasa jadi mual deh kalau minum yang rasa coklat”

“Oke kalau begitu ganti dengan rasa vanila ini” Rony berjalan ke arah dapur dan mengambil segelas susu lainnya untuk Salma.

“Gak suka bau vanila”

“Oke gak papa, masih ada rasa strawbery” Rony sekali lagi mengambil satu gelas susu rasa strawbery untuk Salma.

Kini tiga gelas susu sudah berjejer rapi di hadapan Salma dengan berbagai macam rasa. Salma tidak tahu sejak kapan Rony menyetok banyak susu dengan berbagai varian rasa.

“Kok ada terus sih?”

“oh tentu, aku sudah mengoleksi semua rasa susunya biar kamu tidak punya alasan lagi untuk menolak minum” Rony terlalu pintar mengantisipasi segala macam tingkah konyol Salma. Senyum Rony sudah menyiratkan kemenangan ketika Salma menatapnya tak percaya.

“Boleh diminum sekarang?” Rony menungguinya dengan sedikit nada perintah sambil menunduk bertopang dagu di hadapannya. 

“Aku lagi gak mau minum susu”

“Susunya halus diminum kak Sal, bial sehat dan kuat kayak Bhumi” suara Bhumi menyela perdebatan kecil mereka.

“Nah tuh anaknya pinter mengingatkan.” Salma tak punya koalisi untuk menolak perintah Rony. Dia bukan tak suka susunya, tapi entah kenapa sejak hamil aroma susu menjadi tak bersahabat dengan tenggorokannya.

“Terima kasih Bhum, sudah menasehati kak Salmanya”

“Sama-sama Pah, it’s okey jangan sungkan” jawaban Bhumi yang sok dewasa memicu decihan Salma, matanya kemudian beralih pada Rony dengan tatapan memelas untuk meminta dikasihani.

“Jadi aku harus minum nih?”

“Tentu saja, kamu tinggal pilih mau rasa apa sisanya biar aku yang habiskan”

Terdengar hembusan nafas panjang Salma. Tangannya meraih satu gelas susu rasa strawbery untuk dihabiskan. Rony mengelus pucuk kepalanya ketika susu itu telah berpindah ke dalam lambung Salma.

“Bagus, istri pinter” Kini giliran Rony yang meneguk dua gelas susu rasa coklat dan vanila yang tidak menjadi pilihan Salma. Dua gelas susu hangat itu sepertinya akan cukup sebagai pengganti sarapan yang sangat mengenyangkan perutnya.

STORGE - PRAGMA LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang