Cerita 16

15.2K 746 102
                                    

Di sepanjang perjalanan menuju Bandara  tak sepatah kata keluar dari bibir mungil Salma dan Rony pun tak ingin mengganggu, pria itu hanya mengamati wajah ayu yang berubah kalem.

"Apa kita harus menunggumu sadar dari lamunan dulu sebelum turun!" Salma menoleh kiri dan kanan ketika suara Rony memecah pikirannya, mereka sudah tiba di bandara. Tapi bukannya menjawab, Salma hanya mengikuti Rony dengan patuh turun dari mobil. Bahkan di pesawat dia setia dengan kediamannya hanya senyum dan anggukan kepala yang menjadi jawaban setiap kali Rony bertanya.

Salma menyandarkan kepalanya di bahu Rony begitu tiba di bandara, kepalanya agak pusing setelah menempuh perjalanan darat dan udara. Dengan cekatan tangan Rony membuka tutup botol air mineral di tangannya dan menyerahkannya pada Salma agar perempuan itu meminumnya.

"Sekarang kita kemana?" Katanya begitu usai meneguk air di tangannya. Dia memang dari tadi berpikir akan tinggal dimana mereka setelah ini.

"Kemana apanya?"

"Kita tinggal dimana kak? Di kostku nggak mungkin kan?" Salma melengok ke depan wajah Rony yang sibuk membenahi tas di hadapannya, entah apa yang sedang dirogohnya dari dalam tas itu. Rony mengernyitkan alisnya melihat wajah Salma  di depannya sambil menaik turunkan alisnya pertanda gadis itu butuh jawaban.

"Di bengkel juga gak bisa karena kata Dandi studio lagi di sewa anak-anak dan biasanya sampai larut malam" 

"Jangan bilang kakak belum ada ide kita akan kemana" Tarikan nafas Salma  sambil menggembungkan pipinya membuat Rony menunggu ide bodoh apa yang akan terlontar dari bibir perempuan yang sudah menjadi istrinya itu.

"Jangan bilang setelah nikah kita akan menggembel di depan toko orang" keluhnya dengan wajah lucu.

"Ah...atau gini aja kak, kakak balik ke bengkel aku balik ke kost saja" benar saja ada satu ide yang muncul dari kepala Salma tapi tentu saja akan ditolak Rony. Dengan pelan dia menyentil hidung bangir Salma pelan, sehingga sang istri mengusap hidungnya dengan wajah cemberut.

"Ngapain kita menikah kalau ujung-ujungnya harus tinggal terpisah juga"

"Yah...terus gimana?"

"Kita ke hotel aja untuk malam ini?" Salma menggeleng.

"Sayang duitnya bayar mahal cuma buat semalam..." Protesnya.

"Ya udah sementara kita ke kost kamu dulu, besok baru aku pikirkan kita pindah kemana"

"Mana bisa gitu kak"

"Bisa" jawab Rony santai.

"Kak disana itu tidak ada laki-laki dan perempuan yang tinggal satu kamar" protes Salma yang tak dihiraukan Rony, pria itu malah mengemas semua tas untuk diangkatnya saat sebuah taksi berhenti di hadapan mereka.

"Kenapa tidak, kita suami istri sah secara agama dan hukum, lagi pula disana ada Yono kan? Dia pria kok bisa sekamar dengan Vania?"

"Dia beda kak..."

"Beda apanya? Dia masih tetap laki-laki..."

"Tapi..."

"Sekarang pilihan di tanganmu, sementara kita tinggal di kostmu atau kita akan benar-benar tidur menggembel di depan toko orang seperti katamu tadi" seperti biasa Salma takkan pernah bisa menang melawan perdebatan dengan Rony, perempuan itu hanya menatap Rony dengan tatapan permusuhan  karena kalah didebat. Matanya memicing sementara Rony menganggukkan kepalanya pada Salma sambil membuka pintu taksi untuk memberi kode pada Salma untuk masuk ke dalam taksi.

*****************
Sampai di depan kost Salma, pria itu segera membukakan pintu tapi sang perempuan yang sejak dari perjalanan sudah dalam mode diam itu tak menghiraukannya dan hanya diam di dalam kursi penumpang. Rony beralih mengeluarkan uang dari kantongnya dan menyerahkan pada supir taksi.

STORGE - PRAGMA LOVENơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ