Cerita 19 - Punishmen

15.3K 793 145
                                    

Rony membuka pintu mobilnya begitu mereka sampai di depan rumah, Rony turun lebih dulu dan berputar untuk membukakan pintu untuk Salma.

"Ayo turun..." Rony mengangsurkan tangannya pada Salma yang duduk mematung di dalam mobil, matanya menatap lurus ke depan.

"Salma Salsabil, turun..."

Suara tegas dan panggilan Rony untuk kesekian kali dengan pintu mobil yang terbuka lebar untuk memberi ruang pada sang empunya nama yang belum bergerak sama sekali dari tempatnya duduk. Mereka tiba di rumah dengan Salma yang beraksi mogok bicara dan mogok gerak sejak dalam perjalanan pulang tadi.

Merasa Salma akan setia dengan sikap membangkangnya, Rony memilih kembali menggendong istri keras kepalanya itu sekalipun dengan rontaan persis seperti di mall tadi, tapi jangan sebut Rony jika membiarkan Salma menang kali ini, di mall saja dia nekat apalagi jika sudah berada di rumah.

"Aku sudah memberimu peringatan untuk turun sendiri, jadi jangan membuatku mengulangi setiap ucapanku jika kamu tak ingin dipaksa ..." Ucap Rony menurunkan Salma di teras rumahnya.

"Sal, ayolah...berhenti marah-marah" Rony merendahkan suaranya dan itu tak membuat Salma bergeming, perempuan itu malah berdecih sebelum menabrak tubuh Rony untuk melangkah lebih dulu mendahului Rony. Perempuan itu lalu mencari kunci rumah di tasnya, tapi karena disertai emosi kunci itu tak kunjung dia temukan.

Rony menarik nafas panjang...

Pria itu kemudian menggantikan tangan Salma untuk mencari kunci rumah di tas Salma walaupun tangannya beberapa kali ditepis.

"Nih, makanya jangan emosi Sal..." Rony mengayunkan kunci di depan wajah Salma yang tak merespon dan membiarkan Rony yang membuka pintu rumah untuk mereka, Salma tak bicara sepatah katapun dia langsung masuk tanpa peduli Rony.

"Salma kita perlu bicara..." Tak ada jawaban hanya hentakan kaki yang ditunjukkannya.

"Salma..." Panggilan sekali lagi membuat Salma menghentikan langkahnya dan menoleh
pada Rony yang sudah mengunci pintu.

"N-G-G-A-K-M-A-U" Jawab Salma dengan suara ditekankan.

"Salma, ayolah sayang...apa kamu tidak merasa punya salah dan harus minta maaf?"

"Nggak..." Rony menarik nafas melihat tingkah Salma yang sedikit menjengkelkan.

"Apa kamu mau kita berantem?"

"Tidak..."

"Kalau begitu minta maaflah atau kamu akan mendapatkan hukumanmu..."  mata Salma nyalang dengan kalimat hukuman, seolah dia adalah tersangka yang patut diberi hukuman atas perbuatan yang menurutnya tak salah. Karena itu dia  mengambil ancang-ancang buat kabur ke kamar, namun usahanya berbuah petaka saat Salma baru saja melangkah untuk lari, kakinya malah kesandung karpet dan berujung tubuhnya jatuh ke lantai.

"Balasan pertama dari Tuhan untuk istri yang sangat pembangkang" Rony berjongkok di hadapan Salma tanpa berniat membantu sama sekali, Salma  sebenarnya sudah ingin menangis karena sakit pada lutut dan dan dadanya yang membentur lantai, tapi gengsi jika harus menangis jadi dia hanya diam dengan tatapan bengis pada Rony.

"Ayo bangun..." Menepis tangan Rony yang akan membantunya bangun, bibirnya sudah cemberut dan muka yang sangat masam.

"Sekarang mau jalan sendiri ke kamar atau aku gendong lagi..." Tangan Rony terulur pada Salma, ia berniat menggandeng tangan istrinya itu walaupun sebenarnya dia sudah dibuat kesal dari tadi. Salma si keras kepala, bukannya menyambut tangan Rony malah menepisnya kasar dan bangkit sendiri untuk masuk ke kamar.

Pintu kamar dibanting dengan sangat keras hingga bunyi nyaring hampir memenuhi seluruh sudut rumah, Rony hanya menggeleng melihat tingkah kekanakan Salma.

STORGE - PRAGMA LOVEWhere stories live. Discover now