Bab 41

4.5K 438 38
                                    

"Sepenuh jiwa, kebahagiaan itu terangkai dari bahasa-bahasa sederhana nan menyejukkan hati"

Perjalanan waktu terlewati dengan begitu cepatnya. Laju siang dan malam terus menggerogoti bumi dengan sangat intens hingga tak satupun yang bisa menghalau perputaran hari.

Tidak ada hari begitu berat ataupun begitu ringan berlalu. Semua berlalu sesuai ketetapannya, naik-turunnya tergantung siapa yang sedang menjalani.

Beberapa bulan berlalu...

Kehamilan Salma memasuki usia 34 Minggu, masa-masa yang mendekati hari persalinan tiba. Waktu yang sudah lama ditunggu Rony dan Salma, dimana mereka akan segera bertemu bayi kecil yang selama beberapa bulan terakhir hidup dalam diri Salma.

Selama masa kehamilan ini, Rony benar-benar menjadi suami yang sangat siaga. Tekanan darah Salma yang semula dicurigai dapat memberi efek yang cukup berbahaya kini berangsur membaik, bahkan selama dalam pengawasan Rony tekanan darah Salma cukup stabil. Walau demikian kehamilan Salma tak benar-benar mulus, bengkak pada tungkai bawahnya tak pernah hilang seutuhnya kadang dalam beberapa waktu kaki Salma kembali membengkak saat Salma melakukan banyak hal. Seperti saat duduk atau berdiri terlalu lama.

Beruntung Rony sudah tahu dan paham cara mengatasi hal itu, makanan yang tersaji dalam rumahnya pun kini mengikuti diet Salma dari dokter kandungannya. Hidangan mereka selalu terasa hambar di lidah tapi dijalani mereka selalu dengan tawa dan canda setiap kali di meja makan.

"Makanan asin kak Salma lebih enak dari ini" komentar Bhumi setiap kali lidah mereka bersentuhan dengan makanan.

Lambat laun Bhumi si anak baik itu malah terbiasa dengan makanan hambar di rumah mereka, walaupun dalam beberapa kali kesempatan masih melayangkan protes. Bahkan sampai hari ini Bhumi ikut menjadi penjaga setiap makanan yang akan dimakan oleh Salma, dia selalu menggelengkan kepalanya pada Salma saat perempuan itu kedapatan ingin mencuri kesempatan mencicipi makanan-makanan yang tinggi garam.

Seperti malam ini.

Salma sedang duduk di kasur sambil bersandar di kepala ranjang dan sesekali tertidur dalam duduknya. Salma sudah sulit tidur lelap di malam hari karena kontraksi palsu yang selalu menyerangnya, kadangkala dia harus terduduk seperti sekarang karena merasa sesak saat tidur di kasur. Rony sendiri ikut duduk dan menjadikan bahunya sebagai sandaran Salma saat mata istrinya terpejam karena tak kuat menahan kantuk. Satu tangan Rony menyanggah dagu Salma agar lebih nyaman.

Bhumi bahkan ikut terbangun dan duduk menunggui Salma yang sulit tidur. Mata anak itu awas menjaga setiap gerakan Salma, tangan kecilnya bahkan dengan sangat telaten menepuk-nepuk paha Salma. Bhumi selalu terjaga setiap kali ada gerakan dari kasur. Beberapa kali Bhumi tak sanggup menahan kantuk dan menunduk pada perut Salma karena matanya tak bisa lagi membuka.

"Kak, Bhumi..." Rony menaruh jari telunjuknya di bibir saat Salma memberi kode bahwa anak itu telah tertidur.

Perlahan Rony mengangkat tubuh kecil Bhumi untuk dibaringkan di atas kasur di sebelah Salma. Rony memindahkannya dengan sangat hati-hati agar tak mengusik tidur anak itu.

Salma menarik selimut kecil milik Bhumi untuk menutupi tubuh anak baiknya. Menatap sejenak wajah damai Bhumi dalam tidurnya, lalu mereka saling berpandangan dengan senyum paling lega.

"Kamu nggak mau tidur juga?"

"Mau, tapi si adek masih terus bergerak" Salma mengusap perutnya dan Rony segera menghampiri perut Salma dan menciumnya di beberapa tempat.

STORGE - PRAGMA LOVEWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu