Secret room

9 4 0
                                    

"Lalu, ruangan terakhir ini ruangan apa?" tanyaku pada Azrael yang sedang mengunci kamar yang pernah ditempati oleh Helena beberapa tahun lalu.

Selesai dengan pintu, Azrael segera menoleh. Bergontai ke arahku dan ikut berdiri di depan pintu ruangan terakhir. "Ruangan rahasia. Hanya keluarga raja yang boleh masuk kedalam sini, kecuali beberapa orang yang memang dinasibkan berada disini," Azrael berbalik, lebih dulu melangkah meninggalkanku.

Sekilas aku menoleh pada pintu, dan setelahnya segera berlari menyusul Azrael. Sampai pada taman yang sebelumnya aku saksikan melalui jendela, aku dan juga Azrael menghenyakkan tubuh pada sebuah kursi putih yang mampu menampung 2 orang.

Tak ada satupun yang bersuara, hanya kicauan burung serta-merta bunyi air mancur yang menghambur menuju kolam. Netraku berkeliaran memindai sekeliling taman mencari sesosok Jester yang menarik perhatianku sejak pertama kali memandangnya.

Hilang. Tak ada lagi jembatan kecil menampung si lelaki tampan dengan rubahnya. Hanya beberapa daun yang jatuh yang menyinggahinya.

"Hei!"

Aku terperanjat. Sebuah tangan besar serta suara sumbang mengalun brutal pada gendang telinga. Aku Mengusap dada perlahan menetralkan detak jantung yang menggila. Sedangkan Azrael mendelik tajam ke arah si perusak suasana.

Aku menoleh, aku memicing mempertajam penglihatan serta ingatan. Laki-laki tampan ini, wajahnya begitu familiar. Rasanya aku pernah bertemu sebelumnya dengannya, tapi kapan? Setelah beberapa waktu, aku baru menyadari, segera aku terkekeh.

Namun, kekehanku segera pupus tatkala kaki besarnya berada di antara aku dan Azrael. Ia langkahkan kakinya mantap dan memaksa menyelipkan tubuhnya yang lumayan besar. Untuk sesaat kondisi sangat berdesakan, sampai pada Azrael menarik telinga lelaki tersebut, ia mengaduh. Kondisi tersebut sangat dimanfaatkan oleh Azrael, ia mengkode padaku untuk mendorong tubuh Alverd.

Aku mengangguk seraya tersenyum jahil. Sekuat tenaga aku mendorong tubuh Alverd, pada saat itu juga Azrael melepas pitingannya. Setelah Alverd tersungkur, dengan menggunakan kedua kaki kokohnya, ia sipak punggung kekar Alverd hingga lelaki malang itu berguling dan masuk ke dalam kolam.

"Jika kau masih berani untuk merusak suasana, maka akan ku rusak seluruh tubuh kau hingga berakhir dalam tanah," ejek Azrael seraya menampilkan senyum penuh kemenangan.

Sedangkan Alverd, kembali ia layangkan tatapan penuh akan api permusuhan seraya melangkah menuju istana. Azrael terkekeh geli tanpa dosa memperhatikan Alverd yang telah basah kuyup perlahan menghilang dibalik sebuah tembok.

"Apakah dia juga kakak atau adikmu?" tanyaku sudah tak sabaran.

Azrael mengangguk.Jika dilihat dari garis wajahnya, tak banyak kesamaan antara keduanya, bahkan mungkin tidak ada. Hanya sifat childish saja kesamaan yang dimiliki keduanya.

"Kemari," Azrael berdiri seraya menarik lenganku. "kau belum menemui seseorang yang penting disini," setelahnya membawaku melangkah bersisian.

Meski telah berkeliling beberapa waktu lalu, nyatanya aku masih terperangah serta menatap tidak percaya dengan desain interiornya yang amat klasik namun elegan.

"Hei, jangan terlalu kau perlihatkan kekolotan itu, aku malu melihatnya," sindir Azrael seraya menggoyangkan lenganku.

Aku mendelik malas. Lagipula apa salahnya, tidak akan ada orang lain yang melihat kekolotanku kecuali Azrael. Selain itu, jarang sekali aku berada disini, jadi apa salahnya jika aku terperangah melihat keindahan tempat ini.

Pintu coklat menjulang tinggi terbuka begitu lebarnya ketika aku dan Azrael berdiri di hadapannya. Aroma khas mint menyeruak mengisi seluruh rongga hidung, pernak-pernik yang melekat di dinding bercat putih berpadu amat sempurna. Pada satu titik, aku terfokus.

DIFFERENT[✓]Where stories live. Discover now