Vamousta country

18 6 0
                                    

Untuk kesekian kalinya dalam hari ini mulutku ternganga lebar. Bagaimana tidak, setelah aku mengetahui fakta jika jin itu adalah vampir dan mengetahui bentuk aslinya, aku tak sepenuhnya mempercayai nya. Sekarang mataku diterjang dengan pemandangan yang begitu mengerikan.

Setelah pagar hitam dengan bermotifkan tengkorak kepala domba  diatasnya, nerta-ku langsung menangkap penampakan istana yang begitu megah. Istana ini sangat sunyi, tidak ada penjaga yang berjaga di tempat ini. Tidak seperti di  istana-istana yang sering aku lihat di sebuah film. Sunyi senyap, tidak ada suara sedikitpun dari luar atau dalam istana. Bahkan, suara jangkrik atau burung hantu tidak pernah ditangkap oleh indra pendengaranku.

"Tempat apa ini?"

"Welcome to Vamousta country."

Azrael membungkuk seraya kedua tangannya mempersilahkan ku masuk. Setelah pintu kayu menjulang tinggi terbuka lebar, ruangan gelap yang hanya diberi penerangangan obor mengekspos kengerian membuat bulu kudukku berdiri.

Puluhan penjaga menyambut kedatangan kami dengan tatapan kosong dari iris merah pekat miliknya. Serta bau anyir darah langsung menusuk indra penciuman.

Aku bergidik ngeri, sepertinya aku harus meralat impianku hidup bersama vampir di istana yang kental dengan nuansa hitam dan anyir darah. Rasanya aku rada-rada tidak waras.

Baru beberapa menit berada di ruangan ini, rasanya aku ingin muntah menumpahkan semua yang ada di perutku. Bagaimana jika bertahun-tahun hidup disini dan mempunyai keturunan? Bisa-bisa aku akan menjadi lemah dan kurus kering. Hanya daging pembalut tulang saja yang tersisa.

"Ayo ke kamarku."

Tanpa menunggu persetujuanku, jin itu menggenggam tanganku dan merapalkan mantra singkat. Sedetik kemudian tubuh kami menghilang terbawa angin. Seketika kami berada di ruangan yang begitu luas dan terang. Tak seperti di ruangan lainnya. Aku bisa memastikan jika ruangan ini adalah kamar milik Azrael. Dilihat dari desain interior yang menurutku terlalu kekanak-kanakan, lukisan aneh berderet tak rapi di dinding kamar. Tak memberi sedikitpun celah ruang kosong di dindingnya, jika ada lobang sebesar biji ketumbar, akan ditambal dengan manik-manik yang berkilauan.

Childish.

"Ruangan buruk macam apa ini?"

Jin pemilik surai perak dan ber-iris ke-abuan menatapku tajam. Meski dia menatapku seakan-akan bersiap untuk mencincang ku dan melemparnya ke kandang buaya, ketampannya tak bisa terelakkan. Jubah putih dengan penutup kepala, rambut perak, iris ke-abuan, rahang tegas nan tajam, serta bibir seksi melelehkan besi yang mengunci erat hatiku.

"Ini kamarku. Kau tunggu disini sebentar, aku mempunyai urusan penting."

"Aku fikir jin pemalas seperti kau tak mempunyai sesuatu yang penting." Aku menatapnya remeh. Seru sekali mengusili jin baperan sepertinya. Meski jin itu marah, ia tak bisa menyakitiku karena tak ingin tempat tinggalnya di bumi hilang dan tidak ada lagi manusia yang memberinya makan. Jadi, aku bisa dengan seenaknya mengusilinya, itung-itung menghibur diriku yang akhir-akhir ini sedikit stres diterjang kenyataan.

Jin itu kembali merapalkan mantra singkat dan menghilang dari hadapanku. Entah kemana perginya aku tidak peduli.

Aku berkeliling menyusuri setiap inci ruangan yang sangat luas tapi terasa begitu sempit karena banyak sekali pernak-pernik khas bocah terpampang di ruangan Azrael si vampir bangkotan childish.

Alisku terangkat sebelah tatkala nerta-ku menatap salah satu lukisan yang menggambarkan seorang wanita cantik menyilangkan kaki jenjangnya di atas meja dan lelaki berdiri di sebelahnya tersenyum hangat.

DIFFERENT[✓]Where stories live. Discover now