TIGA PULUH

131 9 0
                                    

Bismillah
Happy reading 📝
    •
    •
    •
Typo bertebaran

"Rev? Kok ada disini, Kapan dateng nak?"  Tanya Ana sambil menatap teman anaknya bingung.

Perasaan tadi malam hanya ada Gege, Momo,dan Voka saja yang datang. Kalau Rev datang pagi tidak mungkin.

"I-itu Rev baru aja dateng Bun" bukan Rev yang menjawab melainkan Audy.

Ana menaikkan satu alisnya, "kok Bunda ngga---"  ucapan Ana terputus ketika mendengar rengekan seseorang.

"Sayang, pakein dasinya~" Sudy datang dengan penampilan acak-acakan. Rambut basah belum dikeringkan, kemeja biru yang hanya sebagian di kancing, dan masih memakai handuk.

Ana berdecak, "kamu ini udah tua masih aja kaya bayi. Mana dasinya?!" Tanya Ana sambil mengulurkan tangannya.

Sudy menggaruk dagunya, berfikir. "Ah, ada dikamar" jawabnya pelan.

"Kamu gimana si, yaudah ayo ke kamar!" Ana menghela nafasnya kasar, lalu mengerutuk sepanjang jalan menuju kamarnya.

Bagaimana bisa dia mempunyai suami seperti ini, Ck. Untung sifatnya itu tidak menurun ke anaknya.

Hufff.

Audy bernafas lega, dia menarik Rev untuk duduk disebelahnya. Audy mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi dan lauk.

"Nih makan" ucap Audy ke Rev.

"Banyak banget?" Tanya Rev ketika melihat porsi makanan di piringnya sangat banyak.

"Berdua" jawab Audy sambil mengambil satu sendok dan memberikannya ke Rev.

Cowok itu menaikkan alisnya bingung, "kok cuman satu sendok? Katanya berdua" tanya Rev, masalahnya setelah memberikan sendok, Audy diam sambil membuka mulutnya.

"Berdua, satu sendok aja, kasian Bi Ina kalo kebanyakan sendok kotor" Audy berusaha memberi alasan.

Rev memicingkan matanya curiga.

"Yaudah" Rev langsung menyendok kan makanan didepannya lalu disuapkan ke mulut Audy.

Sedangkan didepan mereka terdapat tiga orang gadis menatap kearah mereka cengo. Gege menyemburkan nasinya, Voka keselek ludah sendiri, dan Momo yang hanya bisa pasrah ketika mukanya penuh nasi yang disemburkan oleh Gege.

"Sialan si Gege!"

"Bau jigong, huek" lanjut Momo berucap. Dia mengusapkan mukanya ke baju Voka membuat gadis itu menatapnya tidak suka.

"Baju gue jadi kotor, woi!"

"Maap, maap, Gege anak sapi! Kalo nyembur liat-liat dong!"

Gege menengok sambil menyengir bodoh. "Maap ye, abisnya gue kaget banget liat Audy begitu" ucap Gege sambil menunjuk Audy yang sekarang sedang menyenderkan kepalanya dipundak Rev sambil memainkan ujung lengan baju cowok itu.

"Audy kayaknya udah jadi buntol" bisik momo.

Voka dan Gege mengangguk serempak, "kayanya dia kesurupan deh" ucap Gege menimpali.

Voka berfikir sebentar, "Gue punya kenalan ustad nih, apa perlu gue panggil buat ruqyah si Audy?" Tanya Voka sambil mencari kontak ustad yang dia maksud di ponselnya.

"Panggil dah, gue takut dia kenapa-napa"

Voka mengangguk.

Drrrt! Drrrt!
•••
Ternyata Voka benar-benar memanggil seorang ustad. Sekarang didepan mereka berlima terdapat seorang pria dengan baju putih Koko, sarung hijau kotak-kotak, dan peci hitam yang dipakai dikepalanya.

Revan Transmigrasi (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang