I'm Sure, I'm Strong

11K 530 8
                                    



hai hai jumpa lagi :D aku jelasin dulu ya biar ga pada bingung.

Jadi part setelah Tears itu flashbackan mereka sampai part sebelum ini. Nah di part ini kembali ke masa sekarang. Oke ready to read?

ps : aku saranin baca part ini sambil dengerin lagu Last child-Tak Pernah Ternilai. Semoga dapet feelnya^^

----------------------*********--------------------


"Sudah didapatkan, nona"

"Baiklah, kirimkan saja lewat pesan.

Klik.

Sambungan telepon terputus. Gadis itu mengambil bingkai foto yang terpasang manis di mejanya. Menatap wajah yang sedang tersenyum hangat dengan perasaan bahagia.

"Akhirnya aku bisa ketemu kamu lagi" ucapnya dengan air mata yang menetes perlahan. Namun ia segera menghapusnya begitu mendengar suara ketukan di pintu.

Tiba-tiba saja pintu terbuka dan memperlihatkan seorang wanita cantik dengan kacamata hitam yang membingkai manis wajahnya. Deeva langsung berdiri dan berjalan cepat kearah wanita tersebut, memeluknya erat dan langsung menumpahkan tangis yang tadi sempat mereda.

"Aku udah tau dia dimana" ucapnya sambil terisak.

Wanita yang dipeluknya pun mengusap punggung sahabatnya itu.

"Yes, you will meet him" lalu menatap wajah Deeva yang kini telah basah karena air mata. Menatap mata yang dulu selalu bersinar namun kini meredup ketika dia memutuskan untuk pergi. Sampai saat ini pun ia belum mengetahui keberadaan kakaknya itu. Ya, wanita ini adalah adik dari Jovan. Dia tau betul hati kakaknya sangatlah sensitif, sekali tergores maka fatal akibatnya. Namun kali ini yang terparah.

Karena kakaknya memilih mengasingkan diri entah dimana demi mengobati sakit hatinya seorang diri. Dia juga sudah mengetahui semua masalah yang dialami kakak dan calon kakak iparnya dengan sangat detail.

Beruntunglah ia mengenal Deeva sejak bertemu pertama kali di bandara setahun lalu. Sejak pertama kali bertemu pun ia sudah jatuh hati pada Deeva, dia cantik, baik, penuh perhatian, dan slalu menatap Jovan dengan penuh cinta.

"Make up kamu luntur tuh" Deeva langsung mencubit pinggang Retta yang membuat gadis itu meringis. "Nah, gitu dong senyum. Aku laper nih, makan yuk" ajak Retta. Deeva mengangguk setelah merapikan make up di wajahnya yang sedikit berantakan.

-----------------**********----------------


♡Deeva♡

"Gimana kamu sama Maul? Masih kan?" tanyaku pada Retta, dia menatapku dengan pandangan masam. Jangan bilang.....

"Aku....aku" katanya tergagap lalu menunduk. Seketika rasa khawatir menyerangku, segera kupeluk tubuhnya. Membisikkan kata-kata yang mampu menenangkannya. Karena berdasarkan curhatan Retta akhir-akhir ini, dia dan kekasihnya lebih banyak bertengkar. Dan aku tidak mau kalau sahabat dan calon adik iparku ini mengalami hal yang sama denganku, karena rasanya sangat menyakitkan.

Beberapa detik kemudian, kurasakan tubuhnya bergetar. Tetapi tidak ada isakan tangis, aku yang heran kemudian menundukkan wajahku untuk melihatnya. Ia mendongak dengan senyum lebarnya sambil merentangkan kelima jari kirinya.

"I'm enganged now" dan saat itu juga kulihat cincin bermata berlian melingkar manis di jari manisnya. Aku yang terkejut lalu kembali ke meja sambil menahan senyum. Retta menatapku dengan dahi mengkerut. "Hey, apa kamu ga ikutan seneng?" tanyanya sambil memanyunkan bibirnya.

1. Nothing (im)possibleWhere stories live. Discover now