Dia itu.....

10.1K 467 5
                                    



Jovan berkali-kali mengehela nafas panjang sambil meremas kasar rambutnya. Perasaan kecewa memenuhi rongga dadanya. Ingatan tentang kejadian tempo hari masih melekat di pikirannya.

Dampaknya buruk, sangat buruk bahkan. Ia seringkali tidak fokus saat menghadiri rapat direksi, akhirnya ia memerintahkan asistennya untuk menghandle pekerjaannya. Sementara ia kini berada di villa daerah puncak, tanpa Deeva tentunya. Dia ingin sejenak melepaskan kepenatan pikiran dan juga hatinya. Ponselnya berdering, pertanda ada panggilan masuk.

Lovely Deeva's calling...

Jovan sangat ingin mengangkatnya, ia rindu suara wanitanya itu. Namun, ego-nya sangat tinggi hingga ia hanya menatap layar ponsel tersebut.

Dia tau bahwa ini berlebihan, namun itulah Jovan. Tidak bisa dilukai hatinya sedikitpun. Padahal selama hidupnya, hanya Deeva lah wanita yang bisa ia cintai. Deeva juga yang pertama membuatnya merasakan sebuah cinta, cinta pandangan pertama. Jovan pun meletakkan kembali ponselnya diatas meja dan berniat berjalan sebentar keluar villa. Ketika membuka pintu....

"Kamu?" pekik Jovan dengan mata melebar.

---------------************------------------


♡Deeva♡

Akhir-akhir ini aku merasa aneh dengan perilaku kak Jovan. Sepulang dari kencan tempo hari ia sedikit berubah. Aku tidak tahu apa penyebabnya. Ia juga susah untuk dihubungi. Ya, semua pesanku sampai kepadanya namun tidak satupun dibalas. Telfonku juga tidak pernah diangkat. Karena khawatir, akupun datang ke kantornya dan bertemu asistennya. Dan kabar tidak enak langsung menyergapku kala itu juga.

Asistennya bilang kak Jovan sedang pergi dan tidak ingin diganggu, termasuk aku. Akhirnya aku memaksanya untuk memberi tahu dimana tunanganku itu berada.

Dan disinilah aku, di depan sebuah villa yang ditempati kak Jovan. Pikiran buruk berkecamuk dihatiku. Takut-takut ia sedang bersama seorang wanita lain. Ah, Deeva, kak Jovan tidak mungkin seperti itu. Setelah mengumpulkan segenap keberanian, akhirnya aku mendekati pintu dan berniat mengetuknya.

Cklek

"Kamu?" pekiknya dengan ekspresi wajah terkejut. Akupun dibuat terkejut olehnya. Apa yang terjadi padanya selama ini? Wajahnya yang mulai ditumbuhi rambut-rambut halus dibagian atas bibir dan dagunya. Matanya tampak sayu. Tidak ingin berlama-lama, akupun memeluknya erat. Takut ia pergi lagi, takut ia menghilang lagi. Tanpa dirasa, air mataku menetes.

"Akhirnya aku bisa ketemu kamu" isakku. kak Jovan hanya diam, namun membalas pelukanku tidak kalah erat.

"Masuk, diluar dingin" ajaknya dan aku hanya bisa mengangguk.

Tidak ada yang memulai pembicaraan diantara kami. Aku yang sibuk menyesap coklat hangat yang dibuatkan kak Jovan, sementara ia asik membaca majalahnya.

"Ehm, kak" ia menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya. "Kita harus bicara" katakku lagi.

Ia pun melipat majalahnya dan duduk di sebelahku. Mengusap pelan rambutku dengan sayang. Mataku kembali memanas dan buliran air bening kembali mengalir keluar mataku.

"Ssshh, don't cry princess" ucapnya lembut sambil mengusap pipiku yang basah oleh air mata. "Aku minta maaf kalau menghindar dari kamu. Aku cuma ingin menenangkan hati dan pikiranku. Menunggu kekasihku untuk jujur, karena aku cukup dibuat kecewa olehnya" ucapnya yang seketika menamparku.

Kekasihnya? Kekasihnya hanya aku kan? Aku terdiam, ia pun terdiam. Maksudnya aku kan? Oh Ya Tuhan, apa yang sudah aku perbuat pada kak Jovan. Pikiranku bergerak liar, apa mungkin? Astaga!

"Kamu...kamu melihatnya?" tanyaku sambil menunduk, tidak berani menatap matanya.

"Menurutmu?" tangannya meraih daguku untuk menatap wajahnya. Dimatanya, jelas sekali terlihat kekecewaan.

"Dia tetangga lamaku, namanya Adelio Prasaja. Maaf waktu itu aku bohong ke kamu, aku....aku" ia kembali merengkuh tubuhku di pelukannya. Aku kembali terisak.

"Ya, aku ngerti. Sebelum kamu minta maaf juga sudah aku maafin" katanya sambil mengelus punggungku dan mengecup puncak kepalaku.

"Aku minta maaf, Kak. Maafin aku, aku nyesel. Gamau kamu ngejauh lagi" ucapku parau.

"Iya sayang, aku percaya sama kamu. Jangan ulangi ya" dia berkata dengan sangat lembut. Membuatku merasa wanita paling beruntung karena memiliki kekasih seperti kak Jovan.

"Makasih kak. Aku janji ga akan ulangi lagi. Love you" kemudian aku menangkup wajahnya, kuciumi seluruh bagian wajah kak Jovan sampai ia kegelian.

"Geli, sayang" kekehnya. Aku pun berdiri dan menarik tangan kak Jovan ke wastafel. Mengambil cream dan alat cukur.

"Sejak kapan kamu ga cukur?" tanyaku sambil mengoleskan cream ke daerah yang ditumbuhi rambut halus dibagian wajahnya. Kak Jovan hanya menggedikkan bahunya.

Setelah selesai, kuarahkan ia menatap cermin. "Kalau gini kan tambah ganteng, makin cinta" aku tersenyum bangga melihat hasil kerjaku di wajahnya. Ia tersenyum menyeringai, aku bergidik ngeri melihat senyuman itu.

Kurasakan tubuhku didorongnya ke tembok dan secepat kilat bibirnya menyambar bibirku. Tidak lama, karena ia langsung menjauhkan wajahnya dan mencium keningku lama.

"Makasih sayang" ucapnya dan mengecup bibirku sekali lagi.

---------------***********-----------------


"Sayang, sini deh" teriak Jovan, yang diteriaki pun segera menghampiri.

"Kenapa, kak?" tanya Deeva bingung. Karena saat ini ia melihat Jovan dengan setumpuk baju yang tidak jelas bentuknya karena posisinya bertumpukkan.

"Bantuin aku lipetin bajunya, aku capek. Banyak banget sih" pintanya sambil manyun-manyun. Deeva terkekeh geli melihatnya seperti anak kecil.

"Selesai" ucap Deeva sambil memasukkan baju terakhir ke dalam koper. Rencananya besok mereka akan kembali pulang ke Bandung. Dimana pekerjaan pasti sudah menanti.

Deeva melihat Jovan yang sudah tertidur di sofa dengan posisi duduk.

"Pasti pegal kalau tidurnya begitu" ucapnya pelan sambil membaringkan tubuh tegap Jovan.

Merasa tidurnya diganggu, Jovan membuka matanya. "Aih, aku ganggu ya kak? Pindah ke kamar gih, tidur disini kan pegal" kata Deeva pelan.

Jovan berdiri lalu mencium kening Deeva, sedetik kemudian ia menggendong Deeva menuju kamar. Tak dihiraukan berbagai protes dari Deeva.

Setelah membaringkan wanitanya diatas kasur, ia mengambil selimut dan menutupi tubuh Deeva sampai ke leher.

"Kamu tidur disini. Aku udah biasa tidur di sofa. Aku tidak menjamin kalau tidur bareng kamu bakalan aman" kata Jovan sambil mengusap pipi Deeva. Deeva hendak protes namun gagal karena kini bibirnya dibungkam oleh Jovan.

"Jangan menolak perintahku, oke? Good night and be nice dream, princess" kemudian dikecupnya sekali lagi kening Deeva.

kenapa sekarang dia jadi suka merintah? batin Deeva kemudian ia terlelap.

----------------------**********--------------------------


haihaihaiiiii maaf baru update lagi. Cuma mau kasih tau kalau diatas ada cast-nya si ganteng Jovan :3

Buat Deeva inshaAllah aku kasih dipart selanjutnya ^^


1. Nothing (im)possibleWhere stories live. Discover now