Unexpected

15.7K 671 10
                                    

Part ini khusus Deeva ƪ (^o^)ʃ

Keep Reading

-----------------********------------------


Kutatap punggungnya yang perlahan menjauh. Tanpa dia ketahui, senyum masih tersungging di bibirku. Rasa sakit di tanganku terkalahkan oleh kebahagiaan yang membuncah. Sebutlah ini berlebihan, tapi memang ini yang aku rasakan sekarang. Tatapan matanya, senyumannya, perhatiannya, kehangatan tangannya saat menjabat tanganku.

Tetapi satu hal yang membuatku ingin tertawa ialah saat dia berdiri dengan jelasnya disebelah tembok di depan kelasku. Mungkin tujuannya ingin mengintip kegiatanku. Apa dia tidak merasa kalau keberadaannya sangat terlihat?

"Heh senyam senyum sendiri. Kesambet baru tau rasa" kurasakan pukulan ringan di pundakku.

"Ganggu aja sih, Na" cibirku

"Yeee aneh kali ada cewek senyum senyum sendiri di depan kelas gini. Orang pada ngeliatin kamu dengan heran tau, Deev."

Yaampun. Aku sampe lupa kalau masih ada di depan kelas. Ini semua gara-gara kak Jovan.

Hehe

"Yeeee malah dilanjutin!" lalu matanya melihat tanganku "oh my God, kenapa ni tangan kamu sampe biru gini?"

"Kepentok tempat sampah tadi. Biasa, ada kakak kelas rese" kataku santai.

"Itu ada salep diolesin lah, Deev. Jangan dipegangin doang."

"Tau ga, Na, darimana aku dapet salep ini?"

"Dari uks kan?" tebaknya.

"Bukan. Ayo tebak lagiiiii" kataku gemas

"Beli ya?"

Aku menggeleng "Dari kak Jovan" bisikku. Dia mengangguk pelan.

Dih, cuma gitu responnya?

"Apa?" tanyanya bingung karena aku melihatnya dengan pandangan tidak suka. Aku kembali menggeleng.

"Aneh. Yuk ah masuk. Udah bel"

Aku pun menurutinya dan langsung berjalan menuju kursiku.

--------------***********------------

Mata pelajaran pun sudah berakhir. Ketika Bu Nina-guru kami- sudah keluar kelas, sebuah teriakan membuat aktivitas orang yang ada di kelas ini terhenti.

"Mana yang namanya Adeeva?" kulihat seorang laki-laki berdiri di bibir pintu. Aku tidak bisa melihat jelas wajahnya karena membelakangi sinar matahari. Sontak semua siswa menunjukkan jari telunjuknya kearahku tanpa sebuah suara sedikitpun. Lalu laki-laki itu berjalan menuju kursiku, aku yang bingung hanya terdiam di tempat.

"Hai. Pulang bareng gue?" aku mengerjapkan mata berulang kali melihat sosok di depanku. Tubuh tegap dan tingginya mengeluarkan aroma yang harum dapat tercium karena posisi kami yang berdekatan saat ini. Wajahnya terlihat menahan tawa. Aku langsung tersadar saat itu juga.

"Eng..... tapi kak.." belum aku sempat menjawab, dia sudah membereskan buku-buku yang ada di mejaku dan menaruhnya di tas, lalu menggandeng tanganku begitu saja sambil menyeretku keluar kelas. Kulihat Ana yang sedang senyum menatapku dengan acungan kedua jempolnya. Bisa kurasakan tatapan bingung dari teman sekelasku.

Ketika di dalam mobil -aku pun tidak sadar bahwa sekarang kami sudah berada di dalam mobil- aku langsung meringis ketika ada rasa nyeri di tanganku.

"Oh ya ampun. Aku ga ingat kalo tangan kamu memar. Maaf ya." katanya sambil memegang pergelangan tanganku dengan wajah paniknya. Seketika darahku berdesir karena sentuhannya ini. Merasa tidak ada respon dariku, ia lalu menoleh menatapku yang kini sedang memandangi ketampanannya.

1. Nothing (im)possibleWhere stories live. Discover now