Who's Him?

10.3K 468 1
                                    



haiiiiii maaf baru muncul nih baru dapet waktu buat nulis wkwkkwk

Oke yuk kita lanjoooottttttttt =))

------------------**********-----------------


♡Jovan♡

Kulirik wanita yang duduk disampingku sambil tersenyum. Ia tampak serius memperhatikan layar besar di depan kami sambil sesekali memakan popcorn-nya.

Ya, saat ini kami sedang menonton bioskop. Aneh, biasanya wanita akan takut dan berteriak jika menonton film horror, tapi Deeva tidak sama sekali. Dia tampak tidak terusik oleh suara dan sosok yang menyeramkan di layar bioskop.

Merasa diperhatikan, Deeva menoleh, "Kenapa, Kak?"

Aku hanya tersenyum, ia mengernyitkan dahi. Lalu kembali menonton. See? Bahkan ia sama sekali tidak bisa diganggu. Aku saja tidak diperdulikan. Merasa bosan, aku pun memejamkan mata. Tidak lama, tubuhku seperti ada yang mengguncangnya.

"Kak, banguuuunnnn" ketika membuka mata, kulihat wajah super juteknya itu.

Mau tak mau akupun tersenyum geli. "Kenapa si sayang? aku ngantuk"

"ish kamu, ayo keluar ini udah selesai tau filmnya" katanya sambil mengerucutkan bibirnya.

Aku terkikik lalu bangun dan berjalan keluar sambil menggandeng tangannya.

"kamu kok bisa bisanya tidur sih, kak?"

Aku menoleh, "abisnya aku dicuekin sama kamu" jawabku dengan mimik muka memelas.

Dia tertawa. "yaampun kamu lucu banget sayang. Kamu kan tau kalau aku udah lama banget pengen nonton film itu. Maaf ya?" katanya sambil memanyunkan bibirnya yang merah. Aku hanya mendengus geli.

"Kamu laper gak? Makan dulu aja yuk" ajakku yang dibalas dengan anggukannya.

Akhirnya kami berada di sebuah restaurant. Aku memilih menu sendiri karena Deeva sedang ke toilet. Ia bilang samakan saja dengan yang kupesan.

Kulihat jam di tanganku, sudah 20 menit berlalu tetapi Deeva belum juga kembali. Karena khawatir terjadi apa-apa, aku pun menyusulnya. Ingat, tidak sampai masuk ke dalam toilet.

Ketika pintu toilet sudah terlihat, aku berhenti. Disana, wanitaku sedang asik duduk sambil berbincang-bincang dengan seorang lelaki. Mereka tampak sangat akrab, hingga saat kulihat laki-laki itu menyentuh tangan Deeva, dan dia tidak menolak? Seketika dadaku berdesir nyeri melihat dia seperti itu. Aku sedang menunggunya dan dia dengan asiknya bertemu lelaki lain?

Akupun berbalik arah dan kembali duduk. Pikiran-pikiran buruk kembali bermunculan. Kudengar suara langkah kaki mendekat, aku menoleh.

Deeva kembali dengan wajah yang sumringah. Ya, itu karena kamu habis bertemu dengan laki-laki lain, batinku. Kuputuskan untuk berpura-pura tidak tau. Apakah Deeva akan jujur atau tidak.

"Kemana saja kamu? Lama banget" tanyaku.

"Toilet, kak. Maklum, ramee." katanya lalu duduk.

Dia bohong.

Aku hanya tersenyum. "Yasudah, yuk makan"

---------------***********------------------------


Selama di perjalanan, sengaja aku tidak berbicara. Moodku sangat tidak baik hari ini. Ada apa dengan Deeva? Kenapa dia tidak mau jujur padaku? Bagaimana kalau lelaki itu adalah masa lalu Deeva dan kini muncul untuk merebut Deeva dari sisiku.

"Arrghhhhh" geramku pelan. Deeva yang sedang menghadap kaca menoleh ke arahku.

"Kenapa, kak?" tanyanya dengan wajah panik.

"Gapapa, mungkin aku cuma kecapekan" kilahku.

"Makanya kamu banyakin istirahat, kak. Kerja terus kan kamu juga manusia, bukan robot. Robot aja bisa rusak, apalagi manusia" katanya lembut.

Biasanya aku sangat senang mendengar dia yang mencemaskanku, namun kali ini aku merasa biasa saja. Bahkan aku hanya tersenyum kecil, tidak menanggapi ucapannya.

Kami pun sampai dirumah Deeva, setelah ia membuka seatbelt, aku menarik tubuhnya hingga ia duduk dipangkuanku. Deeva menjerit kecil karena gerakan tiba-tibaku ini. Sebelum dia bertanya, kubungkam mulutnya dengan mulutku.

Melampiaskan kekecewaanku pada sikapnya hari ini lewat ciuman. Dia hanya diam, tidak membalas ciumanku. Aku pun semakin ganas melumat bibirnya, tanganku masuk kedalam dressnya, mengusap punggung lembutnya.

Kurasakan Deeva membalas ciumanku dan menjambak pelan rambutku ketika aku menggigit kecil bibirnya. Dengan tiba-tiba aku melepas pagutan kami dan memandang Deeva. Wajahnya memerah dengan nafas tersengal.

"Masuklah, hari sudah malam" ujarku lembut.

Ia mengangguk. "Makasih, kak" katanya lalu mengecup bibirku sekilas lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam rumahnya.

Aku memandang punggungnya yang menjauh dengan perasaan sedikit kecewa. Kenapa Deeva tidak jujur padaku? Sebenarnya siapa laki-laki itu?























1. Nothing (im)possibleWhere stories live. Discover now