20. 16

634 102 12
                                    

Mobil Kookie berhenti di depan sebuah rumah bertingkat tiga yang terlihat kosong. Dindingnya berlumut, pagar besinya berkarat, halamannya juga ditumbuhi banyak rumput liar.

"Lo gak salah tempat, Li? Dari luar kayak cuma rumah kosong yang dijaga sama dua satpam," ujar Kookie ragu.

"Namanya juga ilegal. Mereka pinter manipulasi. Ayo!"

"Gue boleh ikut masuk?"

"Iya. Lo cukup diem aja ikutin gue. Oh iya jangan bawa hp." Kookie yang hendak mengantongi hpnya akhirnya memilih kembali meletakkan hpnya di dashboard. Ia mengambil tas besar itu lalu menjinjingnya.

"Kenapa?"

"Peraturannya gitu." Lisa mulai merangkul lengan Kookie. Selain karena kepalanya yang masih pusing, ini juga termasuk rencananya dalam mengelabuhi satpam.

"Lo yakin nona Jennie ada di sini?" ujar Kookie kembali memastikan. Keraguan untuk memasuki rumah itu masih ada meskipun kakinya sudah berjalan beriringan dengan kaki Lisa. Menurutnya, rumah di depannya itu mirip seperti rumah hantu.

Lisa menghela nafas. "Gue berharapnya nggak tapi lantai dua itu tempat one night stand. Kalaupun gak ada Jennie, setidaknya kita harus ketemu ayah," ujarnya pelan karena mereka hampir sampai di depan satpam.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satpam.

Lisa mengangguk kecil sambil tersenyum manis. Ia mengecup pipi Kookie sebentar.

"Suami saya mau coba peruntungan di sini. Iyakan sayang?" ujarnya sambil bergelayut manja. Ia juga menyenderkan kepalanya ke bahu Kookie.

Mendapat perlakuan Lisa yang jauh berbeda dari biasanya membuat Kookie sedikit kikuk. Ia hanya mengangguk saja sambil berusaha tersenyum sebahagia mungkin.

"Saya cek dulu." Kedua satpam itu langsung mengecek mereka menggunakan metal detektor.

"Clear! Mari saya antar."

Salah satu satpam akhirnya mengantar mereka masuk melewati pintu samping yang letaknya sedikit tersembunyi. Lisa masih setia merangkul bahu Kookie sampai akhirnya mereka masuk ke dalam dan satpam tersebut meninggalkan mereka.

"Kenapa lo kikuk sih tadi? Untung mereka gak curiga."

"Sorry lo kurang ngebriefing gue jadinya gue kaget dikit. Btw ni tempat keren banget. Boleh kali nyicip bentar."

"Inget! Kita ke sini buat apa." Lisa mulai menarik Kookie untuk terus berjalan mencari Adrean. Mata mereka sama-sama menjelajah di tengah padatnya orang-orang yang berjoget menikmati alunan musik sambil meneguk alkohol.

"Itu Adrean." Kookie langsung menarik Lisa ke tempat Adrean.

Adrean duduk melingkar bersama tiga orang lainnya. Mereka terlihat seperti bermain kartu biasa tapi Lisa tau jika mereka sedang berjudi.

"Di mana Jennie?" Lisa langsung to the point saat dirinya sudah berada di hadapan Adrean.

"Uhh gadis kecilku ada di siniii." Adrean berdiri dan memeluk Lisa sebentar. Aroma alkohol yang kuat langsung menguar ke dalam indra penciuman Lisa. Lisa jadi mengerti jika ayahnya sedikit mabuk. Pantas saja sikapnya agak aneh.

Lisa menangkup pipi Adrean. Ia mencoba memfokuskan pandangan Adrean agar tertuju padanya. "Di mana Jennie, ayah?"

"Oh Jennie yaa. Kusewakan. Lumayan lah lima juta."

Lisa mengepalkan kedua tangannya kuat. Ia sebisa mungkin menahan emosinya.

"Di kamar berapa?"

Adrean terkekeh sebentar. "Berapa yang bisa kau beri?"

I Hate HospitalsWhere stories live. Discover now