5. Dipecat

1K 142 5
                                    

"Mom. Dad," Jennie memasuki rumahnya dengan sedikit berlari kecil. Kepalanya yang pusing ia abaikan dulu karena ia sangat merindukan kedua orang tuanya. Mereka menyambut Jennie di ruang keluarga

"Anak mommy sakit?" Pertanyaan itu langsung terlontar dari bibir Jennifer saat Jennie memeluknya.

"Cuma demam biasa mom. Nanti siang pasti sembuh."

"Kok bisa sakit sih sayang? Semalem perasaan di telpon baik-baik aja."

Jennie berfikir sejenak lalu melirik daddynya. Ia langsung beralih memeluk daddynya.

"Emmm tapi daddy jangan marah ya."

Minho menaikkan sebelah alisnya. "Marah kenapa?"

"Janji dulu gak boleh marah." Jennie mengeluarkan jari kelingkingnya.

"Iya janji." Jennie tersenyum saat jari kelingkingnya sudah tertaut dengan jari kelingking daddynya. Ia duduk di samping daddynya lalu memeluk manja lengan daddynya.

"Kau membuat mommymu cemburu nak."
Minho terkekeh saat melihat istrinya sedikit cemberut. Entah ia cemburu pada siapa kali ini.

Jennie ikut terkekeh melihat mommynya. "Mommy pingin jadi aku apa daddy?"

"Daddy."

"Yaudah sini duduk di sebelah aku. Jadi aku bisa peluk lengan kalian berdua. Biar gak ada yang cemburu lagi." Jennie menepuk ruang kosong di sebelahnya.

Jennifer tersenyum cerah. Ia duduk di sebelah Jennie. Lengannya juga dipeluk manja oleh anak satu-satunya itu.

"Oke sekarang jelasin kenapa kamu demam," Minho mulai sedikit serius.

"Semalem Jisoo ajak aku ke bar. Terus aku minum bir."

"Yess anak mommy udah dewasa!"

"Mom." Minho menegur istrinya. Ia menampilkan wajah datarnya. Hal itu tentu membuat kedua wanita di sampingnya itu menunduk takut.

"Sekarang mana Jisoo? Tumben gak mampir. Pasti takut tuh anak."

"Udah aku suruh pulang karena aku tau daddy pasti ngomel," ujar Jennie.

Jennifer memindah posisi duduknya menjadi di sebelah suaminya. Ia mengelus lengan suaminya agar suaminya melunak.

"Memangnya kenapa sih dad? Jennie kan udah dewasa. Wajar dong dia ke bar."

"Anak kita masih polos mom. Kalo mau ke bar harusnya sama aku atau salah satu bodyguard biar ada yang jagain."

"Aku kan bareng Jisoo dad," Jennie mulai membela dirinya.

Minho menghela nafasnya. "Bukannya daddy gak percaya ke Jisoo tapi kalian itu sama-sama perempuan."

"Lagian aku ke bar Thread kok dad. Katanya itu bar teraman."

"Itu masalahnya. Di bar teraman aja kamu masih terancam."

Jennie mengerutkan keningnya tak paham. "Maksud daddy?"

"Kamu hampir dikeroyok kan?"

"Hah? Maksudnya gimana dad? Anak kita? Hampir dikeroyok? Kok bisa?" tanya Jennifer beruntun dengan raut paniknya.

Minho mengeluarkan macbooknya dari tas kerjanya. Ia memperlihatkan sebuah rekaman CCTV tentang kejadian semalam.

"Liat aja."

"Astaga sayang! Kamu gak papa? Pasti sakit punggung kamu. Kita ke dokter ya?" Jennifer langsung merubah posisi duduknya seperti semula yaitu di samping Jennie. Ia memutar tubuh anaknya bermaksud mengecek kondisinya. Matanya melotot saat melihat plester yang menempel di telapak tangan Jennie.

I Hate Hospitalsजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें