Kebodohan yang Evelyn sadari pada akhirnya adalah— setengah dirinya mulai menerima pria tirani yang menggendongnya. Walau setengahnya berontak tak sudi dalam kendalinya.

Tak lama sampailah mereka di kamar utama. Dan Romeo menurunkan Evelyn ke atas ranjangnya. Membantu istri cantiknya itu mendapatkan posisi ternyamannya lalu setelah itu duduk di sisinya.

Atensi Romeo jatuh pada mata Evelyn yang memerah. Pria itu menyerngit di buatnya. "Sakit?" Romeo bertanya, sambil mengusap bawah mata Evelyn dengan ibu jarinya.

Evelyn menganggukan kepalanya. "Gatal."

Mendengar itu, kontan Romeo merundukan punggungnya. Mendekatkan dirinya guna menatap mata Evelyn lebih jelas lagi. "Buka matamu yang lebar, aku ingin memeriksanya."

Evelyn menurut. Ia melebarkan matanya sesuai permintaan suaminya. Dari jarak sedekat ini, Evelyn bisa melihat bayangannya sendiri dari mata Romeo.

"Sejak kapan?"

"Ah?"

Romeo mengedip pelan, menatap Evelyn kian dalam terselip kekhawatiran. "Sejak kapan matamu sakit?"

Evelyn terdiam sejenak, memikirkan jawabannya.

"Tadi pagi?" Sahutnya ragu. Entahlah. Dia tidak tahu.

Romeo menghela nafasnya. Lalu ia merogoh saku celananya dan mengetikkan pesan pada salah satu dokter mata kenalannya yang ia percaya dapat menangani Evelynnya.

Setelah selesai. Ia kembali memasukan lagi ponselnya ke saku celana. Tangannya berpindah alih mengusap pucuk kepala istrinya. "Aku sudah memanggil dokter. Kau istirahat ya?"

"Dokter?"

Romeo mengangguk. "Hm. Matamu harus diperiksa."

Evelyn menghela nafasnya. "Tapi mataku hanya gatal saja, Meo. Kurasa tidak per—,"

"Evelyn." Romeo menyela, mengusap sudut bibirnya membuat Evelyn menghentikan kalimatnya. "Kau tidak mau aku memberikan daging Zoya kepadamu, kan?"

*****

"Naomi, ayo makan."

Bondan. Pria itu tak pernah menyerah membujuk wanita yang berstatus sebagai istrinya itu untuk mau membuka mulutnya. Bukan karena apa, ia tak mau jika Naomi dan bayinya kenapa-napa.

"Nao—,"

"Bondan." Naomi membuka suara, tanpa menoleh ke arahnya. Tangannya kanannya mengusap-usap perut buncitnya.

"Evelyn... bagaimana kabarnya?" Tanya Naomi menerawang pada lamunan. "Dia baik-baik saja kan?"

Bondan menghela nafas pelan. Ia meletakkan mangkuk berisikan sup itu di atas nakas. Lalu tangannya meraih tangan Naomi dalam genggamannya. "Nyonya Evelyn baik-baik saja. Tuan Romeo menjaganya dengan baik. Percayalah."

Naomi menoleh. "Sungguh?" Tanyanya, mendapat anggukan dari lawan bicaranya. "Tapi Romeo jahat."

Dimata Naomi. Romeo adalah tirani paling keji. Dia sesuka hati menghancurkan hidup orang tanpa perlu turun tangan. Lalu, kebaikan seperti apa yang diperhitungkan?

Romeo AlmaheraWhere stories live. Discover now