Bag. 52

8.4K 604 24
                                    

Pdf ready ya. Harga 80k.
Beli 3 judul novel aku dapat 160k.

Terserah mau judul apa. Minat? Chat 085271367230.

Rendi tergesa membuka pintu ruang kerja Bara. Ia baru dari luar. Saat di lobi para pegawai sudah heboh menonton tayangan televisi. Rendi pun melihat dan terkejut seketika saat melihat berita tersebut.

Rendi segera naik lift. Ia tergesa gesa menuju ruangan Bara.

Dengan nafas masih terengah Rendi sudah berada dalam ruangan Bara.

" Ada apa Rendi?"

Bara harua mengalihkan fokusnya saat itu juga.

" Gawat, Pak. Bapak segera buka ponsel lihat berita yang menggemparkan sekarang juga, Pak!"

" Ada apa Ren? Kamu katakan saja!" Ujar Bara melihat wajah panik Rendi.

Rendi segera mengutak atik ponsel nya. Ia segera menyerahkan kepada Bara.

Saat ini diketahui seorang model papan atas juga terbukti menggunakan memakai obat terlarang sejenis sabu dengan berat lima gram. Di ketahui sosok model bernama Keyra Pratiwi ini di tangkap di kediaman teman nya. Siapa yang tidak kenal dengan sosok model tersebut sekaligus istri pengusaha kaya negeri ini Barakta Adyaksa. Sosok K ini di tangkap bersama teman-teman nya yang berjumlah lima orang. Mereka saat itu sedang berpesta sabu. Saat ini pemakai sudah di amankan oleh pihak berwajib.

Bara memegang erat ponsel Rendi dengan tatapan tajam. Ia marah melihat kelakuan Keyra yang selalu merusak citra nya. Setelah ini dipastikan masalah akan banyak datang menghampiri nya. Terlebih citra perusahaan juga akan  berdampak akibat berita ini.

" Sekarang bagaimana, Pak?" tanya Rendi dengan raut wajah khawatir. Bara memijit kening nya. Belum selesai masalah kecelakaan Athena sekarang sudah datang lagi masalah yang di timbulkan Keyra.

Tok tok tok

Bara dan Rendi saling berpandangan.

" Masuk!" ujar Bara

" Permisi, Pak! Di bawah ada banyak wartawan yang berkumpul, Pak! Mereka ingin bertemu Bapak!" ujar seorang pegawai.

Rendi terkejut. Mereka baru tahu berita ini. Wartwan sudah berada di depan kantor.

" Katakan saya sedang tidak ada di kantor saat ini. Katakan saya sedang berada di luar negeri untuk alasan pekerjaan."
Ujar Bara serius.

" Baik, Pak!"

Rendi masih berada dalam ruangan Bara.

Kali ini telpon Rendi berdering. Rendi tersentak. Nomor polisi. Rendi meneguk ludah.

" Nomor polisi Pak. Kenapa mereka menelpon saya?"

" Kamu angkat. Loud speaker!"

Rendi mengangguk. " Hallo!"

" Hallo selamat siang dengan Bapak Rendi sekretaris Bapak Barakta Adyaksa?"

Rendi langsung menatap Bara yang mengangguk saat itu juga.

" Betul, Pak! Ada apa ya Pak!"

" Kami sudah menghubungi Bapak Barakta namun sampai saat ini tidak bisa terhubung. Kami juga sudah menyambangi rumah beliau. Namun beliau tidak ada di rumah. Mohon beritahu kalau kami berusaha untuk menghubungi beliau terkait masalah istri nya yang saat ini sedang berada di kantor kami!"

Bara menyuruh untuk memberi alasan yang sama.

" Baik, Pak akan saya sampaikan! Kebetulan sekarang beliau tidak berada di kota ini. Beliau sedang berada di luar negeri dalam rangka kerja."

"Ya, terima kasih! Kalau begitu panggilannya kami tutup!"

" Baik, Pak!"

Rendi membuang nafas secara tidak sadar. Perasaan nya lega setelah berbicara dengan polisi barusan. Seakan ada beban yang menghimpit dada nya.

Bara kemudian menyandarkan punggung nya ke kursi. Kenapa masalah ini serentak datang nya.

Seorang pegawai kembali mengetuk pintu. Bara membuka mata dan duduk tegap." Masuk!"

" Mohon maaf mengganggu Pak!"

" Ya. Kenapa?"

" Ada masalah, Pak! Telepon kantor kita sejak tadibtidak berhenti berdering. Para pemegang saham sedang mempertanyakan masalah yang saat  ini sedang terjadi, Pak! Mereka ingin segera di lakukan pertemuan untuk membahas ini!"

Rendi menatap kasihan dan iba kepada Bara.

" Ya, tolong urus semua nya. Dua hari lagi adakan pertemuan para pemegang saham. Kalau mereka mendesak. Katakan saya sedang tidak di tempat dan di luar negeri dengan alasan kerja."

" Baik, Pak! Kalau begitu saya permisi!"

Bara mengangguk.

" Kalau begitu saya juga keluar, Pak!"

Bara hanya berdehem sembari menautkan jemari nya. Pikiran nya sekarang sedang penuh sekarang.

Seperti nya Tuhan sengaja memberi nya hukuman  ujian dan cobaan ini. Bara menarik nafas panjang. Hari-hari nya akan berbeda untuk ke depan nya.

*****

Bara terpaksa harus menggunakan masker, kaca mata dan topi supaya tidak ada yang mengenali nya. Ia takut kalau wartawan akan menghampiri nya dan bertanya ini itu. Ia sedang dalam kondisi yang tidak mood untuk wawancara saat ini.

" Saya lewat pintu belakang saja, Ren!"

" Baik, Pak! Akan saya siap kan penjaga di bawah!"

Inilah yang di sukai Bara terhadap Rendi. Ia selalu sigap melihat situasi dan kondisi.

" Aman, Pak!"

Bara akhirnya memasuki mobil dengan santai. Bara duduk di bangku belakang.

" Antar saya pulang!"

" Baik, Pak!"

Bara menyandarkan kepalanya. Seharian ini ia benar-benar lelah. Ia tidak fokus bekerja. Masalah Keyra di tangkap karena sedang memakai memberikan dampak buruk kepada Bara dan perusahaan tentunya.

Saat sudah hampir sampai di rumah wartawan sangat banyak berkumpul di depan gerbang.

" Pak banyak sekali wartawan di sini, Pak!" Beritahu Rendi. Bara melihat ke depan.

Ternyata memang benar. Wartawan itu seolah tidak kenal dengan kata menyerah untuk mendapatkan berita.

" Kamu urus wartawan itu Ren. Usir dari sana. Bagaimana pun cara nya!" Ujar Bara terdengar lelah.

Rendi menghela nafas. Ia akhir nya turun dari mobil.
Bara tidak peduli apa yang akan di lakukan Rendi. Yang jelas ia harus masuk ke dalam rumah tersebut

" Mohon bersabar, Pak!"

Bara mengangguk. Ia kembali memijit kepala nya yang terasa pusing sejak tadi pagi.

Sangat melelahkan. Dan ini semua penyebab nya tidak lain adalah perempuan yang menjadi istri kedua nya.

Tbc!

04/10/23

Sepotong Hati Yang TerlukaWhere stories live. Discover now