BAB 18 : Premium

28K 1.3K 92
                                    

Iya. Cape memang dengerin kata semangat. Tapi kesuksesan juga nggak didapat dengan terus mengeluh. Fighting kita yang tengah mengusahakan keberhasilan 🤍

****

"Beli roti untuk kamu."

Sejak kalimat itu diucapkan beberapa waktu lalu, sudut bibir Nazeera terus terangkat seolah lupa caranya turun. Terus didekapnya paper bag berisi roti croissant yang Arsen beli tanpa mampu berkata-kata. Hingga kini di dalam mobil, gadis itu sibuk dengan pikirannya sendiri, hal yang membuat kendaraan yang tengah melaju itu dilanda sunyi.

Terlepas ini hanya sebuah tindakan kecil, tetapi efeknya luar biasa besar untuk Nazeera. Dia tidak menyangka bahwa Arsen bisa berbuat manis juga. Nazeera pikir, seluruh ilmu romantisme lelaki itu luntur karena amnesia yang dialaminya.

"Mmphh!" Nazeera bersorak dengan suara tertahan, membuat Arsen yang tengah fokus menyetir agak terkejut.

"Kenapa?" tanya lelaki itu yang ternyata tak dijawab oleh Nazeera. Gadis itu terus menatap paper bag di atas pangkuannya. Arsen kebingungan. "Kenapa diliatin rotinya? Kenapa nggak dimakan?"

"Nggak mau dimakan, maunya dipajang aja," ucap Nazeera membuat Arsen mengerjap-ngerjap. "Pak Arsen mau?"

Lelaki itu mengernyit. "Apa?"

"Nikah sama saya."

Ini bukan pertama kali Nazeera serandom ini. Tapi ketika mendengarnya tetap saja membuat Arsen terkejut. Lelaki itu meneguk saliva, menatap Nazeera dengan tatapan peringatan.

"Hehe." Nazeera menyengir. "Pak Arsen mau cobain nggak?" tawarnya seraya mengangkat paper bag berisi roti tersebut.

"Nggak," tolak Arsen.

"Pak Arsen pasti nggak mau karena roti ini mau saya jadiin pajangan ya?" Nazeera menebak dengan mata menyipit. "Nggak apa-apa kok Pak. Ntar Bapak tinggal beliin lagi," lanjutnya tak berdosa.

Arsen hanya geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Nih." Nazeera menyuguhkan potongan roti ke bibir Arsen yang tengah fokus menyetir. Lelaki itu menggeleng sebagai respon. "Enak Pak Arsen. Cobain deh, dijamin Pak Arsen pasti suka."

Arsen menghela napas kecil. Nazeera akan memaksa jika ia menolak pemberian tersebut. Maka Arsen mengangkat tangan untuk mengambil roti yang tengah disuguhkan padanya, hal yang membuat alis Nazeera seketika menyatu. Tangan Nazeera yang memegang roti tertarik mundur, bergantian kini dengan alis Arsen yang malah menyatu keheranan. "Kenapa?"

"Pak Arsen yang kenapa?!" Nazeera menjawab ketus dengan raut wajah tak ramah.

"H-Hah?" Arsen berkedip polos.

"Pak Arsen diem aja, biar saya yang suapin," ujar Nazeera, kian membuat mata Arsen berkedip-kedip seperti orang bodoh. "Biar kayak drama Hidden Love, Pak. Cewenya suka sama cowonya, terus pas di dalem mobil disuapin. Cowonya langsung makan dari tangan cewenya." Nazeera menjelaskan drama yang ia tonton beberapa waktu lalu.

"Gimana?" Arsen masih belum paham.

"Jadi cewe ini udah naksir sama si cowo sejak kecil. Singkat cerita pas udah gede, mereka jadi deket dengan si cewe yang masih suka sama si cowo. Singkat cerita lagi hari itu di dalem mobil, si cewe nawarin strawberry sama cowo ini. Nah, cowonya mau Pak. Karena cowonya mau, si cewe langsung aja kasih strawberry pake tangannya buat si cowo. Niat cewenya sih biar diambil, eh cowonya malah comot langsung dari tangan cewenya. Duh, nggak kuat!" Nazeera memejamkan matanya gemas, kembali salah tingkah mengingat adegan itu.

Sementara Arsen mendengarkan saja. Cara Nazeera menjelaskan terlihat lucu. Nada bicaranya serius sekali, lebih serius dibanding saat gadis itu menjelaskan materi pertemuan. Kemudian dahi Arsen dibuat mengkerut ketika Nazeera kembali menyuguhkan roti di depan bibirnya. "Apa?"

GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang