BAB 17 : Amazed

25.3K 1.3K 38
                                    

Tidak salah lagi. Kekhawatiran Arsen mengenai mental Nazeera benar-benar kesalahan besar. Tidak ada yang harus dikhawatirkan dengan gadis itu. Arsen pikir dengan kejadian di toilet akan membuat Nazeera menjadi kalem. Alih-alih demikian, Arsen sendiri yang menjadi korban keganasan perempuan itu.

Contohnya tadi sore. Bersama Shena, Zelo, dan Nazeera, Arsen ikut berenang di pantai dengan airnya yang sangat menggoda. Awalnya keadaan adem ayem. Begitu tentram. Sebelum kemudian kaki Nazeera kram tiba-tiba dan membuatnya megap-megap di air. Arsen yang melihatnya segera menghampiri—menyelamati gadis itu lalu membawanya ke bibir pantai.

"Sudah saya ingatkan untuk pemanasan dulu. Kram, kan, jadinya." Arsen mengomel seraya memijat pelan kaki Nazeera. "Kalau saya nggak sadar gimana? Kalau saya nggak bantuin gimana? Terus kamu keseret ombak dan tenggelam di laut gimana?"

Benar tadi Arsen sudah memperingatinya untuk pemanasan dulu. Namun jernih dan sejuknya air sungguh menggoda, membuat Nazeera tak mendengar perkataan Arsen. Langsung nyemplung saja. Namun yang membuat Nazeera heran sampai menyipitkan mata adalah, kenapa Arsen menjadi banyak bicara seperti ini? Cerewet sekali. Berbeda dengan Pak Arsen yang terkenal irit bicara.

Ingatan Nazeera kemudian jatuh pada diri Arsen yang sebenarnya. Diri sebelum lelaki itu mengalami amnesia. Arsen cerewet sekali. Persis seperti saat ini. Tak berhenti mengoceh jika Nazeera kedapatan ceroboh.

"Pak," panggil Nazeera.

"Apa?" Lelaki itu menyahut sensi.

"Saya siapa?"

"Kram bikin kamu amnesia?"

"Saya siapa, Pak?" ulang Nazeera.

"Kamu Nazeera Zievanna, sekretaris Arsenio Arisva Zavlendra—pemilik perusahaan GAD Eins yang super hiperaktif. Lulusan universitas terbaik dunia—Stanford University serta sahabat dari saudara sepupu saya yang bernama Shenina Faelyn Zavlendra," ucap Arsen dalam satu tarikan napas.

Nazeera menyipitkan mata, menatap Arsen dengan tatapan menyelidik. Mungkin perlu sedikit power.

Bugh!

Arsen terpekur. Nazeera menimpuk kepalanya tiba-tiba. Tidak kuat, tapi menimbulkan suara renyah. Nazeera sendiri menggigit bibir menunggu reaksi atas sesuatu yang baru dia lakukan. Tak ada rasa bersalah. Biasa-biasa saja seraya memandang Arsen dengan mata berbinar.

"Kamu ...." Arsen menatap Nazeera tak percaya. Gadis ini ... berani sekali memukul kepalanya yang berprofesi sebagai atasan. Arsen menyipit. Apa jangan-jangan perempuan ini kesurupan?

Namun bukannya klarifikasi, Nazeera bergeming, masih menunggu sesuatu. Satu detik, dua detik, detik-detik berlalu, tak ada sesuatu yang terjadi. Arsen sama diam dengan dirinya. Lelaki itu tampak kebingungan. Seperti hendak marah, tapi tidak bisa.

'Kok nggak balik si?' Nazeera membatin heran. Niatnya memukul kepala Arsen adalah, siapa tau ingatan lelaki itu sudah muncul tapi tersangkut di antara saraf-saraf terjepit. Tapi sepertinya Nazeera salah. Arsen tak menimbulkan reaksi apa pun. Gadis itu menutup bibirnya rapat-rapat sampai membuat Arsen cemberut. Hingga kini pukul tujuh malam, lelaki itu diam seraya memperhatikan Nazeera dengan tatapan permusuhan.

"Zee," panggil Shena.

"Hm?" Nazeera menoleh. Mereka tengah menyiapkan minuman, sementara Zelo dan Arsen sibuk memanggang berbagai macam daging di atas charcoal grill.

"Eh, ini kopinya mana?"

"Ada di sana tadi," kata Nazeera.

"Lo bawa?"

Nazeera menautkan alis. "Bukannya lo yang bawa?"

Shena membekap mulut. Tidak. Dia tidak membawanya. "Nggak bawa. Sumpah, lupa!"

GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang