BAB 9 : Lamaran (2)

29K 1.4K 38
                                    

Nazeera tak henti-henti tersenyum sejak tadi. Sudah tengah malam padahal, namun tak ada tanda gadis itu akan tidur. Bayang-bayang saat di mana dia berdua dengan Arsen di mobil tadi memenuhi kepalanya. Nazeera bahagia sekali. Walau nyatanya hanya sunyi yang menghiasi kejadian tadi.

Nazeera telungkup di atas kasur, dia membenamkan kepalanya di bantal meredam teriakan di sana. Ketampanan Arsen sungguhan membuatnya gila. Nazeera jadi berpikir ... bagaimana wujud anak mereka nanti jika bapaknya saja setutup apotek itu?

Baik. Kejauhan mikirnya.

Atensi Nazeera teralihkan ketika suara bel terdengar nyaring dari luar. Nadanya menuntut, beruntun, dan bertubi-tubi agar pintu segera dibukakan. Nazeera berdecak. Siapa yang menganggu sesi halusinasinya di tengah malam begini?!

TING! TING! TING!

"Siapa, sih?! Nggak sabaran banget!" Nazeera mencak-mencak ketika orang itu mendesak tak sabar. Gadis itu mempercepat jalannya. "Lagian bertamu malem-malem, kayak nggak ada siang aja!" sambungnya menggerutu.

Nazeera meraih knop pintu kasar. Rahangnya mengetat bersiap menyembur orang yang telah mengusik kehaluannya. Pintu terbuka. Presensi seorang lelaki membuat Nazeera mematung di tempat alih-alih mengomeli. Tubuh tegapnya dibaluti kemeja hitam dengan lengan digulung hingga ke siku. Dasi yang dia kenakan terlihat longgar—agak berantakan, namun memancarkan aura ketampanan tersendiri bagi dirinya.

"Arsen." Nazeera bergumam heran. "Kam—Pak Arsen ngapain ke sini malem-malem?"

Tak ada jawaban dari lelaki itu. Tatapannya menyorot sendu. Nazeera kian bingung dibuatnya, terlebih Arsen yang tiba-tiba beringsut maju membuat Nazeera perlahan mundur hingga tubuhnya mentok di dinding dan terperangkap dalam tubuh besar Arsen.

"P-Pak Arsen tau alamat saya dari mana?" tanya Nazeera gugup. Lagi-lagi tak ada jawaban dari Arsen. Napas Nazeera tertahan di kerongkongan. Dia terkejut ketika lelaki itu memeluknya tiba-tiba.

"Bapak kenapa?" Nazeera melerai pelukan tersebut. Dia semakin kebingungan. Ada yang tidak beres dengan lelaki ini. Kemudian Nazeera dibuat lebih terkejut. Tubuhnya mematung ketika Arsen mengecup bibirnya tanpa aba-aba. Terlalu cepat hingga Nazeera tak punya waktu untuk mencerna.

Alih-alih menyudahi tindakan lancangnya, Arsen dengan berani menahan tengkuk Nazeera agar gadis itu tak banyak bergerak. Lelaki itu melumat bibir Nazeera rakus, kasar, dan menuntut. Nazeera yang belum memahami situasi sesak napas dibuatnya. Gadis itu mendorong dada Arsen kuat-kuat dirasa pasokan napasnya terasa habis.

Nazeera terengah. Dia tidak sempat berkomentar, sibuk menarik napas sebanyak-banyaknya. Dadanya naik turun. Pasokan oksigennya sungguhan terkuras karena ulah Arsen.

"I miss you so bad," ucap Arsen rendah setelah sejak tadi tak bersuara. Nazeera terkejut, sekali lagi dia dibuat kebingungan. Air mata Arsen menetes tanpa disadari. "AKU KANGEN KAMU NAZEERA!"

"Hah?" Nazeera berkedip dua kali, masih kebingungan dan belum paham situasi.

"Aku kangen ...." Arsen berujar serak. Lelaki itu tertunduk pilu. Dia menangis. Punggungnya bergetar tiba-tiba membuat jantung Nazeera berdegup kencang. Arsen mendongak dengan pipi yang sudah basah dan mata yang memerah. Dia menyorot Nazeera dalam. "Aku ingat kamu ...."

Rasanya aliran darah Nazeera berhenti detik itu juga. Gadis itu luar biasa kaget. Entah kenapa tubuhnya langsung bergetar mendengar pengakuan Arsen. Nazeera tidak tau perasaan apa yang melandanya saat ini. Matanya memanas begitu saja dengan genangan yang perlahan tercipta.

"Kamu tau segila apa aku nunggu kamu, hm?" tanya Arsen rendah. "Lima tahun Nazeera, lima tahun. Kamu ninggalin aku selama lima tahun. Selama lima tahun aku hidup tanpa kamu!!"

GREAT GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang