Bab 24. Ilham Meresahkan

153 18 0
                                    

Assalamualaikum teman-teman! Akhirnya aku bisa update juga ya.

Selamat membaca💙



Selamat membaca💙

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







Gemes banget sih! Jadi pengin bawa pulang rasanya.

🎸

"Terimalah lagu ini dari orang biasa. Karena cintaku padamu luar biasa ...."

Aku yang sedang sibuk dengan tugasku seketika menoleh ke arah depan, lebih tepatnya ke arah pria yang sedang bersandar di meja guru seraya memegang gitar. Wajah tengil itu seketika muncul saat tatapan kami bertemu. Entah sejak kapan pria itu masuk ke dalam kelasku. Saat ini memang sedang ada jam kosong dikarenakan Pak Rijal tidak dapat masuk ke dalam kelas dan berakhir meninggalkan tugas yang sungguh banyak.

"Untuk si gemes yang sukanya sama bebek, lagu ini aku persembahkan untuk kamu yang manis seperti permen," kata Ilham yang kini sudah melayangkan tatapan hangat kearahku.

Ditatap seperti itu jelas aku tidak kuat, tatapan Ilham yang pria itu layangkan sangat dalam dan sialnya semua teman kelasku sudah berseru heboh. Tatapan mereka pun terang-terangan menatap ke arahku.

"Gasspoll A!" Suara Nindi yang keras itu dibalas acungan jempol oleh Ilham.

"Dunia berasa milik berdua, yang lain mah ngontrak!" seru Rindu dari bangku belakang.

"Alay!" cibir Huda yang kini sedang duduk di sampingku. Aku menghela napas panjang. Sudah dipastikan aku akan menjadi bulan-bulanan Rindu dan juga Huda kalau seperti ini caranya.

"Ehem!" Ilham berdehem pelan, lalu memulai aksinya dengan memetik gitar, namun baru saja intro lagu dimulai, suara berat milik Pak Rijal tiba-tiba saja muncul membuat semua panik tidak terkecuali Ilham sendiri.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Pak Rijal kepada Ilham.

Ilham menyengir sembari merubah posisinya menjadi berdiri, berhadapan langsung dengan tubuh gemuk milik Pak Rijal. "Saya sedang nyemperin masa depan saya, Pak."

"Siapa? Mahala?" tanya Pak Rijal karena tahu betul tentang perkembangan gosip terkini di SMK Cahaya Abadi.

Ilham menggeleng, namun selanjutnya dia mengangguk, membuat Pak Rijal dibuat bingung.

"Betul tapi salah, Pak. Kalau dimaksud itu orang yang ada di sana," kata Ilham sembari menunjuk ke arahku. Sontak membuatku melotot saking terkejutnya. Aku sungguh tidak menyangka jika Ilham akan secara terang-terangan seperti ini.

Melihat perkembangan sikap Ilham yang semakin hari semakin meresahkan membuatku tidak bisa untuk bersikap biasa saja. Ilham yang sebelumnya tidak meresahkan seperti ini saja sudah sukses membuat hatiku jatuh apa lagi melihat Ilham yang terang-terangan seperti ini.

Semakin Ilham bersikap terang-terangan membuat sisi lain dari aku juga merasakan ketakutan. Karena aku tidak tahu motif apa yang ada di balik sikap Ilham sekarang ini.

"Kalau yang bapak maksud itu dia, maka jawabannya benar dan salah jika bapak sebut dia dengan Mahala. Dia bukan Mahala pak, tapi Mamahnya anak-anak saya," lanjut Ilham.

Tidak ingin menjadi pusat perhatian dengan segera aku bersembunyi di balik laptop milikku. Menyembunyikan pipi merahku agar tidak banyak yang tahu kalau aku sedang salah tingkah dan baper! Oh, ya ampun Ilham! Kenapa mulutnya lancar sekali untuk flirting!

🎸

Bel pulang sekolah sudah berbunyi tiga puluh menit yang lalu, namun aku masih terus berada di parkiran untuk menunggu Rindu selesai rapat. Rindu dari dulu memang seaktif itu anaknya, dulu sewaktu kita berdua masih di bangku SMP Rindu juga mengikuti beberapa organisasi seperti osis, Pramuka dan lain sebagainya hingga tidak heran jika pria itu cukup terkenal dan banyak yang menyukainya.

"Jangan ngelamun, Yang. Nanti kamu kerasukan Kunti bogel gimana?" Usapan pada kepalaku membuatku menoleh. Hingga tatapan mataku bertubrukan dengan milik Ilham.

Pria itu sepertinya memang tidak pernah berhenti untuk membuatku jatuh hati. Semakin hari semakin bertambah rasanya. Sejujurnya aku senang Ilham selalu menggodaku dan memberi perhatian lebih seperti ini, namun entah mengapa aku tidak ingin merasa begitu percaya diri karena harus menyimpulkan jika Ilham memiliki perasaan yang sama denganku.

"Kak Ilham mau main Voli?" tanyaku ketika melihat Ilham sedan mengenakan baju Voli.

"Tadinya mau latihan Voli, tapi sayangnya pelatihnya bilang kalau hari ini libur dulu dan kebetulan tadi Rindu chat aku kalau dia gak bisa nganterin kamu pulang karena masih ada keperluan katanya. Jadi, kamu pulangnya sama aku, oke?"

Tutur kata yang Ilham lontarkan begitu lembut, tatapannya juga begitu dalam. Tidak ada keterpaksaan yang ada justru ketulusan yang aku lihat. Jadi, bolehkah aku berharap jika pria yang ada di depanku ini dapat aku gapai?

"Aku tahu aku ganteng, gak akan kemana-mana kok, aku kan cuman buat kamu," kata Ilham dan lalu menarik tanganku dengan lembut untuk menuju mobil, entah milik siapa. Aku tidak tahu.

Sedari tadi aku terus memperhatikan tindak-tanduk Ilham, semua tindakannya begitu manis dari mulai menggenggam tanganku untuk menuju mobil hitam entah milik siapa, membukakan pintu dan kini memasang seat belt dengan diakhiri usapan lembut pada kepalaku.

Aku baru tahu jika Ilham yang tengil dan sengak itu dapat berlaku semanis ini. Kini aku kembali bertanya-tanya apakah pria itu memperlakukan semua wanita seperti ini atau hanya aku?

Dengan segera aku menggeleng, apa-apaan aku ini? Sudah pasti Ilham sudah sering melakukan perhatian seperti ini ke semua perempuan. Terbukti dengan begitu luwesnya laki-laki itu memperlakukanku tadi. Helaan napas aku keluarkan begitu saja, tatapan mataku sedari tadi tidak henti-hentinya menatap gedung-gedung tinggi. Berusaha mati-matian untuk tidak menatap laki-laki yang sedang fokus menyetir di sampingku ini.

"La nanti malam kita jalan, yuk! Mumpung malam Minggu," ajak Ilham dengan antusias. Aku yang sedang memperhatikan jalan raya dibuat syok karena ajakan laki-laki itu yang tiba-tiba.

Ada perasaan senang yang menyelimuti hatiku, meski ini bukan kali pertama laki-laki itu mengajakku pergi tetap saja aku masih belum terbiasa dan masih merasa ini sebuah mimpi.

"Yuk!" seruku antusias dan detik selanjutnya aku baru saja menyadari bahwa aku terlalu berlebihan dalam meresponnya. Aku menoleh ke samping untuk menutupi wajahku yang sudah memerah karena menahan malu.

Kekehan pria itu menambah rasa maluku semakin meningkat, aku merasa ingin tenggelam saja di dasar laut yang paling dalam agar wajah merahku ini tidak terlihat lagi.

Pria itu masih terkekeh, matanya yang sipit itu nyaris tak terlihat, usapan lembut kembali aku rasakan, aku yang sudah menoleh dan menatap Ilham dibuat salah tingkah saat senyuman Ilham yang terlihat begitu manis.

"Manis banget sih! Pengin gue bawa pulang rasanya," celetuk Ilham.

Tbc

Ini aku udah lama banget gak nulis, jadi maaf kalau tulisanku kurang feel atau malah cringe. Lagi berusaha buat rutin kembali nulis dan pelan-pelan buat terus rutin update.

Sekali lagi maaf buat teman-teman yang mungkin kelamaan nunggu Maw update🙏🏻 dan terimakasih karena sudah mau mampir dan nunggu cerita ini.

Kata Ilham Where stories live. Discover now